40.

27 6 5
                                    


"PR Ekonomi udah belum?" Tanya Fina, fokusnya masih di depan handphone. Melangkah menuju kantin beriringan dengan Ciya. "Gue belum, kalau udah nyontek dong."

Saat ingin menjawab Fina lebih dulu meminta membuat decakan kesal dari Ciya. "Iya. Itu juga bukan gue yang ngerjain," jawab Ciya enteng.

"Terus? Mak lo? Bukannya Mak lo ambil IPA ya dulu lo bilang?" Fina mendongak sekilas dan kembali fokus pada handphone.

Ciya mendorong Fina pelan untuk belok, lalu menyahut, "enggak. Orang pintar, ada pokoknya."

"Dukun?"

"Bukan! Ada pokoknya!" Lagi lagi Ciya mendorong Fina memasuki kantin. Ciya tahu jika Fina kalau sudah melihat handphone tak akan fokus berjalan bahkan setiap hari ada yang memarahi Fina di jalan ketika anak itu asik bersama handphone nya.

"Pasti ada gebetan pintar, nih?" Tebak si sibuk dengan handphone nya.

Fina memasukkan handphone yang tadi ke saku, lalu mundur agar langkah nya beriringan dengan Ciya. "Siapa emang? Arka? Dih, pasti enggak orang dia bodoh gitu."

"Ada pokoknya!"

"Gebetan?"

"Siapa? Gebetan siapa?" Tanpa menyapa sesosok manusia dari belakang mengagetkan dua perempuan tadi. Ciya tersentak kaget sedangkan Fina reflek menoleh kebelakang.

Fina menatap tak suka pada Arka, ia mengambil duduk ditempat kosong. Karena tak mendapat jawaban Arka ikut duduk di samping Fina.

"Mau makan apa lo semua?" Tanya Ciya.

"Mau batagor sama teh es!"

"Gue aja gimana pesanin nya?" Tawar si laki laki disamping Fina.

"Nggak. Cepat mau pesan apa lo?" Desak Ciya sekilas melirik warung batagor yang sudah banyak pelanggan.

"Batagor tapi bumbu kacang nya banyakin, teh poci, ya!"

Ciya mengangguk setelahnya berlari kecil menuju warung batagor memesan tiga porsi.

"Gebetan siapa?" Ulang Arka.

Fina menopang pipinya dengan kedua tangannya, lalu mengendikkan bahu pertanda tidak tahu. "Nggak tahu. Gue nebak doang."

"Lo mau nyomblangin Ciya sama siapa lagi? Kan katanya mau di comblangin sama gue, Fin!" Arka merengut.

"Santai!" Fina mengipas Arka dengan tangannya, "Ka, lo udah jadian?"

"Sama Ciya?"

Fina mengangguk.

Arka menghela nafasnya lalu menggeleng berat. "Belum."

"Jadi? Pacar Ciya siapa, dong? Kemarin dia pulang sama pacar nya kata Ciya, terus gue tanya itu Arka bukan, dia jawab nggak." Fina diam sebentar melihat ekspresi Arka. "Apa lo keduluan ya, Ka?"

Satu tarikan satu sudut bibir Arka menunjukkan nya tersenyum remeh. Bukannya kecewa atau kaget Arka malah memberikan senyum remeh. "Nggak. Dia bohong doang."

"Lo tahu banget soal dia," ceplos Fina. "Oh pasti dia malu gara gara gue ledek terus makanya bohong soal udah punya cowok." Fina memang jago berasumsi sendiri.

"Iya. Gitu."

"Kita boleh duduk di sini?"

Suara familiar ditelinga Fina langsung membuat gadis itu mendongak dan betapa terkejut nya mendapati Abian dan kedua temannya membawa makanan masing-masing. Tak mau melewatkan kesempatan emas ini Fina mengangguk semangat sambil menunjuk kursi kosong didepannya.

Enigma, Beomgyu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang