04.

157 115 39
                                    

Jam yang berada ditangan dengan menunjukkan jarum panjang kedelapan terus berputar, jam tangan itu terkena terik mentari dari timur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam yang berada ditangan dengan menunjukkan jarum panjang kedelapan terus berputar, jam tangan itu terkena terik mentari dari timur. Pagi ini hari Senin hari yang sangat dihindari oleh kebanyakan orang orang sangat terik.

Sejuk pagi hari memang hal kesukaan Ciya yang duduk di sisi kanan pagar depan sekolah karena hari ini dirinya lah yang harus berjaga menunggu siapa yang telat mengikuti upacara yang sudah selesai dua menit lalu.

Menghela nafas lega bersyukur karena tidak ada yang telat, jadi Ciya tidak perlu repot repot harus memberikan hukuman atau membuatnya ketinggalan jam pertama belajar.

Saat hendak menyuruh satpam untuk menutup pintu gerbang masuk, suara klakson motor sport harus memberhentikan niat Ciya. Matanya memicing melihat motor yang sangat familiar untuknya, kemudian menggelengkan pelan kepalanya.

Harus drama lagi.

"Turun Lo!" Titah Ciya hampir berteriak pada yang terlambat tersebut.

Lelaki itu menggeleng, masih mengenakan helm full face nya yang menghalangi raut wajah lelaki itu. Mengendikkan bahunya tak acuh kemudian menstarter motornya hendak memasuki kawasan sekolah.

"ABIAN!!" Teriak Ciya sebab Abian, si telat tadi malah meninggalkan nya menuju parkiran tanpa merasa bersalah. Ciya menoleh ke satpam mengode menutup pintu gerbang.

Abian turun dari motor nya sembari mengacak ngacak rambutnya pelan. Messy hair Abian membuat lelaki itu menjadi lebih tampan sedikit. Sedikit bagi Ciya. Lalu menaruh helm full face nya pada jok motor miliknya.

"Abian," Panggil Ciya.

Merasa terpanggil Abian menoleh lalu tersenyum menunjukkan gigi nya yang rapi, mengangkat tangan nya lalu melambai kearah Ciya masih dengan senyum seperti tadi.

Ciya menggeram kesal, menghampiri Abian, menarik lengan yang masih terbalut jaket itu dengan kasar menuju ke tengah lapangan.

"Eh eh, aduh, yang!— ADUH!!" Jerit Abian kala Ciya mencubit nya kencang di lengan yang dari tadi ditarik kasar.

Sesampainya di tengah lapangan SMA Nusa Indah, Ciya melepaskan tarikan kasar dari lengan Abian dengan menepisnya kasar. Sungguh kasar gadis itu.

Abian mengelus lengan nya lembut dengan mengerut lucu, menatap Ciya tak sadar menatap nya minta iba. Sungguh— itu puppy eyes Abian.

Ciya menahan nafasnya berusaha tenang menghadapi Abian dengan hal yang sangat tidak bisa dipungkiri menggemaskan. Ciya melipat tangan nya didada dengan tatapan— marah mungkin.

Enigma, Beomgyu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang