30.

63 19 20
                                    

Menggeser pagar kayu cokelatnya setelah mobil milik Daniel yang membawa ketiga temannya masuk, mengunci nya karena satpam belum juga kembali dari toilet.

Bintang turun dari mobil diikuti Tama yang sedang menerima hukuman dari Bintang, kalah bermain game. Tama membawa banyak tas, menumpu di punggung nya tanpa ada yang berniat membantu, Abian pun tidak.

"Tama kayak kuli," celetuk Bian.

Diliriknya sinis Bian, tak memperdulikan apapun Tama langsung masuk kerumah Abian yang ia anggap rumah sendiri. Mungkin bisa dibilang rumah Abian ini markas ketiga ketika mereka latihan.

"Lapar banget gue," keluh Bintang sambil memegang perutnya yang baru saja berbunyi, "gue lupa makan tadi pagi."

Daniel merangkul Abian menghiraukan Bintang yang mengeluh. Daniel lelah sama Bintang yang bebal, sudah dibilangin kalau mau kemana mana itu harus makan dari rumah, kecuali ingin makan diluar.

"Yan, ada mi enggak?" Tanya Bintang berlari mensejajarkan langkah nya dengan Kai tepat dibelakang Abian dan Daniel.

Abian menoleh sedikit sudah karena ada tangan Daniel menghalangi, "adanya mi cup. Mau enggak?"

"Sama aja rasanya! Asik makan gratis lagi!" Bintang langsung pergi ke dapur meninggalkan ketiga nya.

Manik Abian mencuri curi pandang pada Kai. Lelaki lahir paling terakhir antara semua anggota tubatu itu asik dengan handphone nya tanpa memperdulikan Abian dan Daniel. Fokus berjalan dan pada handphone.

Setelah sampai dikamar, Abian menghidupkan lampunya. Di kamar sudah ada Tama yang mengambil cemilan di sebuah lemari berisi banyak cemilan persediaan. Itu Ciya yang mengisi.

"Yan," panggil Kai.

Bian berdehem sambil menengadah, "apa?"

"Beneran nggak ada kerjaan atau penghambat lainnya, 'kan?" Tanya Kai.

Abian menganggukkan kepalanya, "ya iya. Gue udah janji bener bener janji, jadi nggak akan gue ingkari."

Senyum cerah terpampang di wajah Kai, ia mengacungkan jempolnya pada Bian, "sip! Gue udah enggak sabar besok kita bakalan manggung terus banyak yang nonton dari biasanya!" Seru Kai.

"Apalagi gue! Nggak sabar banget. Emang udah banyak manggung nya tapi kalau banyak banget yang nonton gue rasa kita harus bener bener, deh," seruan semangat Kai dibalas dengan excited Daniel.

Tama ikut duduk di sofa, memberikan cemilan kentang pada Kai, "nih, ambil! Jangan berlaga miskin dari tadi minta di traktir! Cucu pemilik agensi kok miskin," cibir Tama.

Kai meringis. Tama ini kalau kesal kenapa tidak bisa menjaga rahasia? Baru saja kemarin Kai ceritakan jika fakta yang ia baru tahu bahwa Kai adalah cucu dari pemilik agensi nya pada Tama dan meminta untuk merahasiakan barang satu hari setelah manggung pun pupus. Tak bisa.

Tama melotot seketika menyadari apa yang baru saja ia katakan, Kai yang melihatnya menghela nafas saja.

"Wait," Daniel membenarkan duduknya, "tadi apa? Lo bilang apa, Tam?"

"Nggak. Gue nggak ngomong apa-apa."

"Dikira kita nggak punya telinga apa. Tadi jelas jelas lo nyaring banget bilang Kai cucu dari pemilik agensi! Wah! Lo berdua punya berapa banyak rahasia selain itu? Kalian—"

Enigma, Beomgyu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang