Waktu berlalu begitu cepat. Tak terasa, jadwal ujian akhir sudah di depan mata. Tepatnya, minggu depan ujian lisan maupun tertulis akan dimulai. Selepas mengikuti pelajaran di kelas praktik ini, kemampuan berbicara dalam bahasa Inggris lumayan meningkat.
"Anak kelas kamu ada acara apa nggak, Al?" tanya Luna pada Alka.
Saat ini, penghuni Bunga Desa duduk di teras kamar masing-masing untuk belajar bersama. Kalau kata Luna, sharing tipis-tipis.
"Kayaknya nggak ada. Kenapa, Lun?" Alka penasaran maksud dari pertanyaan Luna.
"Excellent Class mau bikin acara gathering gitu abis ujian. Nggak tahu aku bisa ikut apa nggak. Soalnya mendekati jadwal tes masuk kuliah. Kayaknya aku harus segera balik kampung," jelas Luna sendu.
Excellent Class itu sebutan untuk kelas E. Kalau kelas D tempat Alka, teman-temannya menamakan Dream Class. Katanya, D-Class itu isinya para pemimpi yang selalu berjuang untuk mewujudkan mimpi-mimpi itu meski dalam keadaan terpuruk sekalipun. Alka hanya mendoakan hal baik atas nama yang diputuskan teman kelasnya itu. Lagipula, itu sejalan dengan jalan pikirannya saat ini. Yakni, meski berdarah-darah mengimbangi temannya yang lain dalam memahami materi, Alka akan terus belajar dengan baik sekaligus bisa lekas pulih dari rasa trauma dengan cepat.
"Sepertinya seru kalau ada liburan bareng gitu ya, Lun," ucap Alka.
"Makanya ... rasanya nggak rela aja kalau abis ujian langsung pulang," sahut Luna kesal.
"Funny Class gimana, Yuk?" Alka bertanya pada Isna yang masih sibuk menghapal materi untuk ujian lisan.
Untuk ujian lisannya sendiri biasanya langsung berhadapan dengan pemilik tempat kursus. Selain itu, ada juga praktik berbicara dengan orang asing. Itulah sebabnya teman-teman pada belajar dengan giat. Sebab, akan malu jadinya kalau nggak bisa jawab sama sekali. Wibawa sang pemilik tempat kursus memang begitu kentara. Sehingga, tidak heran kalau para murid menaruh rasa kagum dan berusaha sekuat tenaga untuk menunjukkan peningkatan kemampuan masing-masing pada pria yang saat ini berusia hampir kepala tujuh tersebut.
"Funny Class nyantai, sih. Paling cuma makan di luar dan foto bareng. Rencana Pak Ketua kayak gitu." Isna menanggapi.
Berbicara tentang Pak Ketua, Alka lantas teringat sosok leader di Kelas F yang sama dengan Isna tersebut.
"Kata Kay, nggak semuanya stabil dalam hal finansial. Makanya, nggak perlu ngoyo liburan. Mending buat kumpul-kumpul sederhana saja, misalnya masak bareng di kos siapa gitu. Kalau enggak ya ke tempat makan sekalian yang lebih praktis. Yang penting makna kekompakannya itu bisa tetap ditonjolkan." Isna bercerita menggebu seolah bangga dengan pemikiran bijak dari sang ketua.
Dalam hatinya, Alka juga bangga terhadap ketua kelas F tersebut, yang tak lain adalah Kay. Dari caranya berbicara saja, Alka mengerti bahwa Kay memiliki jiwa leadership yang bagus. Cocok untuk dijadikan sosok pemimpin dalam bidang apa saja. Alka tak henti mengagumi lelaki tersebut. Selain berwawasan luas, Kay juga bisa menjadi pendengar yang baik. Lelaki itu juga mampu menjadi teman diskusi yang asyik.
"Aku cerita tentang Kay, kok kamu yang senyum-senyum sendiri deh, Al. Heran aku!" ujar Isna menodai isi kepala Alka yang masih terlempar jauh pada sosok Kay yang sedari tadi memenuhi isi kepalanya.
Alka lantas berdecak mendapati sentilan dari Isna tersebut.
"Alka! Dicari temanmu yang sering ke sini itu. Katanya, ada janji mau belajar bareng," ujar salah satu penghuni kos yang kebetulan kamarnya berada di samping kamar Alka dan Isna.
"Ciye ....!" Seruan dari anak kos pun menggema memenuhi sudut-sudut kamar. Alka sungguh malu luar biasa sekarang.
"Diem, ah! Efek 'ciye-ciye' kalian nggak baik bagi hati, tahu nggak?" ucap Alka kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
IKHTARA (SUDAH TERBIT)
Teen FictionAlka Radhika, remaja berusia enam belas tahun baru saja mengalami kecelakaan maut bersama keluarganya sampai menyebabkan sang paman meninggal. Rasa trauma menghantui gadis remaja itu sepanjang waktu. Sehingga, ia memutuskan untuk hijrah dari kampung...