"Alka Yagnik!"
Teriakan kencang itu sontak membuat gadis yang bernama Alka itu menoleh. Ia memasang tampang masam pada sang penyeru karena telah memanggilnya dengan nama yang tidak seharusnya.
Nama gadis itu memang Alka. Tepatnya, Alka Radhika. Orangtuanya mengatakan bahwa Alka memiliki arti gadis yang cantik. Itu mungkin sesuai dengan parasnya yang menarik, serta senyumnya yang memikat karena ada yang bilang sangat manis bagai gulali. Namun, ada satu kekurangannya secara fisik, yaitu tubuhnya yang mungil hanya berkisar 150cm lebih sedikit. Maka dari itu, ia kerap dipanggil Bocil atau Bocah Kecil. Balik lagi menyoal nama. Nama belakangnya adalah Radhika yaitu perpaduan antara Radhit dan Inka, nama kedua orangtuanya.
Kalau ada yang heran mengapa tiba-tiba nama belakang Alka berganti? Alasan pemberian namanya adalah karena sang ibu begitu mengagumi suara seorang Alka Yagnik. Bagi pencinta Bollywood tentu saja tidak asing dengan nama itu. Sebab, pada hampir setiap soundtrack film dari tanah Hindustan tersebut, penyanyinya adalah Alka Yagnik. Meski awalnya kurang terima awal mula diceritakan demikian, tetapi Alka bersyukur karena namanya masih mempunyai arti yang baik. Radhika, kalau dalam bahasa Sansekerta bermakna sukses. Alka berharap, hal tersebut bisa menjadi doa baik untuknya.
Itulah sebabnya, teman-teman dekat Alka yang mengetahui alasan di balik namanya, selalu memanggilnya Alka Yagnik.
"Ganti nama saja terus!" geram Alka pada seseorang yang bernama Isna itu. Teman kala di pesantren dulu, sekaligus yang memberi saran pada Alka untuk melarikan diri ke tempat ini. Yakni, kota kecil yang bernama Pare.
Isna hanya tertawa mendengar protes dari Alka.
"Gimana Pare, Yuk?" tanya Alka penasaran. Pasalnya, ia baru pertama kali datang ke kota yang kata orang sumber kedamaian ini.
Alka memanggil Isna dengan sebutan 'Ayuk'. Panggilan khas di Sumatra Selatan untuk perempuan yang lebih tua. Kalau dalam bahasa Jawa sama dengan sapaan 'Mbak'.
Meskipun satu kelas sewaktu di sekolah tingkat atas dulu, usia Alka dan Isna berjarak dua tahun. Saat ini, Alka berusia 16 tahun. Sementara itu, usia Isna memasuki 18 tahun. Saat masih di sekolah dasar, Alka memang pernah lompat kelas dua tahun. Bukan karena ia pandai, lalu mendapat kesempatan akselerasi. Namun, kala itu, sekolahnya kekurangan murid. Sehingga, untuk kelas 4 dan 5 langsung naik ke kelas 6 agar waktu ujian nasional bisa memenuhi kuota. Untungnya, Alka bisa mengejar ketertinggalan itu.
"Damai. Begitu sampai, aku langsung betah. Besok aja abis pendaftaran kita eksplor kota ini."
Jawaban Isna membuat mata Alka berbinar. Ia pikir, usahanya menyembuhkan rasa trauma akan berjalan lancar.
"Ayo masuk kamar dulu! Selepas beresan, nanti kenalan sama Ibu Kos," ajak Isna yang langsung mendapat anggukan oleh Alka.
Sebelum melangkah ke tempat kos, Alka baru mengingat satu hal yang sejak tadi ia lupakan.
"Eh, sebentar, Yuk!" seru Alka sambil menyerahkan koper yang ia bawa pada Isna.
"Ya sudah. Aku ke dalam dulu. Nanti masuk aja lewat pintu samping. Kamar kita yang nomor dua." Isna menjelaskan singkat pada Alka sebelum masuk ke rumah kos.
Alka lantas menoleh ke sisi jalan yang masih sepi. Di sana, hanya ada satu sosok yang mengamatinya dalam diam. Lalu, Alka segera menghampiri orang itu.
"Maaf, Mas. Tadi diabaikan gitu aja," ujar Alka penuh sesal. Lelaki itu hanya tersenyum menanggapinya.
"Manis," gumam Alka dalam hati.
"Astaghfirullah." Alka langsung tersadar akan ketidakberesan hatinya itu.
"Terimakasih banyak ya, Mas. Kalau nggak ada Mas, nggak tahu nasibku gimana." Alka berucap santai tanpa memandang lelaki itu. Rasa sedikit takut masih bercokol di hatinya. Meski ia sadari, lelaki itu adalah orang baik. Apalagi, pas cuaca lebih cerah seperti sekarang, kadar tampannya benar-benar tak bisa terbantahkan.
![](https://img.wattpad.com/cover/283233513-288-k989558.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
IKHTARA (SUDAH TERBIT)
Ficção AdolescenteAlka Radhika, remaja berusia enam belas tahun baru saja mengalami kecelakaan maut bersama keluarganya sampai menyebabkan sang paman meninggal. Rasa trauma menghantui gadis remaja itu sepanjang waktu. Sehingga, ia memutuskan untuk hijrah dari kampung...