09. Tanah Blambangan

22 15 0
                                    

Setelah melakukan perjalanan panjang dan menguras rasa malu dan tenaga. Akhirnya, Alka tiba di terminal Jajag, Gambiran, Kabupaten Banyuwangi. Tepatnya, sekitar hampir tengah malam.

Terminal Jajag malam ini masih tampak ramai. Banyak orang berlalu-lalang di beberapa sudut, seperti tukang ojek atau sopir angkutan yang masih gigih mencari penumpang. Para penjual makanan pun masih banyak yang menggelar dagangannya.

"Akhirnya!" gumam Alka pelan.

Alka turun dari bus dengan langkah lebar sembari melihat ke sekeliling, mencari-cari seseorang yang sudah berjanji akan menjemputnya.

"Bocil!" seru seseorang yang sontak menoleh ke arah sumber suara.

Alka seketika berlari menuju sang pemanggil itu dan langsung memeluknya erat.

Ada seseorang yang menatap gerak-gerik Alka dengan lekat. Antara terkejut dan bingung karena ada lelaki asing yang memeluk gadis yang sedari beberapa jam yang lalu bersamanya. Dalam pikirannya, Kay tampak penuh tanya.

"Kirain hilang." Pria yang berusia sekitar dua puluh lima tahun itu berkata dengan santai.

"Om Anda jahat! Memangnya, aku anak kecil." protes Alka dengan manja. Gadis itu sungguh kesal dibuatnya.

Om Anda yang dimaksud Alka adalah adik kandung dari Pak Radit, sang ayah. Alka sempat mengamati sang paman sekilas tadi, ia melihat banyak perubahan pada wajah lelaki itu. Saat ini, ada jambang tipis menghiasi wajah yang lumayan tampan itu. Kalau Alka bilang, pamannya itu terlihat lebih dewasa.

Malam ini, Anda baru saja menghadiri sebuah kegiatan di daerah sekitar terminal. Kata sang paman, ada pertemuan dengan rekan kerjanya. Sehingga, lelaki yang memiliki tatapan elang itu menawarkan diri untuk menjemput Alka.

"Sama siapa tadi, Cil?" tanya Anda sambil mengurai rengkuhannya pada Alka.

Alka sontak menepuk keningnya. Ia hampir lupa kalau ia pergi ke Tanah Blambangan ini bersama seorang teman. Saking malunya menyoal kejadian di bus tadi, Alka berlari tergesa untuk menghampiri sang paman.

"Kay! Sini!" teriak Alka tidak cukup lantang. Namun, masih bisa didengar dengan baik oleh Kay.

Kay, yang sedang memainkan ponselnya, lantas mendongak sambil menyunggingkan senyum.

"Duhai, Hati ... kamu baik-baik aja, 'kan?" bisik Alka dalam hati setelah menangkap senyum seindah bunga yang sedang bermekaran itu dari bibir Kay.

"Kenalin, Kay! Ini adiknya Bapak. Om, kenalan sendiri aja, sih!" Rasa jengkel Alka memuncak karena melihat sang paman hanya senyum-senyum tak jelas ketika menatapnya yang sedang mati-matian menyembunyikan rasa salah tingkah.

Akhirnya, dua laki-laki yang berbeda usia itu saling berkenalan. Lalu, Anda mengajak Kay pulang bareng karena ternyata rumah mereka searah.

Kemudian, Alka, Kay, dan Anda berjalan santai menuju ke mobil Anda yang diparkirkan tidak jauh dari posisinya berhenti tadi.

"Bocil, jangan tidur! Pasti sepanjang jalan sudah merem aja bawaannya," ucap Anda sambil terus berfokus pada kemudi.

Mobil itu membawa ketiga orang itu ke arah Selatan dari Terminal Jajag. Untuk menuju tempat yang dituju, yaitu Pesanggaran, harus melewati beberapa wilayah seperti Desa Purwodadi. Setelah itu, rutenya ke Simpang Pedotan yang berada di daerah Kebondalem, Bangorejo. Baru kemudian, tiba di daerah Pesanggaran.

Alka berdecak kesal.

Kay mengulum senyumnya melihat tingkah laku Alka ketika berinteraksi dengan sang paman.

IKHTARA (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang