Halo Readers! Selamat datang kembali.
Semoga kalian sehat selalu ya!
~Happy Reading and Enjoy~Kebingungan Kay yang sebelumnya saja tidak selesai-selesai. Sekarang kebingungannya malah bertambah, teka-teki sticky notes yang menempel di paketnya cukup menambah kebingungan Kay. Jika bukan Mahen, lalu siapa penulis isi sticky notes misterius itu? Mana mungkin penulis novel Mariposa yang menulis isi sticky notes, Tentu saja sangat tidak mungkin.
Sampai danau Toba berpindah ke depan rumah Kay pun itu semua tidak mungkin terjadi. Apa mungkin kurir yang mengirim paket Kay yang menulis isi sticky notes-nya?
“Waktu itu Mama sempet bilang ada kurir paket yang titip salam ke gue... Apa jangan-jangan dia ya? Tapi siapa? Gue enggak punya temen seorang kurir.”
Kay melamun di depan kolam renangnya. Sepasang kakinya tercelup ke dalam air sembari menendang-nendang air ke arah depan. Semakin dipikirkan semakin membuatnya bingung. Dia bukan detektif conan yang bisa menyelesaikan teka-teki.
“Aahh! Makin bingung kalau dipikirin,” gerutu Kay.
Tak dipikirkan pun, semua teka-teki itu muncul sendirinya di benak Kay. Membuatnya kepalanya pening, tujuh keliling.
“Daaarrr!!” Seseorang dari arah belakang mengejutkan Kay.
Kay menolehkan wajahnya, melihat si pemilik wajah yang sudah membuat Kay terkejut setengah mati.
“Saskia?” Kay bingung akan Saskia yang tiba-tiba datang ke rumahnya. “Ngapain lo ke sini, Sas? Enggak ngabarin gue lagi lo!”
“Lo lupa apa pura-pura lupa?” cibir Saskia. “Besok kan tanggal merah. Dan lusa sekolah kita ulang tahun yang ke 30 tahun. Seperti tahun sebelumnya, sekolah ngadain perayaanlah. Tadi di sekolah gue udah kasih tau lo!” sambung Saskia menggebu.
Mampus! Saking sibuknya memikirkan yang belum pasti, Kay malah melupakan yang sudah pasti. Untung saja Saskia mengingatkan.
“Terus kapan lo mau balikin jaket cowok pendiem kelas sebelah?” Lagi-lagi Saskia mengingatkan apa yang seharusnya Kay lakukan.
Rasanya Kay ingin sekali memiliki jurus seribu bayangan seperti Naruto, atau memiliki kantong ajaib seperti Doraemon. Sayangnya dia tak memiliki keajaiban apa pun yang bisa membantu dirinya menyelesaikan semua masalahnya sekarang, selain dirinya sendiri.
“Ya udah, kita masuk. Gue mau nyuci dulu jaketnya, belom gue cuci.” Kay meringis.
***
Suara Alarm Saskia membangunkan Kay tepat pada jam 5 subuh. Sedangkan pemilik Alarmnya saja malah tertidur pulas, tak bangun-bangun. Kasihan Alarm ponsel Saskia, sudah bersuara sekencang ini pun tak membangunkan Saskia yang tertidur. Seakan-akan usahanya bersuara kencang itu tak ada gunanya.
Keberadaan Saskia di sini sangat membantu Kay. Mulai dari mengingatkan apa pun yang terlupakan oleh Kay, sampai membantu cari tahu alamat Arion. Dan ya, Kay sudah mendapatkan alamatnya dari teman Saskia yang tak lain juga teman sekelas Arion.
“Bodo amat dengan si kebo satu ini. Gue mending mandi, lari pagi, sekalian deh anterin jaket si Vampir.”
Kay segera bangun dari tempat tidurnya. Pergi menuju kamar mandi dan segera mempersiapkan dirinya untuk berangkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Past Courier (SELESAI)
JugendliteraturKaila Grizelle Ayudia tak pernah sedikit pun berpikir akan masa lalu yang sudah ia kubur dalam-dalam akan kembali menampakkan wajahnya dalam bentuk kurir sekaligus siswa pendiam yang sangat dibenci oleh kaum hawa. Kepergian Arion-masa lalu Kay- sepu...