Epilog

74 8 27
                                    

Selamat membaca tahap akhir yang menyakitkan. Haruskah berkata enjoy?

Tempat Kay dimakamkan kian ramai orang yang berdatangan. Hampir seratus persen orang yang berada di sana memasang wajah sedih, bahkan tak sedikit orang yang menangis. Rion hanya bisa mematung, tak tahu akan melakukan apa selanjutnya tanpa Kay.

Dunia seakan hancur, bukan hanya Rion yang merasakan hal itu. Tapi juga pendatang lainnya yang saat ini tengah saling menguatkan.

Rion mengedarkan pandangannya, melihat keadaan sekelilingnya. Matanya melihat Mahen dan Saskia yang saling berpelukan, Nenek Irma yang sedari tadi hanya melamun saja, Linda yang menangis tak bersuara di samping Dirga, kedua adik kembar Kay yang menangis sesenggukan, Khansa yang tak berhenti menguatkan Rion, juga tak lupa dengan keluarga Rion yang ikut menangisi kehilangan ini.

“Kak Rion.” Elvira yang sedari tadi menangis di sampingnya, kini menarik baju Rion.

“Iya? Kenapa?” Sebisa mungkin Rion menyahut perkataan Elvira dengan nada bicaranya yang lembut.

“Kak Kay udah enggak bisa bangun lagi? Dia udah enggak bisa keluar lagi dari dalam tanah itu?” Dengan polosnya Elvira melontarkan perkataan yang jelas menusuk hati Rion.

“Iya, Sayang. Kakak kamu akan tidur selamanya di sisi Allah. Dia udah enggak sakit lagi sekarang, ikhlasin dia pergi meninggalkan kalian ya? Jangan sedih terus, Kak Kay nanti ikut sedih di atas sana,” tunjuk Rion pada langit yang sedari tadi mendung.

“Kak Kay cape ya sama kita yang nakal? Dia udah enggak sayang aku sama Elvira, Kak? Aku minta maaf kalau keberadaan aku sama Elvira bikin Kak Kay susah.” Kini, giliran Elvina yang melontarkan perkataan menyakitkan itu.

Tinggi badan Elvira dan Elvina yang mungil, membuat Rion mesti membungkukkan tubuhnya terlebih dahulu untuk menyeimbangkan dirinya dengan kedua anak kecil di sampingnya itu.

“Gini ya, biar kakak jelasin.” Rion menarik nafasnya panjang, menyiapkan dirinya untuk berkata semuanya dengan raut wajah yang baik-baik saja. “Kalian adalah salah satu harapan Kay selama ini. Dia mau seorang adik, bahkan dia pernah berharap memiliki adik kembar. Jadi, keberadaan kalian itu enggak buat dia susah, dia malah senang ada kalian.”

“Itu artinya Kak Kay akan kembali lagi bersama kita karena Kak Kay senang bersama Elvira dan Elvina?” Elvira menatap Rion dengan penuh pengharapan.

“Enggak.” Satu kata yang mampu meruntuhkan harapan Elvira sekaligus perasaannya. “Allah lebih sayang sama Kakak kamu. Dia udah senang di sana, karena dia udah enggak meeasaka sakit lagi. Jadi, kamu juga harus senang ya di sini? Ada Kak Rion. Kamu enggak akan kehilangan kasih sayang seorang kakak.”

Rion begitu yakin berkata demikian, dirinya bersusah payah menyemangati orang lain. Namun, Rion lupa dengan dirinya sendiri. Apa mungkin Rion bisa senang juga seperti perkataannya pada Elvira?

Kedua anak kembar itu segera memeluk tubuh Rion, seraya kembali menangis sesenggukan. Hal itu membuat tangis Rion pun pecah tak lagi tertahan.

Rion adalah salah satu orang yang mengantarkan Kay ke peristirahatan terakhirnya. Bahkan, sehari sebelum itu pun, Rion sudah bersama Kay seharian. Selama di rumah sakit pun, Rion enggan meninggalkan Kay, walaupun hanya sedetik. Ada rasa sesal yang muncul di dirinya, mengapa saat itu dirinya harus pergi ke kantin padahal Kay tengah kesusahan?

Tapi, ini semua sudah menjadi takdir Tuhan. Pergi atau tidak saat itu, jika memang sudah takdirnya begini, apa yang bisa dilakukan?

“Sekarang aku bingung, Kay. Apa aku bisa hidup tanpa kamu? Tapi aku janji, aku akan menjaga keluarga kamu seperti aku menjaga keluargaku sendiri,” gumam Rion, tatapannya tak beralih dari gundukan tanah yang berisikan kekasih hatinya.

“Benar kata kamu, kita enggak bisa terlalu berharap pada keajaiban. Nyatanya keajaiban pada kamu itu enggak ada, Kay.”

Rion menatap sendu nisan yang tertera nama lengkap Kay. Orang yang selama ini menjadi pendamping hidupnya, sudah berada di dalam sana, sendirian di dalam kegelapan.


***

Rion membuka pintu kamar Kay dengan perlahan, menampilkan keadaan kamar Kay yang begitu rapi. Kenangan demi kenangan silih berkelebat di pikirannya. Rion ingat betul kejadian yang menimpanya di masa lalu. Di saat dirinya mengetahui jika Kay adalah wanita yang selama ini ia cari. Di saat itu juga, Rion mulai masuk ke dalam dunia Kay yang begitu rumit.

Matanya memandang ke arah sekitar dengan begitu rinci. Hingga pandangannya terhenti tepat pada foto yang terpajang di meja belajar milik Kay. Foto dirinya bersama Kay di masa lalu. Tangannya meraih foto itu dengan perlahan, lalu membelai foto itu dengan lembut.

“Halo anak kecil yang pendiam, ternyata 10 tahun tak bertemu benar-benar sudah mengubah kamu menjadi perempuan bawel dan super aktif ya,” lirih Rion menatap sendu foto itu.

Rion memeluk foto itu, membayangkan jika dirinya tengah memeluk Kay. Tiba-tiba, perkataan Kay sebelum meninggal muncul di otak Rion begitu saja.

"Jaga Yola baik-baik ya. Separuh jiwa aku ada di tubuh Yola. Jika suatu saat aku beneran meninggalkan kamu, kamu jangan sungkan untuk masuk ke kamar aku ya? Di bawah kasur aku sudah siapkan sesuatu untuk kamu."

Deretan kata yang pernah Kay ucapkan itu kini kembali Rion ingat. Rion segera menyimpan foto yang sedari tadi berada di dekapannya. Lalu segera berlari menuju balkon kamar Kay untuk mengambil Yola.

Setelah Yola berada di pelukannya, Rion segera memeriksa bawah tempat tidur Kay. Di sana terlihat kotak hitam besar, tak butuh waktu lama, Rion menarik kotak itu keluar. Memerhatikan setiap inci dari kotak itu.

Tangis Rion pecah ketika membuka kotak itu, terlebih lagi ketika membaca beberapa surat yang Kay sampaikan di dalam kotak itu.

“Ternyata kamu seyakin itu ya meninggalkan aku? Jadi aku harus kembali berpisah dengan kamu, Kay? Bukan hanya 10 tahun tapi selamanya?” Rion terus bertanya-tanya pada isi kotak hitam itu.

“Sekarang, aku enggak bisa jadi kurir lagi untuk cari kamu. Kita aja udah beda alam, Kay ....” Air mata Rion terus menetes dengan sendirinya. “Tapi, walau kita udah beda alam. Kamu tetap punya tempat singgah di hati aku. Sebagian hati aku sudah kamu singgahi untuk selamanya.”

- TAMAT -

Selesai sudah yaa cerita ini. Alhamdulillah aku bisa menyelesaikan cerita ini walau dengan berbagai kendala. Semoga Kay dan Rion akan selalu kalian kenang ya.

Jujur, Ngerasa tega banget ya sama kedua pasang kekasih menggemaskan ituuu😭 Maaf yaa aku harus kembali memisahkan mereka seperti dulu. Bedanya, jika dulu hanya berpisah dalam waktu 10 tahun, sekarang mereka berpisah untuk selamanya.

Terima kasih yaa untuk kalian yang setia baca cerita ini sampai akhir cerita. Do'ain terus yaa biar Past Courier sampai di tangan penerbit😂 Sampai jumpa di lain waktu. See you!

Salam sayang,

Alonguizi.

Past Courier (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang