Chapter 23 : Peristiwa Tak Terduga

156 51 267
                                    

Halo sayang-sayangnya Author!
Gimana kabarnya hari ini? Semoga selalu sehat ya!
Chapter baru nihh... Sudah siap baca chapter ini?
Oke! Yo... Happy Reading and Enjoyy!!

Seharian Rion tak berhenti melamun, memikirkan nasibnya dengan Kay ke depannya akan bagaimana. Sepertinya sudah tak ada harapan untuk mereka kembali bersatu. Selama 10 tahun ini Rion mati-matian menghindari wanita. Sangat berbeda dengan Kay yang malah mendekati dan didekati banyak lelaki.

“Udahlah, Yon. Lo harus move on, kejadian kemarin enggak usah lo pikirin lagi. Kalau emang dia jodoh lo, Tuhan pasti kembalikan kalian bersatu,” pesan Audina mengingatkan hal yang menurutnya itu benar.

“Si Rion kenapa lagi nih?” tanya Andreas ikut menimbrung.

“Enggak kenapa-kenapa, Yah. Rion keluar dulu ya, Yah. Bunda mana?”

Untuk saat ini, berada di rumah bukan hal yang tepat untuk Rion lakukan. Ia butuh waktu sendiri, butuh waktu untuk mencerna semuanya secara sendirian, tanpa siapa pun yang ikut campur. Termasuk keluarganya.

“Bunda di kamar Echa, lagi main kali sama Echa,” tunjuk Andreas pada pintu kamar yang tertutup.

Rion langsung pergi ke sana, bermaksud untuk meminta izin pada Audrey jika dirinya akan keluar rumah.

“Si Iyon kenapa lagi, Kak?” tanya Andreas pelan, namun masih terdengar di telinga Rion.

“Galau, Yah. Biasa anak muda,” jawab Audina yang dijawab anggukan oleh Andreas.

Rion mengetuk pelan pintu yang ada di hadapannya. Selang beberapa detik, pintu terbuka memperlihatkan Audrey yang tengah menggendong Alesha, adik kecil Rion.

“Bunda, Rion mau keluar ya, Assalamu’alaikum.” Tanpa mendengar perkataan Audrey terlebih dahulu, Rion langsung mengambil tangan Audrey dan menciumnya. “Dadah, Echa.” Rion pun tak lupa untuk mencium pipi adiknya terlebih dahulu sebelum pergi.

“Waalaikumsalam, hati-hati, Yon.”

***

Di supermarket, Kay baru saja selesai membeli buah-buahan dan segala macam kebutuhan untuk Neneknya. Melongok Neneknya yang sakit sudah menjadi rutinitas Kay setiap bulan. Jika saja tidak sibuk, Kay bisa melongok Neneknya sampai beberapa kali dalam satu bulan.

Singkat cerita, sejak Kakeknya meninggal, Nenek Kay mengalami penyakit gangguan mental. Sering berbicara sendiri, halusinasi, dan tak ada koneksi ketika diajak mengobrol. Bahkan ia lupa semua nama orang yang dikenalnya, terkecuali Kay. Neneknya sangat jelas mengingat wajah Kay. Namun, tak ingat banyak akan kehidupan Kay.

“Kayanya Nenek pasti seneng banget dibawain roti isi stroberi favoritnya,” ucap Kay pada dirinya sendiri.

Kay berjalan di jalanan yang cukup sepi. Di jalanan sini hanya mobil-mobil pribadi yang berlalu lalang. Jadinya Kay harus berjalan terlebih dahulu beberapa meter untuk bisa menaiki taksi.

Dengan senyum yang masih mengembang di bibirnya, Kay terus melihati isi kantong belanjaannya tadi.
Membayangkan raut wajah bahagia Neneknya ketika Kay melongoknya dengan banyak barang bawaan.

“RAISA!!” Suara kencang seseorang dari arah belakangnya membuat Kay terperangah, belum lagi tangan kasar yang menariknya kuat-kuat.

Kay sangat terkejut ketika mengetahui orang yang berada di belakangnya. Seorang lelaki berbadan tinggi dan besar, serta penampilannya yang kumal. Orang itu berhasil membuat Kay sangat ketakutan saat ini. Ya, itu bukan orang biasa, melainkan orang gila dengan raut wajah yang benar-benar menakutkan.

Past Courier (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang