Chapter 47 : Keluarga Kay?

67 19 52
                                    

Haiii readerskuu... Gimana kabarnya? Semoga selalu sehat dan bahagia ya!
Gimana udah siap baca chapter 47? Okee deh yuk.
Selamat membaca dan enjoy yaaa!

Pulang ke rumah adalah hal yang membuat Kay tak bersemangat belakangan ini. Rumah yang sedari dulu menjadi tempat Kay berpulang, sekarang menjadi tempat yang Kay hindari. Kedatangan Dirga kembali memang benar-benar mengubah dunia Kay, bukan dunia yang lebih cerah, melainkan dunia yang lebih gelap.

Kay membukakan pintu rumahnya dengan tubuh yang lesu. Padahal baru beberapa menit lalu Kay terlihat bersemangat. Baru saja masuk ke dalam rumahnya, Kay langsung disuguhkan raut wajah tak mengenakkan dari Dirga.

“Kakak!” Pelukan adik kembarnya sedikit meredamkan rasa kesalnya pada Dirga. “Kakak dapat kado banyak ya dari sekolah?” tanya Elvira menatap kado yang Kay bawa.

“Bukan, ini dari temen Kakak.” Walau keadaan hatinya tak karuan, Kay harus tetap tersenyum manis di hadapan anak kembar yang tak tahu apa-apa.

“Nilai kamu bagaimana, Kaila? Memuaskan?” tanya Dirga langsung pada intinya.

Sedangkan Linda, tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya. Tangannya malah mengelus-elus pundak Kay dengan lembut. Seakan memberi energi positif pada Kay agar putri semata wayangnya itu kuat menghadapi keadaan saat ini.

“Sebelumnya, Kay mau minta maaf sama Mama.” Kay menatap Linda lekat-lekat. “Maaf Kay belum bisa jadi nilai tertinggi di sekolahan. Kay hanya bisa meraih nilai tertinggi ke dua di kelas Kay. Maaf jika Kay membuat Mama kecewa,” lirih Kay merasa malu harus memberitahu itu semua.

“Kenapa Mama harus kecewa? Bagi Mama nilai tertinggi itu enggak penting. Mau nilai kamu jelek sekali pun, Mama tetap bangga sama kamu.” Linda tersenyum pada Kay.

“T-tapi, Ma___”

“Melihat perjuangan kamu belakangan ini aja hati Mama sudah terguncang. Padahal Mama hanya ingin kamu fokus belajar dan memiliki ilmu yang cukup untuk masa depan, Mama enggak meminta kamu berprestasi tinggi.” Penjelasan Linda membuat Kay terharu. Pasalnya hanya Linda seoranglah yang mengerti kondisi dan perjuangan Kay sedari kecil.

Kay melepas pegangan tangan Linda. Berjalan menghampiri Dirga yang diam saja memperhatikan Kay dan Linda. Biasanya telinga Kay selalu saja mendengar perkataan menyakitkan yang keluar dari mulut Dirga, tak biasanya Dirga bersikap seperti ini.

“Papa...,” panggil Kay pelan.

Dirga melirik Kay tanpa berkata apa pun. Hanya menatap bola mata Kay yang mulai bergelinang air mata.

“Maaf jika selama ini Kay berlaku tak sopan pada Papa. Tapi... Asal Papa tahu. Keadaan Kay berat banget, Pa. Hidup dan berkembang tanpa seorang Ayah itu berat. Kay bangga sama Mama, karena Mama bisa menjadi apa pun untuk Kay, bisa menjadi Ibu, Ayah, Adek, Kakak, bahkan teman yang baik untuk Kay.” Kay mengeluarkan unek-uneknya sembari menahan tangisnya.

“Perjuangan Kay selama ini semata-mata hanya ingin membuat Mama bangga. Karena hanya Kay yang bisa Mama andalkan, hanya Kay yang ada di sana saat Mama susah, hanya Kay yang ada di sana saat Mama sedih, dan hanya Mama yang selalu membuat Kay bangga atas perjuangannya. Saat itu Papa ke mana? Papa makan apa? Apa Papa ngerasain makan nasi sama garam aja kaya aku sama Mama?” Air mata Kay tumpah tak tertahankan.

"Kita hidup susah, Pa. Sebelum akhirnya Mama melanjutkan bisnis Nenek. Kita bisa hidup seperti sekarang," tambah Kay menghapus air matanya.

“Maaf, Nak. Maafkan Papa. Papa memang bukan seorang Ayah yang baik, Papa memang pantas dapat perlakuan tak sopan dari putrinya. Papa jahat sama kamu.”

Past Courier (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang