Chapter 49 : Kabar Buruk

72 19 50
                                    

Haloo, selamat datang kembali.
Selamat membaca dan enjoy yaaa...

Keadaan kafe yang sepi mendukung niat Kay yang hendak berbicara serius dengan Khansa. Kay berjalan menghampiri Khansa yang sudah datang lebih dulu darinya, tersenyum ke arahnya lalu duduk tepat di sampingnya. Untung saja Kafe benar-benar sepi pengunjung, membuat Kay tak canggung untuk bercerita panjang lebar pada Khansa.

“Maaf ya telat. Maaf juga seharusnya ketemuannya kemarin, tapi karena ada masalah jadinya diundur sekarang,” ucap Kay membuka pembicaraan.

“Enggak apa-apa kok.” Perkataan Khansa yang sopan membuat Kay tersenyum salut. “Ada apa? Apa yang ingin lo bicarakan?”

“Gue langsung cerita aja ya? Tapi, jangan sampai Rion tau ini, gue mohon.”

Khansa merespons perkataan Kay dengan anggukan kepalanya sembari tersenyum lebar dengan tulus. Membuat Kay segera mempersiapkan dirinya untuk bercerita pada Khansa.

“Lo pasti udah denger cerita Rion ‘kan tentang gue yang menghilang? Gue dapet laporan dari Saski kalau kemarin lo sama Rion sempet ngobrol di parkiran.”

“Ma-maaf kalau lo cemburu, tapi___”

“Gue enggak keberatan. Malahan gue mau ucapin makasih sama lo, makasih banyak lo udah jadi sahabat yang baik buat Rion. Makasih lo selalu ada buat dia saat gue enggak ada.” Rasanya ini terlalu membingungkan bagi Khansa.

“Selama satu bulan belakangan ini lo ke mana, Ayla? Rion cari lo terus menerus. Gue enggak tega lihat sahabat gue diginiin, lo boleh jadi playgirl. Tapi... Jangan jadikan Rion korban, dia tulus cinta sama lo.” Khansa mengeluarkan unek-uneknya, mewakilkan perasaan Rion.

“Gue emang pantas dimarahin lo, gue emang pantas dibenci Rion dan semua orang. Tapi mohon, Khansa... Gantiin posisi gue di hati Rion. Gue udah enggak bisa singgah di sana.”

Khansa semakin dibuat bingung oleh Kay, terlebih lagi ketika Kay meminta Khansa untuk menggantikan posisinya di hati Rion. Bukannya Kay mencintai Rion juga? Bukannya Rion yang selama ini Kay cari-cari? Tapi kenapa harus meminta digantikan posisinya?

“Gue sakit, Sa. Gue diperkirakan enggak akan hidup lebih lama lagi. Bukan tanpa alasan gue meninggalkan Rion. Selama satu bulan gue menghilang, gue berobat ke Singapura, Sa. Gue enggak berani kasih tau Rion. Karena gue tau, Rion pasti akan sedih. Jadi, gue memutuskan untuk menyembunyikan semua ini dari dia,” jelas Kay dengan berat hati.

“Keluarga lo? Keluarga Rion? Sahabat lo? Mereka tau?” tanya Khansa bertubi-tubi. “Lalu... Lo sakit apa, Ayla?”

“Keluarga gue tau, mereka orang pertama yang tau. Sahabat gue juga tau. Tapi, keluarga Rion.... Gue enggak bilang apa-apa ke mereka. Gue pikir, setelah pulang dari Singapura, gue akan sembuh. Tapi ternyata enggak, Sa... Penyakit kanker gue udah menjalar ke otak, ke tulang, ke hati, juga ke paru-paru.”

“Kanker? Lo jangan bercanda, Ayla.” Khansa jelas terkejut setelah mendengar penjelasan Kay.

“Gue enggak bercanda. Gue kanker payudara, Khansa. Kalau lo enggak percaya, gue ada buktinya. Gue bawa buktinya.” Dengan tangan yang bergemetar, Kay mengeluarkan berkas-berkas yang sengaja ia bawa dari rumah. Lalu menyodorkan semua berkas itu pada Khansa.

Benar. Kay memang benar-benar mengidap penyakit Kanker payudara stadium akhir. Bagaimana bisa wanita semuda Kay mengidap penyakit seberat ini? Seketika tubuh Khansa bergemetar. Walau Khansa tak kenal dekat dengan Kay, Khansa merasakan gemetar yang hebat di tubuhnya.

“Udah enggak ada harapan untuk gue hidup, selain adanya keajaiban dari Tuhan.” Tak bisa ditahan lagi, air mata Kay turun begitu saja.

Khansa menutup mulutnya terkejut. “Gimana sama Rion, Ayla? Lo tega tinggalin dia gitu aja?”

Past Courier (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang