Chapter 46 : Hasil Ujian

58 22 46
                                    

Haiiii Readerss! Selamat datang kembaliiii...
Selamat membaca dan enjoy yaaaa!!!

Ujian kelulusan sudah berlangsung dari beberapa hari lalu. Kay menuruni anak tangga dengan rasa semangat yang bergelora, menghampiri Linda dan kedua adik kembarnya di meja makan. Hari ini adalah hari yang Kay tunggu-tunggu, hari di mana nilai ujian akan diumumkan, setelah perjuangan Kay yang tiada hentinya. Tentu saja Kay percaya diri dengan hasil ujiannya nanti.

“Pagi Kakak!” sapa kedua adik kembar Kay dengan kompak.

“Pagi Adik-adik cantiknya Kakak!” Kay balik menyapa.

Hubungan antara Kay dengan Elvira dan Elvina sudah jauh lebih baik dari sebelum-sebelumnya. Kay sudah tulus menganggap kedua anak kembar itu sebagai adiknya, bahkan Kay begitu menyayangi mereka.

“Seneng Mama kalau kalian akur,” ucap Linda melirik Kay dan si kembar bergantian. “Kamu hebat sayang udah nerima keadaan yang berat ini. Mama bangga sama kamu,” puji Linda dengan raut wajah senang.

“Mereka enggak salah kok, kayanya mereka yang membuat keadaan berat ini jadi sedikit ringan.” Kay berkata dengan mulut yang penuh dengan nasi goreng.

“Ujian Kakak udah selesai? Itu artinya Elvira sama Elvina bisa main sama Kakak?” tanya Elvira mengingatkan Kay akan nilai ujian.

“Oh ya, Ma. Hari ini pengumuman hasil ujian. Semoga nilai aku memuaskan ya, Ma? Aku sih yakin banget. Tapi, Aku tetep minta doanya ke Mama, juga ke Elvira dan Elvina.” Rasa antusias Kay tak juga berkurang sedari tadi.

“Pasti. Mama selalu doakan kamu kok.”

Senyum Kay mengembang dengan sempurna ketika mendengar perkataan yang baru saja Linda lontarkan. Linda salah satu alasan kenapa Kay harus tetap semangat mencapai cita-cita dan impiannya.

“Halah! Paling juga nilai kamu di bawah rata-rata. Mama kamu juga bilang kalau prestasi kamu tuh jelek banget selama Papa enggak ada di sini. Paling juga kamu masuk peringkat akhir, otak kamu tuh bodoh sama seperti Papa.” Baru saja tiba di meja makan, Dirga sudah membuat darah Kay mendidih.

“Kay enggak setuju sama perkataan Papa. Kalau Papa bodoh ya bodoh aja, jangan samakan Papa dengan Kay. Lagian prestasi rendah itu ‘kan dulu, sekarang Kay yakin udah berubah. Berkat usaha Kay sendiri,” protes Kay secara terang-terangan memperlihatkan rasa tak sukanya pada Dirga.

“Ya buktikan saja sendiri. Bodoh tetap bodoh!”
Ucapan yang begitu menyakitkan di hati Kay.

Bukannya mendukung dan menyemangati Kay, Dirga malah merendahkan dan menganggap Kay tak mampu. Walau hatinya pedih, Kay tetap harus tegar, ia harus membuktikan jika perkataan Dirga salah besar.

“Kay akan buktikan kalau Papa jauh lebih bodoh dari Kay,” tegas Kay menatap Dirga tanpa rasa takut. “Usaha aku selama ini bukan hanya ingin membuat Mama bangga, aku juga ingin membuktikan pada Papa jika aku tuh anak yang membanggakan.”

Kay bangkit dari duduknya, berpamitan pada Linda dan adik kembarnya. Melewatkan Dirga yang tengah memanas. “Perjuangan aku pasti akan membuat Papa menyesal, karena Papa udah membiarkan aku tumbuh menjadi seorang remaja tanpa kasih sayang dan perhatian seorang Ayah.”

***

Rasa kesal di hati Kay kian bertambah akibat Rion yang terlambat menjemput Kay. Selama di perjalanan menuju sekolah, Kay hanya diam saja tak bersuara. Sesampai di kelas pun Kay tetap tak bersuara pada Rion. Entah mengapa, perasaan Kay belakangan ini begitu sensitif, sering merasa kesal dan sedih secara tiba-tiba.

Past Courier (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang