Chapter 35 : Hari Berbahagia

107 35 121
                                    

Haloo! Selamat datang kembali ya sob!
Selamat membaca dan enjoy❤

Pertanyaan yang terlontar dari mulut Kay membuat Rion canggung sekaligus bingung, bingung harus menjawab apa. Dirinya belum siap untuk berkata sejujurnya, belum siap melihat Kay yang pasti sangat marah padanya. Hari ini, harus menjadi hari bahagia untuk mereka berdua.

“Gue punya alasan tersendiri. Ada hal yang mesti diselesaikan.” Rion berharap Kay tak lagi-lagi bertanya akan hal itu.

Kay menganggukkan kepalanya paham, tak ingin bertanya lagi.

“Mending jalan-jalannya sekarang aja, mood gue lagi enggak baik nih kalau diajak ketemu keluarga lo. Butuh angin dululah,” pinta Kay sedikit memaksa.

“Lo suka anak kecil enggak?” tanya Rion tak menghiraukan permintaan Kay.

“Kenapa?”

“Kita jalan-jalan sekarang, tapi gue mau ajak adik gue. Tapi kalau lo enggak keberatan gendong adik gue di motor.”

“Gue suka anak kecil kok! Malahan gue berharap, gue punya adik sebelum bokap gue pergi menghilang. Eh... Ya udah, cepet bawa adik lo ke sini. Gue tunggu ya di sini!” seru Kay sangat bersemangat.

Rasa semangat Kay menular pada Rion. Setelah Rion tersenyum ke arah Kay, Rion langsung berlari ke dalam rumahnya untuk mengambil adik balitanya itu.

Selama ini, Kay berharap memiliki sosok adik di hidupnya, setidaknya satu adik. Kay merasa terlalu kesepian jika tak memiliki saudara. Tapi, apa boleh Kay buat? Meminta pada Linda pun pasti tak akan dikabulkan.

“Yuk!” ajak Rion tiba-tiba muncul di hadapan Kay dengan seorang balita di pangkuannya.

“Aaahhh lucunya,” sanjung Kay mencolek-colek pipi adik kecil Rion. “Siapa namanya?”

“Alesha Priscanara Abimanyu.”

“Namanya cantik, sama seperti wajahnya. Nyokap lo pasti cantik!” ucap Kay tak henti-henti menyanjung anggota keluarga Rion.

Rion tersenyum begitu lebar, kebahagiaannya saat ini tak bisa terbendung. “Udah, kebanyakan muji, enggak akan berangkat-berangkat nih. Enggak sekalian puji gue juga?”

“Aduhh... Gue ada di mana nih? Gue siapa? Lo siapa?” Kay berlaga lupa ingatan. “Aneh banget deh liat lo yang banyak ngomong gini, biasanya aja nih ya ngomong sebutuhnya. Ah Vampir kutub Selatan!” tawa Kay pecah membuat Alesha melongo tak mengerti.

Rion menoyor kepala Kay pelan, menyodorkan Alesha agar segera dipangku oleh Kay. Kepala Rion terus memikirkan akan, bagaimana bisa dirinya seasyik saat ini? Rasanya Rion sudah merasa kembali bersama Kay yang dulu, Kay yang ia temui di masa kecil.

“Dasar manusia dingin, kejam, dan aneh. Manusia yang enggak bisa diprediksi sikapnya,” ungkap Kay masih dengan tawa yang mengiringi. “Eh, lo ‘kan vampir ya, bukan manusia,” koreksi Kay dengan nada meledek.

“Itu yang lo maksud pujian? Kalau lo tinggal di dunia manusia, mana mungkin berpendapat jika yang lo ucapkan tadi itu pujian,” sindir Rion sembari memakaikan helm pada Kay.

“Lo masih sama aja ternyata,” sinis Kay berhenti tertawa, kemudian segera naik ke atas motor Rion.

Selama di perjalanan Kay diam saja, begitu pun dengan Rion. Rasanya Kay tak bisa jika harus terus bersama kesepian ini. Alesha malah tertidur di pangkuan Kay.

“Arion,” panggil Kay pelan.

“Hm,” sahut Rion yang ternyata masih mendengar suara Kay yang pelan.

“Kalau bokap lo yang punya ekspedisi Tiger Parcel, kenapa motornya banyak bener? ‘kan kurir punya motor masing-masing?” Pertanyaan itu terdengar tak penting, tapi entah kenapa Kay ingin tahu banyak tentang Rion.

“Enggak semua orang punya motor. Jadinya gue minta bokap gue untuk beli beberapa motor, khusus buat orang-orang yang mau kerja jadi kurir tapi enggak punya motor.” Rion menjawab pertanyaan Kay sejelas-jelasnya.

“Wah, salut gue. Sikap lo mirip banget sama temen masa kecil gue, suka menolong orang dengan caranya sendiri. Tapi, sekarang keberadaan entah ada di mana,” celetuk Kay membuat Rion terkejut.

Sikap Rion yang diam saja, tak merespons perkataan Kay tadi, sontak membuat Kay tak enak hati. Kay beranggapan jika Rion tak tertarik pada masa lalunya. Saat ini, Kay dan Rion sama-sama tengah dilanda rasa canggung.

Motor pun berhenti di taman yang luas. Taman yang berhasil menarik perhatian Kay. Tempat yang seperti ini yang ingin sekali Kay kunjungi dan singgahi.

“Taman?” ucap Kay spontan merasa kagum akan tempat yang ia lihat itu.

“Kenapa? Enggak suka?” Rion mengambil Alesha dari pangkuan Kay.

“Suka! Suka banget!” seru Kay begitu antusias.

“Gue pilih tempat ini karena Echa suka main di sini. Di sana ada taman bermain anak, kita ke sana sekarang. Yuk!” ajak Rion dengan tangan kanannya memangku Alesha dan tangan kirinya menggenggam tangan Kay.

Dari matahari masih bersinar cerah sampai matahari mulai menghilang, Kay dan Rion asyik bermain bersama Alesha. Bukan hanya Kay yang senang, adik perempuan Rion pun ikut senang. Baru pertama kali Kay dan Alesha dipertemukan, Alesha sudah begitu akrab pada Kay.

“Lo hebat, Echa bisa akrab sama orang baru, cuma sama lo,” ungkap Rion memuji Kay.

“Dari dulu gue pengen banget punya adik, apalagi adik perempuan. Jadi sehari ini rasanya ngerasain gimana punya adik. Bahkan nih ya, gue mau punya adik kembar menggemaskan. Tapi... Bokap gue keburu ngilang waktu gue kecil,” cerita Kay sembari melipat kedua tangannya di atas tembok.

“Bokap lo pergi waktu lo umur 7 tahun, apa lo pernah minta adik waktu bokap lo ada?”

“Kok lo tau sih bokap gue pergi waktu gue umur 7 tahun? Jauh sebelum bokap gue pergi, gue udah minta adik ke bokap nyokap. Mungkin karena waktu itu bokap sama nyokap udah mulai berdebat, jadi enggak ada waktu bikin anak lagi,” kekeh Kay menyembunyikan rasa sakit di hatinya.

“Gu... Gue... Gue cuma menduga-duga aja, tadi lo ‘kan bilang waktu lo kecil,” ucap Rion beralasan.

“Dugaan lo bener, lo jago menduga-duga ya,” tatap Kay dengan senyum tipis di wajahnya.

“Gue juga menduga kalau suatu hari nanti, lo akan jadi pacar gue,” cetus Rion membuat Kay menatap Rion lekat tanpa senyuman, terkejut jika Rion bisa berkata demikian.

Salah tingkah, itu yang Kay rasakan saat ini. Wajahnya pasti berubah menjadi merah, seperti kepiting rebus. Teryata... Ini ya rasanya salah tingkah? Selama ini Kay hanya bisa membuat orang salah tingkah, dirinya sendiri baru merasakan rasa itu. Rasa malu bercampur dengar rasa senang.

Kenapa mesti senang? Kay segera membuang jauh-jauh rasa senang itu. Ia terus menegaskan pada dirinya untuk mengingat jika lelaki itu akan meninggalkan, seperti Ayahnya dan teman kecilnya.

“Bokap nyokap pasti cari Echa, kita pulang sekarang. Nanti lo makan malam di rumah gue aja, nyokap bokap gue baik kok orangnya.” Rion menyadari akan perubahan raut wajah Kay. Maka dari itu, Rion mengajak Kay makan malam di rumahnya.

Kay menganggukkan kepalanya. Wajahnya pasti masih memerah karena rasa malu yang ia rasakan saat ini.

***


Baru saja tiba di rumah Rion, Audina sudah menyambut mereka di depan rumah, seperti penjaga rumah yang sigap. Dengan raut wajah yang khawatir, Audina menghampiri Rion yang malah asyik tertawa bersama Kay.

“Gue kira Echa ke mana, ternyata diculik makhluk astral modelan lo!” Belum sempat bernafas, Rion sudah kena semprot Kakak perempuannya.

“Lain kali... Sebelum cari dan khawatirin Echa ke mana, lo tanya dulu ke Bunda. Jangan sok khawatir deh lo! Echa aman di tangan Kakak keren modelan gue!” Tak ingin kalah, Rion membalas perkataan Audina.

Ini pertama kalinya Kay menyaksikan Rion bersama Kakaknya. Ternyata sikapnya di sekolah dan sikapnya di rumah benar-benar berbeda 180 derajat. Rion tampak lebih asyik ketika berada di luar sekolah.

“Kak Audi,” sapa Kay dengan senyum manisnya.

“Eh Ayla ya? Apa kabar?” Audina balik tersenyum.

“Baik, Kak.”

“Wah, lo sama teman masa kecil lo ini udah semakin banyak perkembangan ya. Bentar lagi pasti balik lagi kaya dulu!” seru Audina dengan sengaja membongkar rahasia yang selama ini Rion pendam.

Sebagai perempuan, Audina tak mau membuat Kay semakin dalam terjebak akan rahasia Rion. Kay berhak tahu secepatnya. Dan sekarang sudah waktunya Kay tahu, dari mulut Audina, bukan Rion.

“Hah? Maksud Kak Audina apa? Temen masa kecil?” Tak ingin mengambil kesimpulan sendiri, Kay bertanya akan kejelasannya.

“Iya... Kamu Kaila Grizelle Ayudia, ‘kan? Dia Ion, temen masa kecil kamu.”

Sekarang sudah saatnya kita berpisah, good byee👐 Sampai bertemu di hari senin sob! See youu❤
Pesanku untuk kalian, jangan keluyuran di malam Minggu ya, bahaya, banyak setan hihi😂

Past Courier (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang