Chapter 27 : Ulah Rion Si Kurir

116 44 202
                                    

Haloo... Selamat datang kembali yaa
Jangan banyak basa-basi kali ya? Yuk cus kembali menyaksikan kisah Rion dan Kay!
Selamat membaca dan enjoy yaa...

Seharian ini Kay tak berhenti bersedih. Tak ada lengkungan senyum di bibirnya, yang ada hanya lengkungan bibir yang terbalik. Nyaris membentuk pelangi, namun tak berwarna. Dugaannya tentang Rion yang jatuh cinta padanya ternyata salah besar. Sikapnya tadi pagi sudah membuktikan jika Rion tak nyaman bila dekat-dekat dengan Kay.

“Udahlah Kay lo jangan galau gini, gue bingung, sebenernya lo ini kenapa sih?” Seharian ini juga Saskia berusaha membujuk Kay agar kembali ceria seperti tadi pagi.

“Gue sedih, Sas. Gue sedih banget,” keluh Kay di balik tumpukan tangannya. Kay sengaja menenggelamkan kepalanya pada tumpukan tangannya.

“Gara-gara si pendiem kelas sebelah? Lah, ‘kan lo udah biasa berdebat sama dia? Seharusnya lo udah ngerasa biasa aja kalau dia sampai berkata pedas ke lo. Kenapa harus galau sih?” tanya Saskia dengan polosnya. Saskia tak tahu apa-apa tentang kejadian kemarin.

“Bukan itu yang bikin gue galau, Sas,” sangkal Kay.

Dengan gerak badan yang tak semangat, Kay mengangkat kepalanya. Menatap lekat mata Saskia, membuat Saskia merasa terintimidasi. Apa yang salah dengan Saskia? Ia merasa tak berbuat salah. Tapi mengapa Kay menatapnya seperti sedang menatap lawan seperti ini?

“Gue berharap lebih sama dia. Tapi ternyata harapan gue sendiri yang buat gue kecewa,” lirih Kay masih dengan mata yang menatap Saskia. “Gue kira dia bakal kaya cowok-cowok yang gue baperin, bakal seneng kalau gue deketin terus. Eh ternyata itu malah buat dia enggak nyaman,” sambung Kay tanpa bersemangat.

“Kok lo bisa kira dia bakal seneng kalau lo deketin? Setiap cowok tuh beda-beda, Kay. Tiap orang aja beda, cowok juga,” kritik Saskia memberitahu Kay akan pendapatnya.

“Karena kemarin dia bener-bener lembut dan friendly banget, Sas,” ucap Kay antusias.

“Kemarin? Kemarin kenapa? Lo date sama dia kemarin?”

“Dia tolongin gue, dia beliin gue rok, dia temenin gue longok Nenek, dan dia bener-bener asik banget kemarin, Sas,” tutur Kay menjelaskan apa yang terjadi kemarin.

Mendengar penjelasan Kay, Saskia terkejut bukan main. Jika saja mereka hidup di dalam FTV, mungkin saja Kay dan Rion akan jatuh cinta, lalu happy ending. Definisi benci jadi cinta. Sayangnya, mereka hidup di dunia yang tak bisa berekspektasi lebih dan tak bisa menduga akan ke depannya.

“Memang ya, berharap pada manusia adalah patah hati yang paling disengaja.”

***

Jika earphones sudah terpasang di telinga Kay, perempuan itu berubah seakan-akan memiliki dunianya sendiri. Lagu Mesin Waktu yang dinyanyikan Mawar De Jongh menyeruak memenuhi gendang telinga Kay. Kay terbawa oleh alunan lagu, terbawa perasaan oleh setiap kata yang dinyanyikan.

“Kuingin mesin waktu. Mengantarkanku ke arahmu yang dulu. Tak ingin pergi dulu. Sesekali saja jangan kau jauh. ‘Ku Rindu masa lalu...” Kay bersenandung.

Setelah kejadian dengan Rion tadi pagi, entah mengapa perasaan Kay menjadi tak karuan. Rasa bahagia dan senyum indahnya tak lagi ada. Semesta seperti merebut kebahagiaan Kay bersamaan dengan Ayah dan teman masa kecilnya.

“Jujur... Gue kangen banget sama lo, Ion. Lo di mana sih, lo udah janji untuk jaga gue sampai tua,” keluh Kay menenggelamkan kepalanya pada tumpukkan tangannya yang berada di atas lutut.

Past Courier (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang