LPH #29 SIAGA SATU !

721 22 0
                                    

(POV Yandi)


Aku belum pernah menyaksikan balap motor segila yang aku saksikan malam ini. Para peserta The Deathwish tidak hanya sekedar adu cepat seperti layaknya adu balap motor dimana yang mencapai finish pertama akan menjadi pemenang, tetapi yang pertama menghantam lawannya hingga terjatuh dari motor-lah yang menjadi pemenang. Bahkan sampai membunuh lawan pun sah-sah saja. Perbuatan tindak kekerasan sampai berujung kepada kematian yang jelas-jelas melanggar hukum di luar sana, seolah tidak berarti apa-apa disini. The Hangar mempunyai aturannya sendiri. Dan gara-gara The Deathwish : Last Man Standing di The Hangar malam ini, 8 peserta sampai tidak segan untuk saling membunuh.


Yosi, teman baikku disekolah sudah melewati 2 pertandingan The Deathwish dan sudah membuat lawan pertamanya, Bara dari Blood Creep dinyatakan meninggal di lokasi. Saat ini Yosi sedang berjuang berhadapan dengan Bram, musuh besarnya. Berdasarkan cerita dari Rio, hubungan Yosi dengan Bram itu sungguh sangat kompleks. Mereka berdua lebih dari sekedar sahabat, bahkan seperti saudara. Yosi sangat mengidolakan Bram dan Bram merasa berhutang nyawa dengan Yosi yang sudah menyelamatkan nyawanya ketika ia hendak dibunuh geng SOPHOMORE.

Sejak peristiwa tersebut, dimana ada Yosi pasti ada Bram. Mereka mabuk bareng, main band bareng, nge-drag race bareng, berkelahi bersama melawan anak-anak dari geng motor. Pokoknya mereka itu duet maut yang punya pamor. RIo yang tahu kedeketan Yosi dengan Bram pun terkejut bukan kepalang dan tidak percaya ketika tahu cerita bahwa Bram mengkhianati Yosi di Ruko Lama saat aku duel dengan Nando dari kelompok anak kelas 3. Bram yang mengiyakan akan membantu kami anak kelas 1 jika pecah perkelahian dengan teman-teman Nando justru datang bukan untuk membantu kami namun justru berbalik turut menyerang kami dan Bram memproklamirkan diri menjadi bagian dari aliansi Oscar.

"Yosi shok luar biasa Yan mendapati hal ini, makanya dia sampai bolos sekolah dan kembali ikut balap liar di Dermaga, mabuk-mabukkan, berkelahi. Dia mencari pelarian dari rasa sakit hatinya. Dia memang menang dan masih tak terkalahkan di komunitas Dermaga, tetapi sering gue mendapati Yosi termenung dengan tatapan kosong. Gue justru khawatir pada suatu titik Yosi akan lepas kontrol dan bertindak nekat. Dan terbukti kan sampai dia ikut even gila The Deathwish karena Bram, orang yang membuatnya malu luar biasa bertemu dengan kalian teman sekolahnya, juga ikut bahkan menjadi raja di The Deathwish." ujar Rio ketika semalam sebelum Tejo dan Yosi datang, kami berdua mengobrol banyak hal tentang Yosi.

"Dia malu bertemu kami teman sekolahnya? Kenapa?" Aku kaget saat Rio bilang seperti itu.

"Yosi gak pernah bilang secara terus terang dia malu bertemu kalian, tapi dari caranya menghindari teman sekolahnya, sampai bolos beberapa hari, gue feeling dia malu karena udah ngebuat elo dan teman-temannya yang lain dihajar kelompok Bram habis-habisan di Ruko Lama. Orang yang dia harapkan untuk membantu justru menjadi orang yang memukul kalian. Siapapun yang berada di posisi Yosi, pasti juga bakalan gak ada keberanian untuk muncul dan ketemu teman sekolahnya."

Aku jelas terkejut mendengar penuturan Rio tersebut, saking sibuknya aku membantu masa pemulihan Xavi, menolong Zen tetapi aku justru tidak bisa menyadari bahwa Yosi menderita sedemikian hebat akibat pengkhianatan Bram. Yosi akhirnya memiliki kesimpulan bahwa dia baru akan mendapatkan kedamaian jika bisa menghabisi Bram. Aku tidak heran jika Yosi yang kondisi fisiknya sudah kepayahan dan luka yang ia derita karena melawan Bara dan Diaz, tidak memperdulikan rasa sakitnya dan ingin bertanding di final melawan Bram. Aku tahu aku tidak mungkin bisa menenangkan banteng yang sedang terluka, maka aku mencoba membantu Yosi dengan cara memanggil salah seorang petugas medis untuk mengobati luka fisik yang diderita Yosi.

Awalnya Yosi bisa mengimbangi Bram meskipun Yosi selalu saja kalah dalam hal siapa yang paling cepat mengambil senjata. Tetapi di putaran kedua laju motor Yosi tersendat-sendat, sepertinya rasa sakit yang semakin menjadi membuat Yosi sekedar menekan tuas gas motor pun kewalahan. Dan aku menyadari langsung menyadari Yosi sedang berada di situasi gawat. Keringat gue turun semakin deras ketika Yosi berhasil menunduk menghindari pukulan Bram di putaran kedua ini. Saat putaran ketiga, nafas gue memburu dan jantung berdebar-debar saat melihat Bram berhasil menyarangkan pukulannya ke tangan kiri Yosi yang memegang stik bisbol dan akibatnya Yosi berteriak kesakitan dan senjata yang ia pegang lepas dari genggaman.

LELAKI PEMBENCI HUJAN (RE-MAKE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang