LPH #50 BIG BANG Part F

230 6 1
                                    

(POV Zen)


"Hei, tenang. Masak laki-laki nangis. Malu dong sama status. Bembi Sang Mata-Mata,"

Orang yang dulu pernah menjadi teman gue ini masih tertunduk dan menangis terisak-isak. posisi Bembi saat ini adalah duduk di kursi kecil dengan kedua tangan terikat di belakang.

PLAK !!

Wira yang berdiri di samping Bembi menampar dengan keras belakang kepala Bembi dan akibatnya tangis Bembi makin kencang. Untung tadi Astra menyumpal mulut Bembi dengan kain basah, sehingga tangisan Bembi tidak terdengar. Saat ini gue, Astra dan Wira menyekap Bembi di belakang toilet. Bi Ijah, pembantu Xavi sudah gue wanti-wanti untuk tidak ikut campur dan bertindak bodoh semisal menelepon polisi. Dan Bi Ijah mengangguk cepat dan menutup pintu dapur.

BYUR !!

Astra tiba-tiba menyiramkan seember air dingin di atas kepala Bembi. Dan itu membuat tubuh Bembi menggigil entah karena kedinginan atau ketakutan. Astra lalu memukul wajah Bembi hingga kain yang menyumpal mulutnya terlepas. Badan Bembi hendak terjatuh dari kursi tetapi di tahan oleh Wira.

BUGH !!

Bembi dapat hadiah lagi dari Wira bogem mentah ke perutnya.

"Anjing, jangan nangis lo! Kayak gini yang dirasain Xavi ketika lo memukuli dia di kamar mandi dan lo tambah dengan siraman air !" bentak Astra sambil mengambil kain untuk kembali menyumpal mulut Bembi.

Gue lalu menyalakan rokok sebatang dan sambil menikmati asapnya gue lalu bilang," lihat gue Bem."

Namun Bembi masih menangis tersedu-sedu dengan tertunduk. Wira lalu menjambak rambut Bembi dan mendongakkan wajahnya ke atas.

"Sebelum gue nanya serius ke elo, gue minta 1 hal. Gue hitung sampai 5, elo belum berhenti nangis, gue bakal tempelin nih ujung rokok ke jidat elo. Lak-laki pantang nangis!"

"Satu !"

Bembi yang tadinya menangis tersedu-sedu mulai agak tenang.

"Dua !"

Sudah hampir berhenti menangis namun masih sesenggukan, matanya terpejam. Air mata masih mengalir dari ujung matanya.

"Tiga !"

Bembi sudah mulai tenang.

"Empat!"

Dia sudah berhenti menangis. Matanya menatap gue, memerah. Seakan bilang ke gue kalau dia sudah berhenti menangis.

Gue menyeringai,"Lima, hee."

Gue lalu berdiri di samping kanan Bembi, menjepit lehernya dengan lengan kiriku dan kujejalkan ujung rokok di pipi Bembi kuat-kuat.

NYESSH! Begitu suara desisan abu api saat menempel di pipi Bembi.

"HHHHHHMMMMMMMMMMPPPPPPPPPPP!"

Pasti teriakan Bembi akan terdengar keras sekali kalau mulutnya tidak tersumpal. Kedua kaki Bembi yang berontak langsung di injak-injak oleh Astra dan Wira.

Hohoho..

Gue lalu membuang puntung rokok karena bara apinya sudah padam kena pipi Bembi yang kini memerah.

Gue kemudian jongkok di depan Bembi, "Sebaiknya elo ceritakan semua, semuanya yang elo tahu tentang hubungan elo dengan Sigit dan Leo. Lo bisa cerita semuanya kan?"

Bembi mendongkkan wajahnya menatap gue. Gue ambil kain yang menyumpal mulutnya. Eh bukannya dia bilang sesuatu yang berguna, dia justru meludahi wajah gue sembari mengumpat."Sakitt anjing !"

LELAKI PEMBENCI HUJAN (RE-MAKE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang