LPH #31 PELANDUK DI SARANG SINGA

699 18 1
                                    

(pov : Yandi)


Bel yang berdering 3 kali selalu menjadi bel yang menjadi favoritku dan teman-teman yang lain. Namun bel kali ini membuatku sedikit cemas dan tegang. Hal ini disebabkan karena setelah sepulang sekolah, aku mesti bertemu dengan Oscar di warung burjo bang Roni. Kedatangan tiba-tiba Oscar yang mendatangiku sendirian di kelas saat istirahat membuatku terkejut. Dia terlihat tenang dan ketenangannya ini yang justru membuatku agak gentar.

"Yan, gue temenin ke burjo bang Roni." Zen menawarkan diri untuk menemaniku, sepertinya kegelisahanku terbaca oleh Zen. Namun aku menolaknya karena Oscar bilang dia akan datang sendirian dan bahkan memintaku untuk memilih tempat pertemuan. Jadi gak mungkin aku kesana bareng sama teman-teman. Aku tidak tahu apa yang ingin dibicarakan, tetapi pasti tidak jauh dari masalah konflik di sekolah yang kembali memanas setelah berita kekalahan Bram dari Yosi yang nyaris merenggut nyawa Bram. Kekalahan Bram tersebut mengakibatkan serangkaian serangan yang diarahkan ke anak kelas 1 yang bersekutu dengan Yosi. Dan mungkin juga akan menyinggung tentang duelku dengan Jati tempo hari di gedung parkiran sekolah.

"Tolong jangan kasih tahu teman-teman yang lain." Kataku saat aku keluar dari kelas dan berjalan berbarengan dengan Zen. Zen mengangguk. Tiba-tiba ada seseorang yang merangkulku dari belakang dan nyuut terasa ada benda empuk yang mengenai punggung belakangku.

"Serius banget sih kalian !" Seru Vinia sambil mengalungkan kedua tangannya kepadaku dan Zen. Sambil menggelayut kepada kami berdua Vini berkata, "Pasti gak jauh-jauh dari masalah berantem!"

"Dih, berat juga elo Vin." Celetuk Zen.

"Iya Zen, artis kok berat gini sih." Aku menambahi perkataaan Zen.

"Haha sial, ya beratlah, beban sebagai artis tu berat."

"Oh kirain berat karena beban yang lain,"ujar Zen lagi.

"Ih, rese banget lu Zen!" Sergah Vinia. "Udah-udah jangan ngomongin gue, kalian berdua ngomongin apaan sih, dari tadi di kelas kalian ngobrol serius banget." Tambahnya.

"Pasti mereka ngomongin elu Vin!" Seru Xavi yang menyusul kami dengan tergopoh-gopoh.

"Ngomongin gue? Ngomongin apaan?" Vinia melepas rangkulannya di pundak kami berdua lalu berjalan di tengah aku dan Zen.

"Pada terpesona dengan foto elo yang pake jilbab yang gue share di grup." ujar Xavi.

"Ah ini gara-gara elo sapiii maen candid foto gue lagi ketiduran ihh." Vinia memasang wajah cemberut. Aku tersenyum mendengar obrolan mereka berdua, Xavi tadi siang memang mengirim foto Vinia yang sedang memakai jilbab, tengah bersandar di kursi di dalam teater menunggu film dimulai. Vinia tengah terpejam saat di candid oleh Xavi. Kalau moodku sedang tidak buruk tentu aku akan mengagumi kecantikan Vinia. Namun aku hanya menyimak tidak memberikan komen apa-apa. Hanya membaca sekilas chat antara Vinia, Xavi, Zen bahkan Yosi yang tengah berbaring di rumah sakit pun ikut nimbrung. Gara-gara kedatangan Oscar membuat moodku yang udah buruk menjadi makin buruk. Kalau sudah begini, biasanya aku cuma diam dan pasif, pikiranku memutar kesana-kemari tidak jelas.

" Kalau elo kagum sama kecantikan gue gak usah candid gue dong sapi, kalau elo bilang mau foto gue, kan gue bisa pose kalem. Maklum lah sedang belajar jadi lebih feminim haha." tambah Vinia.

"Ahahahah lha mau nonton film malah tidur, hahaha." ujar Xavi tengil.

"Gue gak tidur keles, gue lagi baring pejamin mata bentar, kecapekan gue, dingin empuk, pewe pula." jawab Vinia.

"Elo mau serius pake jilbab Vin?" timpal Zen.

"Ehmm, enggak..enggak kok, itu jilbab...cuma buat penyamaran aja biar gue gak dikejar fans gue waktu di mall kemarin." Jawab Vinia agak terbata-bata lantas melirik ke arahku. Aku tahu maksud tatapan Vinia karena aku tahu bahwa dirinya berbohong. Beberapa waktu yang lalu aku dan Vinia pernah WA-nan panjang ketika dia menjawab Wa gue tentang fotonya yang tengah berjilbab yang ia kirim kepadaku. Pada dasaarnya Vinia ada niat untuk memakai hijab namun situasinya tidak mendukung. Perusahaan label rekaman yang sudah mengontrak dia untuk 2 album sekaligus, sudah meminta Vinia untuk tetap mempertahankan gaya sebagai lady rocker yang tomboi namun tetap cantik. Sehingga jika Vinia memakai hijab, jelas akan menjadi perkara karena bisa mengubah imejnya.

LELAKI PEMBENCI HUJAN (RE-MAKE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang