LPH #45 BIG BANG PART A

394 9 5
                                    


(pov : Yandi)


Aku serba-salah setelah mendengar sesi curhat Vinia. Pelajaran Tata Negara yang membosankan kami habiskan dengan berbincang-bincang. Pak Deden yang sering keluar-masuk kelas membuat kami para muridnya juga susah fokus. Aku kaget sebenarnya saat Vinia terus terang jatuh cinta sama Axel. Dalam posisi ini aku lebih banyak diam jadi pendengar.

Aku sebenarnya antusias saat Vinia cerita bahwa dia sedang jatuh cinta. Namun rasa antusiasku langsung sirna saat Vinia memberitahu siapa cowok yang sudah membuatnya susah tidur.

Axel.

Dari sekian banyak cowok di luar sana, Vinia jatuh cinta sama Axel. Aku gak rela sumpah. Axel memang seorang teman yang sangat baik. Dia memang bajingan, urakan. Tetapi bukan masalah besar. Namun reputasi dia sebagai seorang playboy yang gak segan meniduri para cewek, membuatku was-was.

"Gue tahu Yan. Elo mesti heran kenapa gue malah jatuh cinta sama Axel. Gue sadar kata orang-orang tentang Axel. Tapi elo bisa pegang kata-kata gue. Gue bisa jaga diri."

"Axel tahu kamu suka sama dia?"

Vinia terdiam sambil membenarkan ikat rambutnya. "Gak tahu. Dia dingin banget ma gue. Kami cuma ketemu di studio pas latihan atau pas show, atau di sekolah. Dan kalaupun pergi, selalu sama anak-anak APOLLO. Di WA pun dia jarang nge-WA gue dulu. Itupun tentang band klo dia japri. Ga pernah tentang hal-hal lainnya."

Ah Vinia udah kemakan cara khas playboy. Buat si target penasaran, main tarik-ulur. Tapi aku bingung ngomongnya ke Vinia. Mau jelek-jelekin Axel kok rasanya gak etis. Tapi gak rela juga Vinia kena racun si Axel.

Hedeh.

Setelah jam Tata Negara selesai dan masuk ke Jam pelajaran Sejarah, Vinia kembali ke tempat duduk semula. Ya, sejak minggu lalu aku sudah tidak duduk semeja dengan Vinia karena dia pindah semeja dengan Pinkan. Dengan alasan kasihan sama Pinkan yang pendiam dan seperti gak punya teman. Dan Vinia juga bilang dengan dia pindah, gue bisa semeja sama Xavi dan duduk depan meja Yosi -Zen. Emang bener sih karena susunan meja jadi makin enak.

Vinia-Pinkan

Aku-Xavi

Zen-Yosi

Udah 10 menit berlalu namun Pak Didik hingga kini belum juga datang. Aku lalu memperhatikan Xavi asyik sendiri dengan headset dan tab Samsungnya. Aku nengok ke belakang, Yosi sedang tiduran di meja sementara Zen sedang sibuk ngegambar tengkorak di belakang buku tulisny. Kalau Zen lagi serius gambar gini, dia bukan orang yang menyenangkan di ajak ngobrol. Karena dia bakal cuma jawab, "hmmm...hmmmmm," sambil pasang muka cuek. Akhirnya aku memperhatikan Xavi yang mengangguk-angguk sendiri. Aku lihat di layar tab-nya dia sedang main game seperti Guitar Heroes tetapi ini layarnya menunjukkan seperangkat alat drum lengkap mulai dari bass drum, snare, tom, simbal dan lain-lain. Dan jemari Xavi nampak lincah bergerak menekan layar seakan-akan di main drum asli. Karena penasaran aku pun mengambil headset di kuping kanan Xavi dan ikut mendengarkan. Xavi mau protes tetapi gak jadi dan lanjut maen.

Wow setiap sentuhan jari Xavi di layar mengeluarkan suara persis asli ketika pedal bass drum di injak, simbal, tom bahkan cowbell di pukul. Ini seperti main drum virtual! Keren ! Hentakan Xavi memainkan "drum" dengan tempo cepat membuatku kagum. Keasyikan kami berdua terhenti ketika Pak Didik akhirnya datang. Kami langsung melepas headset dan Xavi memasukkan tab-nya ke dalam laci. Di sekolah kami gak ada larangan membawa ponsel sih, cuma ponsel akan disita kalau ketahuan digunakan saat jam pelajaran berlangsung. Kalau ketahuan lumayan berat juga buat seseorang yang udah kecanduan dan ketergantungan ponsel, karena ponsel bakal disita selama 2 hari dan disimpan di ruang BP. 

LELAKI PEMBENCI HUJAN (RE-MAKE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang