LPH #26 ADRENALINE JUNKIES !

856 24 2
                                    

(POV Yosi)


Gue tengah menyesap segelas kopi hitam panas tanpa gula saat hape gue berbunyi.

RIO CALLING...

Gue melihat jam dinding yang tergantung tepat di atas foto gue, almarhum nyokap dan bokap menunjukkan pukul 11.15 malam. Gue lalu mengangkat telepon tersebut.

"Halo."

"Hoi, gue udah di depan rumah elo ya. Gue pake mobil kebanggaan bokap , TIMOR ! Hahaa !"

"Eh, tumben elo dibolehin bawa tu mobil bersejarah?"

"Bukannya dibolehin, cuman gue pake diem-diem. Eh gak diem-diem sih, mumpung bonyok lagi di tempat paman gue sampai lusa dan gue tahu tempat nyimpen kunci mobil, haha."

"lo siap dibuang dari keluarga elo kalau sampai itu mobil kenapa-kenapa?"

"Lha kan kita cuma datang ke Pasalima Airport. Bukan ikut balap dan sejenisnya."

"Iya, cuma bagaimana pun tempat tersebut bahaya dan kita belum pernah kesana. Apalagi adanya kemungkinan hubungan antara Jack dengan Bram."

"Gue paling males kalau sifat hati-hati elo muncul kekk gini, parno! Terlalu perhitungan! Beda jauh dengan sifat Yosi yang nekat saat ngetrek. Lo cepat keluar gih."

Rio memutuskan sambungan telepon.

Kampret nih anak gue kasih tahu demi kebaikan dia malah ngomong yang gak enak tentang sifat gue. Gue tahu banget bokap Rio lebih milih mobil Outlander miliknya hancur daripada mobil Timor S515i Black bermesin B5-ME DOHC injeksi-nya yang ancur. Bokap Rio termasuk salah satu pelanggan di toko bokap gue, hal itu bermula saat bokap Rio datang ke toko untuk mencari beberapa sparepart mobil Timor. Raut muka bokap Rio menekuk ketika banyak sparepart ori Timor yang sudah tidak tersedia lagi di pasaran. Tetapi lalu gue jelasin bahwasannya mobil Timor bisa dibilang mobil turunan Mazda yang diimpor langsung complete built-up dari Korea Selatan. Jadi beberapa sparepart bisa di substitusi dengan sparepart yang berkualitas sama dan bahkan kualitasnya lebih bagus. Lalu gue coba nge-cek daleman mobil Timor yang hendak di ganti sparepart-nya dan ternyata banyak banget sparepart yang mesti diganti.

Mulai dari kabel busi DOHC, plat kopling, HLA DOHC, karet dudukan atas shockbreaker depan, distributor DOHC, Radiator dan bearing roda belakang. Gue cuma garuk-garuk kepala karena banyak dan mesti mengambil sparepart dari merk lain seperti Mazda Familia, Hyundai, Mitsubishi SS dan Honda Accord. Dan mencari sparepart tersebut butuh waktu beberapa minggu. Bokap Rio langsung cerah karena menurutnya dia tidak buru-buru yang penting semua sparepart yang mesti diganti bisa dapat gantinya. Bokap Rio lalu cerita bahwa mobil Timor ini begitu bersejarah buat dia karena mobil ini pemberian ayahnya atau kakek Rio sebagai hadiah kelulusan SMA. Dan ketika gue suatu hari main ke rumah Rio dan bertemu dengan bokapnya, gue sekalian bilang bahwa semua sparepart sudah siap, reaksi bokap Rio langsung sumringah dan memuji gue setinggi langit di depan Rio sampai Rio manyun haha.

Makanya gue cukup was-was ketika Rio menjemput gue pake mobil Timor dengan tujuan mendatangi Jack ke Pasalima Airport di Kota HHH. Tapi yasudahlah kalau anaknya udah ngotot tetap mau pakai mobil itu. Gue lalu mengambil jaket bertudung dan keluar rumah. Rio cuma nyengir melihat gue keluar rumah.

"Tar, gue habisin dulu rokok sebatang sebelum kita cabut." ujar Rio sambil nyender di jendela samping mobil.

"Bagi rokoknya."

Rio menyodorkan sebungkus rokok Mild dan Zippo. Gue ambil sebatang dan segera gue nyalakan. Gue dan Rio kini asyik menikmati rokok sebelum pergi.

"Yos, elo udah bolos 4 hari kan?" tanya Rio tiba-tiba.

"Ya."

"Gak ada yang nyariin tuh?"

"Masa bodoh juga kalau guru di sekolah cariin gue."

"Bukan guru goblog, tapi temen-temen elo. Teman yang elo bantu berantem lawan senior di sekolah elo."

Gue diam sesaat lalu menjawab singkat. "Mereka carin gue tetapi nomor hape gw yang mereka tahu, gue non-aktifkan dulu. Beruntung rumah gue juga belum ada yang tahu. Dan bokap yang sedang pergi keluar kota juga membuat gue bisa menenangkan diri."

"Sampe kapan lo kayak gini? Gue seneng elo kembali aktif nge-drag. Cuman elo yang sekarang, jauh, jauh lebih nekat dan seakan tidak kenal takut sama sekali daripada Yosi yang dulu."

Lagi-lagi gue cuma bisa terdiam. Gue hisap dalam-dalam rokok yang nyaris habis, kuhembuskan asapnya ke atas hingga membumbung lalu perlahan memudar. Puntung rokok gue buang ke selokan.

"Kita berangkat sekarang."

Jam setengah 12 kami berdua meluncur menuju kota HHH lebih tepatnya di Pasalima Airport yang berada di pinggiran kota HHH. Mobil melaju dengan kecepatan sedang karena gue minta Rio santai aja bawa mobilnya karena kita hanya melihat situasi disana. Selama di perjalanan Rio memasang musik-musik keras yang diputar secara random dari handphone yang tersambung dengan speaker eksternal. Lagu-lagu dari band metal lokal semacam Deadsquad, Seringai, Jasad, Betrayer dan beberapa lagu kencang nan lawas kompilasi dari album Metalik Klinik membuat suasana riuh. Dan perlahan membuat gue semakin rileks. Rio memiliki selera musik keras yang sama dengan gue. Jadi dia hapal banget kalau ada hal lain selain bir, rokok, nge-drag yang bisa buat gue rileks yakni musik-musik keras. Di saat gue sedang enjoy dan mulai sedikit headbanging, tiba-tiba masuk intro musik berupa sayatan gitar yang keras dan trashy. Gue hapal banget ini lagu dan langsung ikut bernyanyi.

LELAKI PEMBENCI HUJAN (RE-MAKE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang