LPH #39 DEMONSTRASI KEKUATAN

589 15 1
                                    

(Pov Zen)


Jam 13.30 tepat, suara bel pertanda pelajaran sekolah telah usai untuk hari membuat gue merasa lega. Setelah selesai berdoa, gue dan anak-anak F4 langsung menghambur keluar kelas dengan tergesa. Gue melongok ke bawah ke arah lapangan basket dan merasa lega melihat sohib gue Yandi masih berdiri tegak di tengah lapangan sembari mengangkat meja.

"Guys, Yandi masih bertahan ! Ayo kita semua ke bawah mendukung Yandi !" Teriak Sapi di depan kelas.

"Ayooo dukung Yandi !!" Sambut Wisnu.

Dan serta merta anak-anak 1F berlarian sepanjang lorong kelas menuju ke bawah lalu ke pinggir lapangan. Serombongan anak-anak kelas 1 dari lantai atas yang berlarian tentu mengundang perhatian buat anak kelas 1 yang berada di bawah dan juga anak kelas 2 dan 3. Namun kami tidak memperdulikannya, yang ada di pikiran kami adalah mendukung dan menyemangati Yandi.

Kami berdiri di pinggir lapangan, bersorak dan bertepuk tangan. Ada puluhan orang dimana mayoritas dari anak kelas 1F, 1E dan 1 D. 3 kelas ini boleh dibilang menjadi pendukung utama Yandi. Sontak kami semua menjadi pusat perhatian bukan hanya dari sesama murid baik dari kelas 1, 2, 3 namun juga perhatian para guru-guru yang melihat kami dari depan ruangan para guru.

"Ayo yan, semangatt tinggal 1 jam lagii!" teriak si sapi

"Yandi...Yandi...!" seru vinia memberikan suntikan semangat sambil sesekali bertepuk tangan. Teriakan dukungan juga mengalir untuk teman gue yang satu itu bukan hanya dari kami berempat namun juga dari mayoritas anak kelas 1 dan tentu saja ada pasukan berani mati seperti Riko, Sigit, Astra, Bembi dan masih banyak lagi. bahkan ada beberapa teman yang memegang karton putih dengan berbagai tulisan, diangkat tinggi-tinggi.

YANDI OUR HERO, OUR LEADER !!

YANDI = KAMI !!

JANGAN MENYERAH YANDI ! KAMI SEMUA DISINI MENDUKUNGMU !!

Meskipun kami semua mendukung dan mencoba menghibur Yandi dengan teriakan, tepuk tangan atau apapun untuk Yandi, namun kami semua sebenarnya miris dan prihatin dengan kondisi Yandi. Bajunya sudah basah oleh keringat setelah dijemur sembari mengangkat beban sebuah meja kayu meskipun kecil tetap saja mengangkatnya selama hampir 6 jam nonstop bukan perkara yang mudah. Kedua tangan Yandi menegang, urat-urat di kedua tangannya sudah menonjol. Perban yang melilit tangannya bahkan sudah sobek-sobek, terlepas kaitannya, sangat lusuh. Kedua kaki Yandi juga gue lihat mulai gemetaran. Belum lagi masalah dehidrasi yang di derita Yandi . Sesekali Yandi menumpukan meja diatas kepalanya menopang beban meja ketika kedua tangannya sudah sangat letih. Setelah beberapa saat, Yandi mengangkat lagi tinggi-tinggi meja. Meskipun terlihat menderita dan tersiksa terkena hukuman yang begini berat, Yandi tersenyum ke arah kami dan mengangguk kecil. Sinar matanya masih tetap ada, masih terlihat semangatnya. Itu yang ngebuat gue dan teman-teman lain lega. Kami yakin Yandi masih bisa bertahan, sebentar lagi Yan !

Gue melihat sekeliling kami dan mendapati bu Shinta ternyata berada di antara kami. Ia nampak memeluk Vinia yang kembali menangis. Entah kenapa Vinia bisa demikian sedih. Bu Shinta mengelusi rambut Vinia, sesekali ia berbisik-bisik kepada Vinia, mungkin mencoba menenangkan Vinia. Di belakang kami ternyata ada anak kelas 1 yang hanya memandangi kami sembari duduk-duduk di bangku depan. Di antara mereka ada Leo dan Gom yang tengah berbincang. Wah si Gom udah masuk? Ckckck, gue lihat semua jemari Gom masih terbalut perban. Ketika gue beradu pandang dengan Gom, gue tersenyum melambaikan tangan ke arahnya. Reaksi Gom? Dia meludah ke lantai lalu beranjak pergi dengan teman-temannya diikuti oleh Leo.

Hahaha, sepertinya Gom trauma ketemu sama gue.

Gue mengamati ke arah kelas 2. Di lantai atas, ternyata para bajingan anak kelas 2 juga sedang mengamati Yandi dan tentu saja memandang ke arah gue. Tidak ada Bram. Kabar yang gue dengar, Bram masih dalam tahap pemulihan setelah menjalani banyak operasi tulang dan penyembuhan kulit wajahnya yang dulu terkelupas mulai pulih. Entah apa jadinya kalau nanti Bram sudah bisa masuk sekolah dan ketemu lagi dengan Yosi. Gue lihat hubungan Bram dengan Yosi sedikit rumit. Axel tidak nampak batang hidungnya di atas sana.

LELAKI PEMBENCI HUJAN (RE-MAKE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang