LPH #36 GEJOLAK ASMARA

643 18 3
                                    

(Pov Vinia)


Ah Yandiii, sebel juga sama temanku yang satu itu. Kalau di telepon atau di WA pasti late respon banget, ! Kayak sekarang ini, dari sekian banyak WA yang gue ketik lalu kirim ke dia. Cuma WA gue yang pertama yang terkirim, tetapi selanjutnya WA gue malah cuma bertanda centang 1 kali alias pending. Yang pertama pun belum dibaca. Hufftt kesel deh. Ah padahal pengen curhat habis-habisan malam ini ke Yandi, jadi gondok sendiri gue. Apa Yandi lagi malam mingguan ya? Sama siapa? Apa sama ceweknya? Ah kayaknya Yandi masih jomblo sama kayak anak-anak F4 yang lain.....termasuk gue.
Tapi kedatangan seseorang yang baru gue kenal 2 minggu belakangan ini, membuat gue tiba-tiba jadi gak pengen jomblo lagi. Dan gue mau cowok tersebut yang mengubah status jomblo gue jadi "in a relationship with Axel Sidharta", kalau kata Facebook.

Iya, gue jatuh cinta, gue jatuh cinta sama Axel, pemain gitar yang akhirnya disetujui oleh bang Tigor sebagai pengganti sementara gitaris utama Apollo 17, band pengiring gue tiap kali gue tampil live dan rekaman di studio. Reno yang pegang posisi lead guitar di band terpaksa digantikan posisinya setelah ia mengalami patah tulang di tangan kiri setelah terjatuh dalam sebuah pertandingan futsal. Masa penyembuhan yang memakan waktu 2-3 bulan membuat gue, bang Tigor produser rekaman album perdana gue dan ketiga anggota band Apollo 17 lainnya cukup terpukul. Proses rekaman yang sudah mendekati akhir dan sudah diwanti-wanti oleh pihak label jangan sampai melebihi deadline membuat bang Tigor segera mencari pemain gitar baru pengganti Reno. Mencari pemain gitar yang jago sih banyak dan mudah karena bang Tigor mempunyai banyak teman musisi.

Namun tidak mudah mencari gitaris yang dituntut harus segera menguasai materi lagu-lagu yang ada di di album perdana gue dalam waktu 1 minggu. Apalagi album gue bernuansa rock n roll yang memiliki banyak porsi lead guitar untuk melakukan solo di beberapa lagu. Belum lagI urusan mesti cepat klik dengan member Apollo 17 lainnya. Pencarian gitaris baru ini yang membuat proses rekaman terhambat, belum lagi kami sudah tLisat kontrak dengan beberapa EO, stasiun TV yang sudah meminta kami tampil live dalam acara mereka. Acara pertama adalah tampil off-air di sebuah gigs rock di Kota YYY dan itu seminggu lagi. Karena gak mungkin membatalkan kontrak tersebut, maka dari kemarin kami latihan ngejam bareng dengan beberapa gitaris sekaligus, memang belum klik benar tetapi kami rasa cukup untuk sekedar additional player pas manggung.

Sampai akhirnya dalam suatu sesi briefing tertutup antara gue, bang Tigor, mba Nabila manager gue, anak-anak Apollo 17 di private room Starbuck's, kami terlibat pembicaraan tentang additional player yang bakal kami pakai di even besok malam.

"Gimana guys, dari tiga gitaris yang udah nge-jam bareng kalian selama 2 hari ini, gue minta pendapat kalian. Overall ketiganya dalam hal urusan skill dan kecepatan adaptasi sudah oke di mata gue, tapi dalam chemistry main bareng, kalian yang bisa rasain. Gitaris yang paling nyambung dengan Vinia dan kalian, bakalan kita pakai di event SOUNDNATION YYY. Dan tidak menutup kemungkinan juga bakal kita pakai untuk finishing recording. Lo dulu deh Vin kasih pendapat." ujar bang Tigor sambil menyeruput secangkir kecil Espresso.

"Uhm gue setuju sama elu bang, ketiganya secara skill ok. Tapi kalau gue prefer ke si Oki. Timing dan mainnya rapi, bersih. Cuman dalam hal tempo, masih sering out. Tapi wajar sih karena baru 2 kali ikut nge-jam bareng. Beberapa kali latihan lagi gue pikir dia udah bisa nyetel dengan kita."

"Oki bagus sih Vin, tapi dia mainnya kayak robot gitu, terlalu rapi malahan. Kurang apa yah, liar dikit. Secara musik kita itu Rock n Roll, anaknya juga terlalu pendiam gitu. Tiap selesai latihan, dia langsung main cabut pergi gitu aja, diih. Gue prefer ke Lodi, dia secara musikalitas dan skill mirip sama Oki, tapi dia Oki versi asyik." ujar Wendi, drummer Apollo 17.

LELAKI PEMBENCI HUJAN (RE-MAKE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang