LPH #18 KEMBALINYA SANG PENJAGAL

925 26 11
                                    

(POV Zen)


Gue sempat pingsan setelah Gom dan beberapa temannya mengeroyok gue setelah tawuran pecah. Gue tersadar ketika Axel dan Oscar saling melemparkan ancaman di akhir tawuran, bukan ini bukan tawuran tetapi jebakkan yang dirancang sedemikian rupa. Ternyata kami semua hanya dijadikan pion oleh komplotan Oscar untuk memulai perang melawan Axel cs.. BANGSAT !!!
Gue langsung bangun, perasaan marah membuat gue tidak memperdulikan rasa sakit di sekujur badan. Axel, Feri, Deka dan Darma sedang berbicara serius. Gue lihat, Yandi dan Yosi masih terbaring pingsan. Riko dan Sigit sudah sadar, terduduk di aspal sembari mengecek luka-luka yang mereka derita. Ke lima belas teman yang bersama kami ada yang sudah bisa berdiri dan membantu teman lain yang terluka dan yang masih pingsan. Gue mendongak, hujan sudah berhenti, meninggalkan beberapa genangan di lantai batako yang sudah tidak rata dan juga tentu saja, aroma kekalahan yang menyedihkan.

"Teman-teman, dengarkan !! Yang masih kuat berdiri segera bantu teman yang lain yang lukanya lebih parah dan bawa ke rumah sakit atau klinik terDekat. Tapi jangan semuanya masuk ke rumah sakit, klinik yang sama karena mereka akan curiga bahwa kita menjadi korban tawuran sehingga mereka akan menghubungi pihak sekolah dan kepolisian. Jika ini yang terjadi, justru kita yang repot. Jadi berpencarlah mencari rumah sakit dan klinik yang berbeda.

Satu lagi !! Besok pagi yang masih kuat dan hanya luka ringan tetap masuk sekolah karena pihak sekolah akan curiga jika puluhan anak kelas 1 serentak tidak masuk sekolah. Dan yang penting, tunjukkan kepada para bangsat-bangsat yang sudah menjebak dan mengeroyok kita bahwa kita belum habis dan tidak takut dengan mereka !! Kita akan balas mereka semua !!" gue berteriak mengeluarkan amarah sekaligus menyemangati teman-teman.

" YEAGGHHHHHHHHHH!!!!" Riko, Sigit dan teman yang lain membalas teriakkan gue dengan berteriak bersamaan dan mengepalkan tinju ke atas. Bahkan ada anak yang belum gue tahu namanya, masih terbaring di aspal dia tetap mengepalkan tangannya ke atas tanda dia belum habis.

"Lo anak kelas 1?" tanya Darma sembari menDekatiku.

"Iya."

"Siapa nama lo?"

"Zen."

"Gue suka kata-kata loe barusan," katanya sambil menepuk pundak gue. "Tetapi dua teman elo di sana menderita luka paling parah," lanjut Darma sambil menunjuk ke arah Yandi dan Yosi.

Gue cukup khawatir dengan keduanya, terutama Yandi yang babak belur setelah dikeroyok anak kelas 3. Sementara Yosi dikeroyok anak kelas 2, sama si pengkhianat Bram!! Gue yakin Yosi terpukul sekali dengan perbuatan Bram. Luka luarnya tidak separah Yandi, tapi hatinya pasti jauh lebih sakit karena sudah dibohongi seseorang yang sangat ia kagumi. Gue harap lo bisa cepat bangkit Yos.

"Sebaiknya mereka segera dibawa ke rumah sakit. Lo tunggu disini, gue ambil dulu." kata Darma.

Darma lalu pergi bersama Deka.

"Hei..." Gue menoleh ke arah seseorang yang memanggil gue. Ternyata Feri yang memanggil dan melambaikan tangannya ke arah gue. Gue pun menghampirinya.

"Gue suka gaya lo tadi, tapi untuk saat ini kalian sebaiknya tenang dulu. Oscar kini menguasai hampir seluruh bajingan di sekolah kita. Jadi kalian mesti hati-hati karena selain mereka bajingan mereka juga menghalalkan segala cara buat hancurin orang yang nglawan dia."

Gue cuma diam mendengar nasihat Feri. Tidak jauh dari kami, gue lihat Axel sedang menelepon seseorang. Tak lama kemudian Darma datang membawa mobil Innova hitam. Deka membantuku menaikkan Yandi dan Yosi.

"Dar, tolong bawa mereka ke klinik langganan kita saja, jadi kita tidak usah repot-repot lagi menerangkan ke Dokter Burhan apa yang terjadi dengan kedua anak ini," perintah Feri kepada Darma.

"Beres, tadi gue barusan juga nelpon Dokter Burhan. Beruntung dia sedang ada di klinik sekarang."

"Woi omomg-omong ini gorilla mau di apain? Tu bocah semangat banget gebukkin kakak kelasnya sendiri. Sampe hidung Nando patah, pelipis bocor, kedua mata bengkak, ni rahang kayakny juga geser, bibir atas bawah sobek. Aduh Ndo makin ancur kan muka lo..." Seru Axel yang gue lihat sedang berjongkok di dekat Nando yang masih terbaring tidak sadarkan diri setelah di hajar Yandi habis-habisan.

"Nando mau kita sekalian bawa ke klinik?" tanya Darma.

"Ya iyalah!! Bangsat bener emang Oscar main di tinggal gitu aja ni anak orang. kalau mampus disini gimana coba, gue ogah kalau di jadiin saksi mata. Hei kalian..iya kalian berdua yang badan paling gede, bantu ni gorilla masuk ke mobil, " perintah Axel kepada Sigit dan Riko.

Tanpa banyak complain, keduanya membantu membopong Nando naik ke mobil.

"Asuu, mobil bokap gue jadi ambulan darurat, mana ini darah Nando keluar mulu. Ahhh," umpat Darma.

"Lo naik ikut mereka," kata Feri ke gue.

"Sebentar."

Gue menghampiri Riko dan Sigit yang sudah kembali mengecek kondisi beberapa anak. Gue meminta anak yang paling kacau untuk sekalian ikut ke kami. Tapi mereka menolak, mereka bilang mereka baik-baik saja.

"Tenang Zen, kami semua udah biasa. Mereka ini bodoh tapi kuat-kuat kok hehehe. Kalian cepat pergi saja, Yandi dan Yosi yang harus cepat ditolong,"ujar Riko.

Gue lega mendengar perkataan Riko.

"Besok gue, Sigit tetap masuk sekolah dengan sekitar sepuluh anak disini. Lima anak lagi sepertinya tidak sanggup masuk, karena cederanya cukup parah," tambah Riko.

"Oke.."

Setelah bersalaman dengan Riko, Sigit dan semua anak yang sudah ikut bertempur dengan kami bertiga hari ini, gue bisa pergi dengan lega sekaligus senang karena punya teman-teman baru yang gak kalah kerasnya. Hohohoh ternyata "berandalan" anak kelas 1 banyak juga yang bermunculan setelah sekian lama diam.

LELAKI PEMBENCI HUJAN (RE-MAKE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang