LPH #9 SEKOLAH ARTIS YANG MENYIMPAN BOM WAKTU

905 15 0
                                    

(pov : Yandi)


"kayaknya beberapa hari ini kamu pulang sore terus dek, mesti pulang sekolah langsung main nih." Tanya mba asih yang menemaniku makan nasi goreng.

"hehe iya mba, yandi nongkrong dulu sama teman."

"nongkrong dimana ?ngapain aja?"

"nongkrong di dekat sekolah kok mba. Kebetulan teman sekelas yandi rumahnya ada yang dekat sekolah. Ya ngobrol-ngobrol aja sambil main gitar."

"uda mulai banyak teman ya?"

"iya, akrabnya baru sama teman sekelas."

"teman sebangku?"

"bukan teman sebangku, teman sekelas mba. Yandi kan duduknya sendirian di kelas. Mana tempat duduknya di depan meja guru lagi." keluhku

"haha malah bagus dong, biar kamu ga tidur di kelas atau bicara sendiri sama teman pas guru ngajar. Tapi kok bisa kamu duduk sendirian? Berapa jumlah murid di kelasmu?"

Aku berpikir sebentar, menghitung deretan meja di kelas. Di kelasku ada 4 baris meja. Tiap barisnya ada 5 deret meja dan 1 meja ada 2 kursi.

"harusnya ada 40 anak mba. Tapi sepertinya di kelasku jumlah muridnya cuma 39 karena cuma yandi yang duduk sendirian."

"hehe kasian. Sudah hapal semua nama teman sekelasmu?"

"ya belum hapal semua lah mba. Paling yang yandi hapal dan kenal baru yang mejanya deket dengan yandi."

"terus teman sekelas yang sering mengajakmu main ke rumahnya siapa namanya?"

"namanya zen. Selain zen, yandi akrab dengan 2 teman lainnya. Yosi dan xavi. Kalau istirahat terus makan bareng ke kantin, main sepulang sekolah ya sama mereka bertiga."

"mereka gimana anaknya? Anak-anak nakal ga?" tanya mba asih dengan pandangan penuh selidik.

"mereka baik kok mba, ga aneh-aneh."

"tapi seragammu kok bau rokok? Kamu merokok?"

"yandi ga ngrokok mba. Zen sama yosi yang sering merokok."

"yawis, pokoknya mba minta adek sekolah yang rajin, jangan bolos sekolah, jaga pergaulan dan pinter-pinter pilih teman. Mba bukannya gak percaya sama yandi. Tapi mba gak mau adek mba satu-satunya dan yang paling ganteng ini terjerumus pergaulan yang negatif. Pergaulan di kota ini beda dengan di kampung kita. Mba tahu pasti adek mikirnya mba cerewet tanya ini-itu. Tapi kalau bukan mba yang cerewet dan perhatian sama adek, siapa lagi coba. Dek, mba ga bisa awasin kamu sepenuhnya, tapi mba percaya kamu orangnya pandai pilih teman, tahu mana yang baik mana yang buruk."

"iya mba ku yang cantik." Aku tersenyum ke arah mba asih dan sepertinya mba asih mulai tenang setelah ngobrol sambil menemaniku makan. Aku sih gak heran lagi dengan sifat mba asih yang sering tanya tentang sekolah dan teman. Karena dari dulu memang mba asih perhatian sekali denganku. Aku pun memaklumi sifat keingintahuannya. Apalagi sekarang tinggal aku dan mba asih sebagai penerus keluarga. "yawis, habiskan nasi gorengnya. Kapan-kapan adek ajak 3 temenmu itu main kesini. Mereka mau makan apa saja di sini, tenang gak usah bayar.

"haha siap mba. Yandi gak nanggung lho ya kalau mba tekor nanti karena teman yandi tuh makannya banyak-banyak. Apalagi makan dengan judul gratisan."

"hehehe itu sih gampang. Oia kalau kamu mau beli-beli buku pelajaran bilang mba saja, nanti mba kasih duit. Pokoknya apapun kebutuhan adek yang hubungannya dengan kebutuhan sekolah, mba akan kasih."

"86 ndan!" jawabku sambil bersikap hormat. Setelah mba asih pergi ke depan, aku melanjutkan makan. Sambil makan aku mengingat-ingat kembali apa yang kualami dengan teman-teman baruku di kelas 1-F setelah seminggu bersekolah.

LELAKI PEMBENCI HUJAN (RE-MAKE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang