Lagi kenceng ide buat cerita yang ini. Dan ada beberapa alur cerita yang aku rubah. buat the journey masih proses yaak *promosi*
Aku merebahkan kepalaku diatas meja. Rasa pusing dan sakit belum mau beranjak dari badanku.
"Dit, lo sakit beneran ya?" Tanya Kevin.
"Cuma pusing"
"Pusing itu sakit Dita. Lo balik aja ya, gue anterin. Sekalian gue mau nganter berkas ke Dewa"
"Gaji gue dipotong dong kalo gue pulang" Aku sengaja melemahkan nada bicaraku. Kevin memukul pelan kepalaku dengan map yang ada ditangannya.
"Sejak kapan gue perhitungan sama lo? Cepet, gue anterin"
Aku terkekeh. Saat berdiri, sakit kepala kembali menyerang. Rasanya kepalaku berputar-putar dan aku kehilangan keseimbangan. Kevin dengan sigap menahan tubuhku agar tidak terjatuh.
"Dit, gue anter lo periksa dulu ya. Parah sakit lo"
"Gak usah Vin, gak enak sama Pak Dewa. Gue sama Natasha aja nanti"
"Lo duduk dulu Dit, gue telpon Nat nat"
"Halo Nat"
"....."
"Bawel. Ketemuan dideket apartamen Dita. Trus lo anterin dia ke dokter"
"....."
"Tahun depan. Ya sekarang. Gue on the way"
Kevin menutup telponnya dan langsung membantuku berjalan menuju mobil.
"Vin, thank banget ya. Gue bener-bener nyusahin deh jadi karyawan"
"It's okay Dita. You can count me anytime. Kita kan sodara"
Aku memejamkan mata untuk menahan rasa sakit dikepalaku.
"Astaga! Mukanya pucet banget Vin" Samar-samar aku mendengar suara perempuan.
Aku membuka mataku dan melihat Natasha sudah berdiri di sampingku. Bersandar pada pintu mobil yang dibuka.
Kevin lalu memapahku masuk kedalam mobil Natasha. Aku hanya tersenyum sebagai pengganti ucapan terimakasih.
Sesaat setelah pintu ditutup oleh Kevin, aku kembali memejamkan mataku. Rasanya benar-benar sakit sekali kepalaku. Tragis memang, semuanya berawal dari patah hati. Berarti aku teramat sangat cinta ya dengan Dewa. Sampai begitu dahsyat efek sakit hatinya.
Aku merasakan ada tangan yang sedang mengusap-usap kepalaku. Saat mataku sudah terbuka dengan sempurna, aku melihat ada Tante Dewi disampingku. Tante Dewi adalah adik dari papa. Beliau adalah mamanya Vika. Dan ternyata aku berada di Rumah Sakit. Mengenaskan.
"Masih pusing sayang?" Tante Dewi bertanya kepadaku. Aku mengangguk pelan.
"Mbak Dita minum dulu ya" Vika membantuku untuk minum.
"Makasih ya Tante, Vika"
"Iya sayang. Ya udah kamu istirahat dulu ya. Kata dokter kamu kurang istirahat dan magh kamu kambuh"
Aku hanya mengangguk. Dan mataku mulai terpejam kembali.
Saat aku terbangun esok paginya, aku hanya menemukan note kecil diatas meja.
"Mbak,aku sama mama pulang dulu ya. Mau nyiapin rapat buat acara nikahan"
Tak lama pintu terbuka dan muncullah seorang laki-laki yang menggunakan jas putih dokter. Pasti dia dokternya.
"Pagi Dita" Aku mengeryitkan dahiku. Hanya orang yang sudah sangat kenal denganku yang memanggilku Dita.
"Kamu lupa sama saya Dit?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Finding Love
RomantizmAnindita Pramesthi, 27 Tahun. Single dan gagal move on. Bertemu dengan Dewara Adam Wicaksana, pengacara sukses yang selalu Ia hindari.