"Astaga. mama..." Dewa mengacak rambutnya. Bingung. Aku terpana...dia ganteng sekaliiiiih. Gayanya mengacak-acak rambut membuatnya...ummm sexy.
"Kamu dikamar ya Wa?" Terdengar teriakan lagi dari luar. Dewa berdecak sebal. Berjalan kearah pintu. Aku masih menatapnya, mataku mengikuti arah geraknya.
Tiba-tiba pintu terbuka. Dewa berhenti melangkah. Aku melihat kearah pintu, mama Dewa langsung melihatku. Aku kaget, pipiku masih menggembung karena makanan yang belum sempat kutelan. Beliau juga kaget, tapi tak lama kemudian tersenyum. Dengan susah payah aku menelan makananku dan...tersenyum canggung.
" Ada Dita ternyata." Eh...kok kenal? Oh iya aku kan temannya. Teman dekat dong ya berarti sampai mamanya saja mengenalku. Tapi sikap anaknya kok aneh sih.
Aku hanya tersenyum. Bingung harus bagaimana, sedangkan Dewa, hihhh...dia hanya diam.
"Kok kamu nggak bilang sama mama ada Dita disini Wa?"
"Udah mau pulang kok Ma." Aku mendelik.
"Lho, kita ngobrol-ngobrol dulu ya Dit, udah lama nggak ketemu. Kamu apa kabar?"
"Nnggg...baik tante."
"Ma, Dita nya udah mau pulang."
"Dita nya kan masih makan Wa. Iya kan Dit?" Iyaa bener. Ini aku masih makan. Dan si Dewa udah nyuruh aku pulang? Secara nggak langsung tadi dia menyuruh aku pulang kan? "Kamu sekarang dimana Dit?" Tanya mama Dewa lagi. Matanya menyiratkan kesedihan saat menanyakan hal itu.
"Euuum, disini saja kok tante."
"Kamu tau Dit? Waktu kamu hilang tuh si Dewa kayak orang stres. Hobinya nyariin kamu terus Dit" Heeeh hilang? Dewa nyariin aku? Aku gagal paham. "Kerjaannya jadi nggak bener gitu."
"Ma, please" Dewa menatap mamanya memohon.
"Memang bener gitu kan. Kerjaan kamu setiap hari galau. Eh iya bener kan Dit...bahasanya galau kan? Mama aja pernah liat kamu nangis waktu Dita ilang" Aduuuh. Kenyataan apalagi ini? Dewa sampai menangis, jadi...aku ini sebenarnya siapanya Dewa?
"Stop ma"
"Aduh...iya deh iya. Dewa nya malu tuh Dit" Mama Dewa terkikik geli. Akupun hanya bisa menggigiti bibirku...shocked dengan apa yang sudah mama Dewa katakan padaku. Aku nggak mungkin nggak percaya dengan orang tua kan? "Oh iya, mama kamu apa kabar...Dita?"
"Lho, tante kenal dengan mama saya?" Mama Dewa mengeryitkan dahinya, menatapku bingung.
"Dita amnesia Ma" Ucap Dewa. Mama Dewa langsung membekap mulutnya, masih menatapku tidak percaya. Sebentar kemudian, beliau langsung memelukku. Menangis tersedu-sedu.
Yayayya...aku memang lupa ingatan. Aku juga tidak tahu ada hubungan apa antara mama dan mamanya Dewa. Bukan tidak tahu, hanya saja...aku tidak ingat.
Dan sekarang, kami semua berada di ruang tamu apartemen Dewa. Setelah adegan dramatis didalam kamar, Dewa mengajakku dan tante Rima, mama Dewa...tadi beliau sempat memperkenalkan dirinya untuk duduk disini.
Kami hanya diam. Aku sibuk dengan pemikiranku sendiri. Banyak pertanyaan dikepalaku saat ini. Tapi aku bingung harus bertanya mulai darimana.
"Mama pulang ya Wa." Dewa mengangguk. Sekali lagi, Tante Rima memelukku. "Dita nya dijaga ya Wa." Ucap Tante Rima lagi saat melepaskan pelukanku.
Tante Rima menatapku.Matanya masih memancarkan kesedihan. Akupun ikut sedih, i'm so sorry tante...
"Dita cepet sembuh ya sayang"
Aku miris mendengarnya. Entahlah aku bisa sembuh atau tidak. Orang-orang disekitarku pun tidak banyak membantu untuk kembali membuatku mengingat kembali. Selama ini mama, papa, Tristan dan mamanya hanya Diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Finding Love
RomanceAnindita Pramesthi, 27 Tahun. Single dan gagal move on. Bertemu dengan Dewara Adam Wicaksana, pengacara sukses yang selalu Ia hindari.