Part 22

9K 398 3
                                    

Pov Dewa

Rasanya benar-benar luar biasa. Sebentar lagi, Dita akan menjadi istriku. Setelah kedatanganku untuk meminta maaf karena telah menodai anaknya...em maksudnya membuatnya hamil lalu sekalian meminta restu akhirnya calon mertuaku ini memberikan restu.

Dan kurang dari satu jam lagi bahkan aku sah sebagai suami dari Anindita Pramesthi. Oooh bahagianya diriku.

Sembilan tahun bukan waktu yang singkat untuk mencapai puncak kebahagian seperti ini. Yang terberat adalah disaat Dita melupakanku. Aku sudah seperti hidup segan mati tak mau. Dan yang terbahagia adalah saat dimana aku tahu Dita hamil. Ya walaupun aku sempat menyangkalnya karena mengingat kembali bagaimana hubungannya dengan Tristan. Aku memang bodoh. Bodoh sekali malah. Tapi beginilah aku, jika tidak cepat disadarkan aku akan selalu berada di jalan yang sesat.

"Lo udah siap bro?" Tanya Kevin kepadaku.

"Gue deg-deg an. Takut salah terus gagal nikah". Ucapku jujur. Kalau gagal nikah urusannya bisa panjang. Aku akan dipisahkan dari Dita. Seminggu ini aku sudah berpisah dengannya, dan ini membuatku merana luar dalam atas bawah. Jangan tanya apa maksudnya. Kalian pasti tahu maksudku.

"Lo udah hapal kan?"

"Dari seminggu yang lalu udah gue hapalin. Tapi kan biasanya praktek lebih mencekam".

"Biasanya juga lo berani ngomong, teriak-teriak belain klien lo. Masa ngomong ijab qobul aja takut?"

"Bedaaaaa!"

Tok tok....

Suara ketukan pintu menginterupsi pembicaraan kami. Mas Yuda masuk untuk memberitahuku jika penghulu sudah siap.

Aku keluar dengan diiringi mas Yuda dan Kevin. Dan tentu saja dengan jantung yang berdebar-debar. Setelah duduk didepan penghulu, aku masih saja gemetaran. Baru juga penghulu belum pengantinnya. Aah lemah kamu Dewa...

Tak lama kemudian Dita datang, berjalan dengan sangat hati-hati menuju kearahku.

Ya Tuhan, Dita cantik sekali. Kehamilannya yang kini sudah tiga bulan belum membuat Dita bertambah gendut. Hanya saja lebih berisi, semok. Seperti itu bahasanya.

Dita tersenyum malu-malu ketika matanya bertemu denganku yang takjub dengan kecantikannya hari ini. Dan itu semakin membuatku gemas. She's blushing...

Dan sekarang adalah saat-saat yang mendebarkan.

"Ananda Dewara Adam Wicaksana BIN Satya Wicaksana saya nikahkan dan saya kawinkan anak saya yang bernama Anindita Pramesthi kepada engkau. Dengan maskawinnya berupa : seperangkat alat sholat dan uang senilai 1.560.250, TUNAI".

Dan this is it...sekarang giliranku.

Aku menarik nafas kemudian mengucapkan kalimat sakral tersebut. "Saya terima nikahnya dan kawinnya Anindita Pramesthi BINTI Bagus Laksono dengan maskawinnya yang tersebut dibayar tunai".

"Sah?" Tanya pak penghulu kepada saksi nikah kami.

"Sah sah sah..."

Puji syukur kepada Tuhan yang maha esa, detik ini juga Dita resmi menjadi istriku.

Tiba saatnya Dita mencium tanganku. Setelah itu aku mencium keningnya lama. Sambil mensyukuri semua yang telah terjadi hingga saat ini.

"Terimakasih". Bisikku. Dita hanya mengangguk dan tersenyum malu.

Setelah acara ijab qobul, para tamu dan sanak saudara perlahan mulai meninggalkan tempat. Setelah ini akan ada resepsi sederhana pernikahanku dan Dita di rumah Natasha. Kenapa disana? Jawabannya adalah istriku yang cantik itu sangat kagum dengan taman belakang dirumah Natasha. Tamannya besar, dan menurut Dita cocok untuk dijadikan tempat resepsi. Memang hanya resepsi sederhana saja, karena sekarang Dita mudah lelah dan aku tidak ingin mengambil resiko yang nantinya berdampak buruk pada kehamilannya.

Finding LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang