23 - Extra Part

11.9K 388 12
                                    

"Momy....bella mau boneka itu mom". Aku memejamkan mataku sambil menghela nafas dalam. Gabella Rahajeng Putri. Nama anak semata wayangku bersama Dewa. Dia cantik, dia cerdas, bahkan diusianya yang baru menginjak 5 tahun beberapa hari yang lalu Bella sudah bisa memberikan protes keras terhadap orang tuanya. Dia sangat tidak suka sekali dengan Dewa yang sering bekerja tanpa ingat waktu. Nah kalau itu aku mendukungnya, akupun juga tidak rela jika Dewa lebih sayang akan pekerjaannya.

Saat ini kami sedang berada disebuah toko mainan, di akhir minggu seperti ini Dewa pasti akan mengajaknya berjalan-jalan. Sekedar makan atau jalan-jalan di mall dan membeli mainan. Dewa mampu menjadi ayah yang luar biasa bagi Bella. Walaupun terkadang dia terlalu sibuk bekerja namun jika Bella memintanya pulang, Dewa pasti akan langsung meninggalkan pekerjaannya dan pulang menemui kami dirumah.

"Dady, coba lihat. Mommy ngalamun dad. Bella dicuekin".

Dengar kan? Betapa hebatnya anak berumur lima tahun mengucap seperti itu. Dan dia memanggil kami mommy dan dady. oh God...ini seratus persen kerjaan Natasha. Sebenarnya kami sudah mengajarinya untuk memanggil kami dengan ayah dan bunda, namun Natasha memporak pondakan semuanya dan meracuni pikiran anakku yang polos ini.

"Ada apa Bella? Bella mau boneka yang mana?" Tanyaku kepadanya.

"Yang itu mom, yang barbie cantik kayak mommy". Wuuush...aku digombalin oleh anakku sendiri. Dewa yang berdiri tak jauh dari kamipun langsung tertawa.

"Kamu blushing". Ucapnya begitu menghampiriku.

"Enggak. Ini karena kepanasan ya".

"Sayang, kamu itu gemesin. Baru Bella yang ngomong gitu aja kamu udah blushing apalagi kalau aku giniin". Cup. Dewa seketika menciumku.

"Aaah dady. Nggak boleh ciuman sembarang".

Aku masih membeku ketika Dewa tertawa keras menanggapi protes dari Bella. Sudah lima tahun lebih kami menikah tapi aku masih saja suka kikuk ketika menerima serangan tiba-tiba dari Dewa.

"Ayo mom, bonekanya udah diambil dady". Ujar Bella sambil menggandeng tanganku. Menyeretku untuk segera menyusul dady kesayangannya dikasir.

"Anak kamu sekarang udah pinter gombal kayak kamu". Ucapku kepada Dewa ketika kami sedang mengantri dikasir.

"Itu genetik sayang". Jawabnya santai sambil menoel pipiku.

"Tapi dulu kamu nggak gitu tuh waktu kita masih pacaran".

"Bakat terpendam. Bisa keluar kalau yang dibawah sana juga sudah siap". Aku meliriknya tajam. Dewa hanya terkekeh melihatku yang sudah terlihat sebal.

----

"Mommy"

"Astaga bella, pelan sayang. Mommy masih denger".

"Dady mana mom?"

"Masih dikantor dong sayang". Jawabku setelah melihat jam dinding yang ada diruang makan.

"Bella sebel ya mom sama dady".

"Lho kenapa? Tadi nggak ketemu dady dikantor?" Tanyaku sambil menghampiri Bella yang sudah duduk di meja makan.

"Bella langsung pulang mom. Ya, sebel aja pokoknya. Klien dady yang kali ini beneran resek mommy. Bella nggak suka".

"Astaga. Kamu diapain sayang? Om om genit ya kliennya dady? Kurang ajar, tega sekali sama anak sendiri. Mommy kasih pelajaran nanti sama dadymu itu". Ucapku panjang lebar. Kelewatan sekali ini Dewa. Masa anakku yang cantik jelita ini diumpanin ke om om garong sih.

"Nggak mom. Dia masih muda, tapi resek banget. Masa dia manggil Bella pake Gab sih. Kan jelek mommy".

Aku memijit pelipisku. Wajar saja sih kalau ada yang manggil Bella itu Gab, secara namanya kan Gabella. Dan ini tak lain dan tak bukan adalah ulah Dewa yang memberinya nama Gabella. Kalau dipenggal kan jadi Gab. Duh nak kasian sekali nasibmu...

Finding LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang