"Boleh saya menginap disini?"
Aku harus menjawab apa? Diluar hujan deras. Dan jika aku mengizinkan lelaki beristri tidur di apartemenku apa kata orang? Walaupun tidak akan ada orang yang tahu tapi yaaah...
"Boleh? Diluar hujan"
Aaargh. Aku menggigit-gigit bibirku. Bingung.
"Kalau begitu saya pulang. Terimakasih Dita. Get well soon"
Dia beranjak berdiri. Dan aku masih larut dalam kebingunganku. Saat dia hendak melangkah menuju pintu, aku memanggilnya.
"Pak Dewa.." Seketika dia berbalik.
"Bapak menginap saja. Diluar masih hujan deras"
"Saya pulang saja. Sepertinya kamu keberatan"
"Ng...Tidak pak. Jika Bapak nekat pulang, saya malah akan merasa bersalah"
"Oke" Dia kembali duduk di sofa lagi.
"Tapi pak. Hmm...kamar disini hanya satu"
"Saya tidur dengan kamu?" Ucapnya dengan seringaian jahil.
Buuuk. Reflek aku langsung melemparkan bantalan sofa ke mukanya. Dia tertawa.
"Kamu jangan macem-macem!" Ancamku.
"Saya tidur disini saja Dit. Kamu sekarang masuk kekamar, istirahat"
Agak tidak tega membiarkannya tidur di sofa. Pasti besok pagi saat bangun, badannya akan terasa pegal. Sofa ini tidak terlalu besar dan panjang. Tapi mau bagaimana lagi. Tidak mungkin juga menyuruhnya satu ranjang denganku. Walaupun aku ingin. Eeehh....
"Dita" Aku berhenti berjalan dan membalikkan badanku.
"Ya?"
"Can you call me just Dewa?"
Aku hanya mengangguk. Dan kembali berjalan menuju kamar. Sesampainya dikamar, aku buru-buru merebahkan badanku dikasur. Huft...
Diluar sana ada laki-laki beristri yang sedang tidur. Aku tidak salah kan Tuhan? Aku hanya memberinya perlindungan dari hujan. Kita juga tidak akan berbuat macam-macam. Walaupun akan macam-macam, aku juga tidak akan menolak.
Ish...buru-buru aku melenyapkan pikiran-pikiran kotor dari otakku.
Satu jam...Dua jam...Aku masih tidak bisa tidur. Selama itu aku hanya membolak-balikan badanku mencari posisi yang enak.
Hujan diluar semakin deras. Jakarta besok pasti banjir. Dan bodohnya orang diluar sana pergi ke apartemenku dengan motor.
Aku memutuskan untuk melihat Dewa diluar. Hanya memastikan apa dia tidur dengan nyaman atau tidak. Walaupun jawabannya pasti tidak.
Aku melihat Dewa meringkuk di sofaku yang tidak seberapa besar. Berbantalkan boneka besar berbentuk love yang memang aku letakkan di sofa. Lucu sekali dia. Aku tersenyum melihat Dewa. Badannya sekali-kali bergerak.
Apa dia kedinginan? Hujan memang membuat udara sedikit dingin. Aku kembali kekamar dan mengambilkan selimut untuk Dewa. Aku menyelimutinya dengan canggung. Sekilas aku melihat jari-jari tangannya. Tidak ada cincin pernikahan. Sebenarnya laki-laki ini sudah menikah atau beluuum?
----
Setelah mandi, aku beranjak ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Dan lelaki yang semalaman tidur di sofa itu belum juga terbangun dari tidurnya. Kebo sekali dia.
"Morning"
"Eh...Pagi pak. Sarapan dulu ya pak, ini saya lagi buat sarapan"
"Dewa, Dit"
"Iya Dewa"
Dewa beranjak pergi dari dapur. Berjalan ke arah kamar mandi. Dan aku meneruskan kegiatan memasakku.
"Waa..sarapan dulu" Aku membawa 2 piring nasi goreng sosis. Makanan kesukaan Dewa semasa sekolah.
"Nasi goreng sosis?"
Aku mengangguk dan memberikan satu piring nasi goreng kepada Dewa.
"Kamu gak ngantor Wa?"
"Jakarta banjir Dit. See?" Ucap Dewa sambil mengarahkan telunjuknya ke televisi.
"Kamu kayak anak sekolah aja. Kalau banjir jadi bolos"
Dewa hanya terkekeh. Dan meneruskan sarapannya.
"Diluar masih gerimis Wa" Dewa hanya mengangguk.
Susah sekali sih mencairkan suasana diantara aku dan Dewa. Aku menghela nafas dan berjalan ke dapur untuk mengambil minuman dan obatku. Setelah meminum obat, aku kembali ke ruang tengah. Dewa sedang berdiri di dekat jendela besar yang mengarah ke balkon. Sepertinya dia sedang menerima telpon.
Aku menjatuhkan badanku ke sofa. Memencet-mencet remote mencari acara televisi yang menarik. Tiba-tiba aku merasakan ada pergerakan di sampingku. Aku menoleh kesamping dan mendapati Dewa sedang memijit tengkuknya.
"Kenapa Wa?"
"Agak pegel Dit"
"Sorry ya Wa" Aku menunduk. Merasa bersalah.
Tiba-tiba Dewa mengusap kepalaku.
"It's Ok Dit"
Tubuhku menegang. I can't breathe.
"Ditaaa..bernafas" Ucap Dewa sambil menjitak kepalaku.
Ih. Tadi diusap-usap sekarang malah dijitak. Dasar tidak konsisten.
"Kamu bisa bikin saya panik kalo terus-terusan nahan nafas"
"Ng...maksudnya?"
"Saya mau mandi" Ucap Dewa dan cepat-cepat beranjak pergi.
Aku menatapnya dengan heran. Dan kehilangan fokus saat Dewa tiba-tiba membuka kaosnya dengan gerakan slow motion sambil berjalan ke kamar mandi. Brengseek sekali dia. Aku langsung menutup mataku dan berteriak.
"Dewaaaaaaaaa!"
Dewa hanya tertawa keras dan langsung berlari menuju kamar mandi. Nafasku ngos-ngosan. Menahan amarah dan nafsu. Dan mukaku pasti sudah merah. Aku wanita normal. Berumur 27 tahun. Bukan hal aneh jika aku akan nafsu. Apalagi dengan Dewa. Dengan orang yang benar-benar aku sayangi.
Part 4 udah diupdate guys. Terimskasih ya yang udah mau ngasih komen sama vote. Akuuu seneeeeng. Ayoo, aku minta komen dan vote dar kalian semuaa. thank you.

KAMU SEDANG MEMBACA
Finding Love
RomanceAnindita Pramesthi, 27 Tahun. Single dan gagal move on. Bertemu dengan Dewara Adam Wicaksana, pengacara sukses yang selalu Ia hindari.