Part 12

6.6K 411 10
                                    

Hai guys....makasih ya yang udah ngevote. Agak down nih, butuh semngat lagi. Please, vote dan komennya ya guys. Oh iya, aku punya cerita baru....kalo di publish ada yang baca gak ya? hehe .thank before

----

"Dita"

Aku membalikkan badanku dan menemukan seorang wanita yang tadi memanggilku.

"Iya?" Dia langsung memelukku erat. Aku kaget.

"Hemph maaf mbak" Aku berkata sambil menahan sesak karena terlalu kencang dipeluk.

"Dita, lo jangan bercanda ah"

"Mbak kenal sama saya?"

Dia memicingkan matanya. "Bercandaan lo gak lucu Dit!"

Astaga...dia menangis. Demi Tuhan aku tidak mengenal wanita ini. Benar namaku Dita, tapi siapa wanita ini?

"Mbak, aduh kok nangis...emm nama saya memang Dita mbak. Duh emm...duduk dulu deh mbak"

Dan sekarang aku berada di kedai kopi. Duduk berdua bersama wanita ini.

"Saya Dita. Anindita Pramesthi. Mbak kenal sama saya?"

"Lo gak kenal sama gue Dit? Gue Natasha!" Dia menangis lagi.

Aku menggenggam tangannya. "Tolong ceritain semuanya ke saya mbak"

Lalu mengalirlah sebuah cerita dari Natasha. Awal perkenalan kita, persahabatan kita hingga akhirnya aku pergi tanpa pamit kepada sahabatku ini.

Aku terpaku mendengar semuanya. Apakah masih ada yang mengenalku lagi selain Natasha? I can't remember anything.

Kepalaku pusing. Rasanya sakit sekali setiap aku memikirkan hal yang berat. Aku harus segera menghubungi Tristan.

"Dit, are you okay? Lo kenapa?"

"Sorry, i have to go" Ujarku berlalu dari Natasha dan masih mencoba menghubungi Tristan.

Oh my God, where're are you Tristan? Aku menangis menahan sakit di kepalaku, tetap berjalan dan Natasha tetap mengikutiku.

"Dita, tungguin gue!" Oke, aku pasti sudah jadi tontonan orang di mall ini. Akupun berhenti dan kembali menghadap Natasha.

"Nat, please. Leave me alone for a while" Aku menyodorkan handphoneku, memintanya untuk menyimpan nomornya disana. Setelah itu aku langsung menaiki taksi yang memang sedang berhenti didepan mall.

Aku berusaha menenangkan diri di taksi. Kuatur nafasku. Setelah tenang, aku menatap keluar. Jalanan Jakarta begitu ramai. Aku melihat sebuah restauran, rasanya tidak asing. Aku meminta sopir taksi untuk berhenti disini.

Aku masuk kedalamnya. Rasanya memang tidak asing. Tapi aku tidak mau berusaha mengingatnya. Kepalaku sudah sakit setelah kejadian tadi. Ku kirimkan pesan kepada Tristan jika aku menunggunya disini.

Tiga puluh menit berlalu dan Tristan baru tiba di restauran. Keadaanku sudah lebih baik dan aku sudah menghabiskan banana split.

"Hai, sorry lama" Tristan memberikan senyumnya. Aku hanya mengangguk.

"Kenapa disini? Maaf ya tadi aku ada operasi"

"It's ok. Di mall terlalu ramai, jadi aku milih disini aja. Gak sengaja lihat tadi, kayaknya asyik"

Dia hanya mengangguk. Kemudian memanggil pelayan untuk order makanan lagi.

"Kamu mau kemana habis ini?"

"I don't know. Pulang aja ya, habis operasi kamu pasti capek" Tristan mengusap pelan punggung tanganku.

"Kita nonton saja ya. Midnight movie" Aku mengangguk.

Sejujurnya aku hanya ingin kembali ke apartemen dan tidur. Kepalaku masih sedikit sakit. Tapi tidak mungkin aku mengatakannya pada Tristan. Aku juga tidak bercerita kepadanya tentang pertemuanku dengan Natasha. Apakah mereka berdua saling mengenal?

Tristan menggenggam tanganku saat kita berjalan keluar restauran. Sampai di pintu restauran, tidak sengaja aku menyenggol tubuh seseorang. Dadaku berdesir. Aku melihatnya berlalu begitu saja. Kutatap punggung tegapnya, jalannya terburu-buru. Handphonenya diapit oleh pundak dan telinganya.

Dan jantungku masih berpacu dengan cepat. kenapa?

Finding LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang