Part 18

8.9K 397 8
                                    

Selamat pagi. Happy monday readers. Saya upload part selanjutnya ya. Semoga sudah panjang. Ditunggu komen dan votenya. Paling nggak 20 vote saya sudah seneng kok. Ngerasa udah dihargain banget kalo banyak yang ngevote hehe. Mau promosi juga, cerita baru judulnya My Chemistry. Mampir ya...Yasudah monggo dilanjut aja. Makasih. Selamat menikmati.

-----

Saat ini aku sedang duduk didepan meja riasku. Berdandan. Menyiapkan diri karena sebentar lagi Dewa akan menjemputku. Mataku benar-benar kacau karena semalaman aku nyaris tidak bisa tidur mengingat adegan panas bersama Dewa didalam mobil.

Mengingatnya saja mampu membuatku memerah seperti kepiting rebus. Astaga. Aku tidak menyangka akan seberani itu. Pasti aku ketularan mesumnya pengantin baru Kevin dan Vika. Hidup serumah dengan mereka membuat otakku agak geser. Hih.

"Mbak, ada Mas Dewa dibawah". Aku berjingkat.

"Hih bisa ketuk pintu dulu nggak? Kaget tau". Aku melotot. Vika sudah berdiri disampingku dengan cengiran tidak bersalahnya.

"Aku udah ngetuk. Mbak Dita nya aja yang lagi asyik ngelamun. Nggak denger deh jadinya". Aku kembali memoleskan eye shadow di mataku.

"Lagi mikirin yang kemarin ya mbak? Ah...ah". Aku melotot lagi.

"Eh apaan itu ah...ah?"

"Nggak usah sok nggak ngerti deh mbak. Itu mukanya merah banget lho udahan". Ucapnya sambil terkikik.

"Aduh kamu pasti diajarin mesum ya sama Kevin".

"Ya itu kan harus mbak. Namanya juga suami istri". Aku memutar bola mataku kesal. Ini anak masih 23 tahun tapi omongannya udah lebih mesum daripada aku.

Nah done. Aku tinggal menjepit sebagian rambutku agar terlihat rapi. Aku melirik jam di dinding. Masih jam 9 kurang 15. Janjinya kemarin kan jam 9. Kenapa awal sekali sih...

"Mbak udah ditungguin Mas Dewa lho". Suara cemprengnya Vika menyadarkanku. Aku mengangguk. Sekali lagi memastikan penampilanku lalu berjalan keluar kamar menemui Dewa.

Aku terpana sesaat setelah melihat Dewa duduk dengan tampannya di ruang tamu bersama Kevin. Terlihat mereka berdua tertawa saat sedang membicarakan sesuatu. Tubuhnya yang memang sempurna kini dibalut dengan sweater abu-abu yang lengannya sudah ditarik hingga siku, dan celana khaki yang menempel dengan sempurna di kakinya. Aku tidak pernah melihat Dewa memakai pakaian santai seperti ini. Jika, biasanya dia selalu memakai kemeja dan celana kain sudah terlihat sangat tampan, maka hari ini dia sangat tampan. Astaga ya Tuhan, pemikiran macam apa ini.

"Eh itu Dita nya Wa". Ucap Kevin yang telah menyadari keberadaanku. Dewa menoleh kearahku lalu tersenyum. Oh my. Pangeran darimana ini? Memang setelah kesepakatan itu, Dewa mulai berubah. Lebih berekpresi. Dan senyumannya itu lho bikin jantungku lari-lari.

"Aku kepagian ya?" Tanyanya setelah aku duduk disampingnya.

"Iya. Rajin banget sih hehe". Dewa terkekeh. Dan jangan tanya bagaimana Kevin dan Vika. Mereka berdua sudah kompak bercie-cie ria. Keterlaluan sekali.

"Mau langsungan saja Dit?". Tanya Dewa.

"Emm terserah kamu aja sih". Jawabku.

"Dasar wanita. Kalau ditanyain pasti jawabnya terserah". Gerutu Kevin.

"Ih aku kan sukanya gitu. Kamu nggak suka ya?". Protes Vika. Nah lho. Senjata makan tuan. Rasaiiin...

"Aduh...eh. Em nggak gitu sayang. Beda". Aku dan Dewa tertawa melihat tingkah Kevin yang sedang menenangkan Vika.

Finding LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang