Part 13

7.3K 406 5
                                    

Aku berjalan mondar-mandir di dalam kamar Tristan. Bingung, antara menghubungi Natasha atau...tidak. What should i do? Aku penasaran dengan Natasha dan kehidupanku sebelum ini. Tapi, apakah harus menemuinya tanpa Tristan. Aduuh...masa bodoh deh.

"Halo Nat" Aku segera menyapanya ketika panggilan sudah terhubung.

"Dita...akhirnya Dit lo nelpon gue" Aku menghela nafasku.

"Mmm...Nat, bisa kita ketemu hari ini?"

"Bisa banget Dit. Lo mau kerumah gue?"

"Rumah kamu?"

"Aduuuh sorry Dit....ketemu ditempat kemarin aja ya"

"Oke, sebentar lagi saya kesana" Sekali lagi...aku menghela nafas. Benar-benar hobiku belakangan ini adalah menghela nafas.

Aku langsung pergi menuju mall tempat aku bertemu Natasha kemarin. Tanpa izin terlebih dulu dengan Tristan, aku langsung saja pergi. Urusan Tristan bisa nanti. It's more important.

Sudah dua pulu menit aku menunggu, tapi Natasha belum juga datang. Hhh...aku sebernya bener nggak sih? Apa jangan-jangan aku salah tempat?

"Eh Dit, sorry lama nunggu ya? Macet Dit, rumah gue kan jauh darisini" Aku hanya mengangguk. "Kenapa Dit?"

"Enggak. Cuma pengen denger cerita dari kamu lagi. I just wanna hear story about my life in past"

"Dit" Wajahnya sedih. Matanya berkaca-kaca. "Aku nggak nyangka lo bisa kayak gini" Aduh please...jangan nangis lagi.

"Mmm...oke nggak papa kalo kamu nggak mau cerita. Kita ngobrol biasa aja biar akrab"

"Nat?" Tiba-tiba ada suara laki-laki memanggil Natasha. Aku mendongak. Dia menatapku kaget kemudian menatapku dengan sorot mata yang entah...aku tidak bisa membacanya. Dadaku kembali berdesir, jantungku bekerja lebih cepat dari biasanya.

"Abaaang...sini duduk. Dit, lo nggak papa kan gue ngajak abang gue?"

"Eh nggak papa" Aku berusaha menormalkan suaraku menutupi degupan jantungku yang luar biasa cepat.

Wajah Natasha kembali sedih. "Dit, lo nggak kenal sama dia?" Haaa? Entahlaah...aku nggak tahu laki-laki ini. Apa dia sahabatku juga? Aku menatapnya, wajahnya pun juga terlihat...sedih? "Dia Dewa Dit, Dewara Adam Wicaksana. Lo kenal?"

Duniaku seakan berhenti seketika. Nama ituuu? Aku berusaha mengingatnya. Sepertinya aku tahu...tapi tidak. Oh God, aku butuh mengingat sesuatu tentang laki-laki ini.

"Dia sahabat saya juga? Sama kayak kamu Nat?" Air mata lolos begitu saja dari mata Natasha. Sedangkan Dewa...wajahnya seperti orang yang frustasi. Tatapan matanya seakan-akan hidup segan mati tak mau.

"Dit, Dewa ini co..."

"Don't Nat. It's okay. Jangan diterusin" Ucap Dewa memotong perkataan Natasha. Aku hanya bisa menatap mereka berdua bergantian. Hingga Dewa akhirnya memilih pergi. Aku melongo...Can anyone explain this situation for me?

"Nat, Dewa siapa?" Natasha hanya menggeleng. Dia masih menangis. "Please, tell me." Aku memasang muka berharap. Natasha tetap diam .

"Just forget it Dit. Kalau dia masih ada di hati lo, lo pasti tahu siapa dia" Great answer...jangan bercanda. Aku benar-benar nggak butuh jawaban seperti itu. Di hatiku? Di hatiku hanya ada Tristan. I just know him.

----

Aku kembali  ke apartemenTristan dengan penuh tanda tanya. Keputusanku bertemu Natasha benar-benar membuat keadaan semakin rumit. Tentu saja rumit bagiku. Dia mendatangkan Dewa. Laki-laki yang entah kenapa dengan kurang ajarnya membuat jantungku berdetak seperti genderang mau perang.Aiiih. Padahal, aku tidak pernah merasakan itu jika bersama dengan Tristan.

Finding LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang