•Happy Reading, Dear•
Semua orang mematung, Nara langsung berlari ke arah Raga, ia menepuk pelan pipi Raga, mencium punggung tangan Raga.
"RAGA! GA, KAMU DENGER SUARA AKU 'KAN? JAWAB GA! JANGAN DIEM AJA!" teriak Nara histeris. Spontan Angga berlari keluar IGD, dan tak berselang lama ia kembali bersama dokter yang menangani Raga.
"RAGA! BANGUN, GA! BUKA MATA KAMU, JANGAN TINGGALIN AKU, GA!"
Kemudian dokter tersebut dan seorang suster berlari ke arah Raga, "Dimohon pada semua orang agar keluar," ujar suster itu, semua orang keluar dengan sendirinya termasuk orang tua Raga, tapi tidak dengan Nara, ia masih berteriak histeris disana.
Brian dan Jeffry mencoba untuk membawa Nara keluar, "RAGA! JANGAN TINGGALIN AKU!!!" teriaknya. Saat sudah berada di luar, Nara tak henti-hentinya menangis, semua orang juga menangis.
Wajah Nara bahkan pucat, Brian juga menangis saat melihat keadaan Nara, ia memeluk Nara erat, dan Nara menangis di pelukan Brian. Beberapa menit kemudian, dokter itu keluar.
Nara melepaskan pelukannya, "Gimana keadaan Raga, Dok? Dia baik-baik aja kan?" Tanya Mamanya Raga panik. Dokter tersebut membuang nafasnya kasar.
"Kami turut berdukacita, Raga sudah meninggal dunia," ujar Dokter tersebut dengan suara berat. Nara membulatkan matanya, ia berlari mendekati Dokter tersebut.
"Dokter bohong 'kan? Iya 'kan? Pasti Raga baik-baik aja," tanya Nara tak percaya. Dokter itu hanya menggeleng. Seketika itu juga, Nara terjatuh ke lantai, rasanya seluruh badannya tidak ada tenaga sama sekali.
"Engga! Ngga mungkin! Ngga mungkin!" Gumamnya sembari terus menangis. Jeffry berjalan ke arah Nara dan langsung memeluknya untuk memberikan rasa tenang. Kenzy memukul-mukul dinding disana, Meli menangis di pelukan Angga, mamanya Raga menangis dipelukan suaminya.
"Ikhlasin ya, Dek?" Ujar Jeffry sembari mengelus Surai hitam Nara.
"Ngga mungkin Raga meninggal kak, ngga mungkin,"
Jeffry hanya bisa memeluknya sambil menahan tangisnya. Sedangkan Rendra, ia hanya mematung, tak percaya dengan semua ini. Nathan dan yang lain tidak menyangka kalau Raga akan pergi secepat ini.
Teriakan histeris terus terdengar, siapa lagi kalau bukan Nara, ia masih belum bisa menerima kenyataan bahwa Raga sudah meninggalkannya. Sedangkan Rendra, tadi ia sudah digiring polisi karena Meli melaporkan nya tadi.
"Kenapa kamu tinggalin aku, Ga? Aku butuh kamu disini," gumam Nara.
~~~~~
Di TPU...
Semua orang sudah meninggalkan makam Raga, kecuali orang tua Raga, Nara, dan teman-temannya. Nara masih terus menangis disamping makam Raga, ia terus mengusap batu nisannya.
"Ga, kenapa kamu pergi ninggalin aku? Kamu inget ngga? Waktu aku nginep dirumah kamu, terus kamu bilang kalau kita dua tahun lagi bakal nikah, terus punya anak, inget ngga?"
Semua orang makin tak bisa membendung tangisnya saat mendengar penuturan Nara. Nara masih belum bisa mengikhlaskan kepergian Raga yang terlalu cepat ini. Angga, Meli, Kenzy, Brian , dan Jeffry mulai meninggalkan TPU, Jevan mulai membujuk Nara untuk pulang.
"Balik yuk, Ra?"
"Gue masih mau disini,"
"Udah hampir gelap, Ra,"
"Balik ya?!"
"Gue mau nemenin Raga, Van. Kalau Lo mau balik tinggal balik aja,"
"Ra, dengerin gue, Raga udah tenang disana, Raga pasti sedih kalau liat Lo kaya gini, tadi nyokapnya Raga bilang sama gue kalau Lo disuruh nginep dirumahnya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGA PUTRA ADIBARA [END✓]
Teen Fiction"Mengikhlaskan bukan hanya perihal melepaskan, tapi juga usaha untuk bangkit dari keterpurukan." Start: 23 Agustus 2021 Finish: 3 Oktober 2021 Cover : Pinterest HIGH RANK #5~Raga(090921) #10~Jarak(170921) © Copyright: Risyatiyazza