Chapt 4

1.1K 63 0
                                    

Kamu harus tau, seorang sahabat akan lebih merasa harga dirinya dilukai itu ketika kamu memendam semua masalahmu sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kamu harus tau, seorang sahabat akan lebih merasa harga dirinya dilukai itu ketika kamu memendam semua masalahmu sendiri. Tau kenapa? Karena dia akan merasa tidak berguna dan tidak diinginkan sebagai sahabat.
-Anonymous

✨✨✨

Kali ini bukan hanya Nana yang menemaniku di apartment, Glori dan Ale pun mengikuti kami kesini.

Aku tahu mereka berdua sangat penasaran tentang apa yang terjadi denganku, tapi aku benar-benar belum siap mengatakannya. Entah belum siap mengatakan aku yang 'hampir diperkosa' atau aku yang 'trauma sentuhan lelaki'. Mungkin keduanya.

Aku sedang berada di atas ranjangku, di bawah selimut abu-abu polos yang tertutup rapat. Adikku duduk disampingku, menepuk-nepuk pelan lenganku. Tidak tahu mengapa, ini cukup nyaman hingga mampu menenangkanku.

Tubuhku tidak lagi gemeteran, tangiskupun tidak lagi terdengar. Sekarang yang ada di pikiranku hanya dipenuhi oleh pertanyaan-pertanyaan yang akupun tidak tahu jawabannya.

"Aku ambil minum dulu ya."

Kasurku bergerak kala Nana turun dari kasurku, meninggalkanku sendirian-tidak, ada dua sahabatku di ujung kamar ini. Aku tahu. Hanya saja, aku tetap merasa seperti sendirian saat Nana tidak ada.

Mungkin terdengar jahat jika aku mengatakan bahwa sahabatku tidak memiliki rasa nyaman yang cukup untuk membuatku tenang ketika traumaku kembali. Tapi itu memang kenyataannya. Mungkin bahkan bukan hanya mereka, kedua orang tuaku pun sama.

Karena hanya Nana yang bisa, hanya adikku yang ada saat kejadian itu.

Terdengar suara benda di letakkan di atas nakas, tidak lama adikku bersuara. "Minum dulu Kak Glori, Bang Ale."

Nana duduk kembali di sampingku dan menepuk pelan lenganku. Bukan untuk menenangkanku, tetapi untuk menyuruhku bangun.

"Duduk kak, minum dulu."

Aku menurut. Mengubah posisiku menjadi duduk dengan selimut yang tetap menutupi seluruh tubuhku hingga kepalaku, hanya wajahku saja yang terlihat. Aku mengambil gelas beling dengan tangan yang tertutu selimut saat Nana memberikannya.

Disitulah, aku bisa melihat posisi sahabatku dengan tepat. Mereka ada di sisi tempat tidur bagian kaki, duduk di kursi yang mungkin diberikan oleh adikku. Mereka menatapku, namun aku tidak melihat tatapan menghakimi.

Aku salut dengan pengertiannya. Mereka tidak langsung membondongiku dengan pertanyaan walau aku tau rasa penasarannya tidak tertahankan. Padahal, aku yakin adikku sudah menceritakan semuanya.

Aku tersenyum tipis, meminum air di gelas yang ada ditanganku.

"Udah agak tenang?" tanya Nana sambil mengelus kepalaku. Aku mengangguk meng-iyakan, sedikit memberikan senyum meyakinkan.

BAD FIANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang