Chapt 6

984 59 10
                                    

Kalau tidak bisa membuatku bahagia, setidaknya jangan menyakitiku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalau tidak bisa membuatku bahagia, setidaknya jangan menyakitiku.
-Aeera Rinanda Hanasta

✨✨✨

“AAY?!!!”

“K-kamu kenapa bisa ada di sini, Le?” tanyaku gugup.

Ale tidak menjawabku, ia membantuku berdiri dengan mengangkat kedua lenganku. Trauma itu tidak berlaku lagi terhadap Ale, ingat?

“Lo kenapa bisa ada di sini, Ai? Trus ini lo kenapa nangis di sini? Lo sama siapa, Ai? Jawab gue!”

“Ak-aku… Ale, bisa antar aku ke toilet?”

Ale diam, tidak menjawab. Tapi pria itu membimbingku menuju toilet yang bahkan aku tidak tahu letaknya dimana. Aku kira, Ale akan menunggu di luar toilet, ternyata pria itu mengikuti sampai ke dalam.

“Ale, kamu kenapa ikut masuk?”

“Lo lagi nggak baik-baik aja, Ai. Nggak mungkin gue ninggalin lo sendiri.” Ucap Ale.

“Nggak apa-apa, Le. Aku baik-baik aja. Lagian ini toilet perempuan, nanti apa kata orang yang liat.”

“Gue dulu bahkan pernah nungguin lo buang air kecil sambil megangin pintu toilet sekolah yang lagi rusak, lupa lo?”

Lain halnya dengan Glori yang berbeda sekolah, dengan Ale kami bahkan satu kelas. Ketika teman-temanku menjauhiku karena merasa tersaingi fisiknya yang menurut mereka aku gadis cantik yang menjadi perebutan laki-laki tampan di SMA-ku itu, sampai siswa laki-lakipun menjauhiku karena pacarnya sangat mencurigaiku habis-habisan, Ale tetap berada di sisiku yang tugasnya mengusir laki-laki yang menggodaku sampai tingkat aku merasa risih. Dia ini adalah sahabat, abang, bodyguard terbaikku.

“Pokoknya kamu harus keluar.”

“Tapi Ai-“

“Keluar sekarang Ale, nanti aku jelasin semuanya.”

Ale menghembuskan nafas pasrah, sambil mengangguk lemah pria itu keluar dari toilet yang sepi ini.

Lagi-lagi aku sendirian, tapi tidak untuk menangis lagi. Aku memperbaiki make up-ku dengan sedikit touch up, lalu merapikan rambutku yang lumayan berantakan. Agak meringis ketika menyentuh kepala bagian belakangku yang terbentur dinding tadi. Entahlah, sepertinya sedikit membengkak, karena ketika aku merabanya, rasanya bagian itu lumayan membesar. Setelah mencuci tangan dan mengeringkannya, aku terdiam sebentar di depan cermin. Menaik turunkan tanganku di depan dada seiring menarik nafas dan menghembuskan nafasku.

In hale ex hale.

Mari kita lupakan kejadian beberapa saat lalu, tersenyumlah. Kalau tidak bisa, setidaknya bersandiwaralah untuk terlihat baik-baik saja. Setidaknya untuk tidak memalukan Mas Abi di depan teman bisnisnya. Yuk, bisa yuk!

BAD FIANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang