Chapt 14

1.2K 67 2
                                    

Tamu tak di undang-Aeera Riananda Hanasta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tamu tak di undang
-Aeera Riananda Hanasta

✨✨✨

Pertemuan Dokter Karenina yang sangat tidak terduga membuat ku sedikit terkejut. Ya, tentu saja. Kami biasanya hanya bertemu di ruang terapi milik Ale, tapi kini kami bertemu di publik dan rasanya sangat aneh. Aku bilang aneh karena saat aku melihatnya di tengah-tengah keramaian ini, aku merasa seperti sedang melakukan terapi di publik. Padahal, aku hanya berbicara saja padanya, tetapi aura kedokterannya emang sangat kental sekali.

"Itu siapa, Kak?" Tanya Abel begitu Dokter Karenina berlalu.

"Psikiater aku, Bel."

"Psikiater? Kakak emang kenapa?"

Aku diam. Haruskah aku menceritakan ini kepadanya?

Mungkin melihat keterdiaman ku, adikku seolah tau apa yang ku pikirkan. Ia melihat tidak suka pada Abel yang telah bertanya perihal masalah ini, sesuatu yang sangat sensitif bagi ku.

"Nggak udah kepo, bisa? Ini bukan urusan lo." Dari suaranya, begitu kentara rasa benci yang belum hilang  kepada orang itu. Hingga ia ikut tidak menyukai orang-orang yang mengungkit hal ini hanya karena takut membuat ku bersedih.

Nana melingkarkan tangannya di sekitaran punggung ku, hingga telapak tangannya menyentuh lengan kiri ku. Adik ku mengelus lengan ku dengan lembut seolah menenangkan ku. Mungkin hal ini ditangkap oleh mata Abel hingga gadis itu langsung menunduk bersedih.

"Maaf, Kak." Melihatnya seperti itu malah membuat ku tidak tega.

"Kakak pernah hampir diperkosa karena diturunin di tempat sepi sama seseorang."

Mata Abel membesar bersamaan dengan suara lantang Nana. "Kak!"

"Nggak usah diceritain, Kak. Dia nggak perlu tau, lagian nggak penting juga buat dia."

"Penting!"

Kami—Nana dan aku menoleh bersamaan ke Abel yang menatap kami dengan mata memerah.

"Aku bukan cuma sekedar penasaran, aku peduli sama Kak Ai. Aku sayang Kak Ai, denger Kak Ai pernah diperkosa buat aku ikutan sakit tau." Air matanya meleleh ke pipinya yang memerah.

Aku langsung berpindah tempat duduk di sampingnya. Menangkup wajahnya sembari menghapus air matanya. "Abel kok nangis?"

Abel memelukku, menenggelamkan wajahnya ke bahu ku. Ini seperti de javu, aku jadi mengingat Nadiah. Aku yang melaluinya kenapa mereka yang sangat terpukul?

"Ceritain ke aku, Kak. Ap-apa yang terjadi selanjutnya?" Masih dengan sesegukan ia bertanya, kepalanya juga masih bersandar di bahu ku.

"Saat itu aku semobil sama seseorang, tapi aku diturunin di tempat sepi karena ada sesuatu yang nggak bisa aku jelaskan secara detail. Keadaan itu semakin buruk karena ada seseorang yang dateng dan melakukan hal yang nggak baik ke aku. Tapi aku berhasil diselamatin Nana, terus aku dibawa pulang ke apartment. Semaleman aku kebangun terus, mimpi buruk. Terus nangis lagi."

BAD FIANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang