Chapt 17

1.9K 130 48
                                    

Maju kamu, aku nggak takut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maju kamu, aku nggak takut. Aku punya Ale sama Gloria.
-Aeera


✨✨✨

Ini kedua kalinya pagi ku terasa begitu berbeda, yang biasanya aku hanya mengurusi diriku sendiri tapi kini ada satu orang lain yang harus ku perhatikan, tentunya selain adikku.

Malam tadi Mas Abi kembali menginap disini, menempati kasur nyamanku dan membiarkanku tidur di sofa karena Tuan Muda satu itu tidak mungkin mau membuat tubuhnya yang luar biasa sempurna itu pegal-pegal.

Syukurnya pagi ini ia terlihat rapi dengan setelan kerjanya yang licin dan sangat pas di tubuh kekarnya, seolah setelan itu memang dibuat hanya untuk olehnya.

Aku mengikat rambut ku tidak terlalu kencang, memakai apron dan mengikatkan talinya dibelakang tubuhku. Namun entah mengapa pagi ini aku sangat sulit mengikatnya sampai aku merasakan tanganku bersentuhan dengan sebuah kulit yang mampu membuatku tersentak sambil menolehkan kepalaku ke samping, ternyata Mas Abi.

"Ngiket tali doang nggak bisa, dulu ikut pramuka nggak sih?" Suara beratnya dipagi hari masuk dipendengaran ku bagaikan aliran listrik, mataku hanya bisa terpejam menikmatinya.

"Nggak." Aku tidak berbohong, aku memang tidak pernah tertarik mengikuti ekstrakulikuler saat aku masih duduk dibangku sekolah dulu. Lagipula, memang hanya anak pramuka saja yang bisa mengikat tali? Biasanya juga aku bisa mengikat tali apronku hanya saja mungkin pagi ini tali itu sedang cari perhatian dengan Mas Abi.

"Pantes." Katanya dengan nada yang sok. Tali apron ku sudah terikat sempurna di tubuhku, membuatku langsung mengeksekusi bahan masakan untuk sarapan kami pagi ini.

Awalnya aku kira Mas Abi sudah kembali ke kursi bar setelah mengikat tali apron ku, ternyata ia masih berdiri dibelakang ku dengan mata yang fokus melihatku memotong bahan makanan ketika aku menoleh padanya. Wajahnya begitu dekat karena ia sedang menunduk di atas bahuku mengingat tubuhnya yang sangat tinggi.

"Mas Abi ngapain?" Tanyaku basa-basi sekaligus menormalkan degup jantungku yang mulai tidak beraturan.

"Rapat sama client. Ya menurut kamu aja aku lagi ngapain." Katanya sewot.

Lah kok ngamuk.

"Maksud aku kenapa Mas Abi nggak duduk aja, nanti makanannya juga jadi kok." Ucapku lembut.

"Suka suka aku."

Oke, aku menyerah.

Aku kembali fokus pada masakan ku, membiarkan pria bertubuh tegap itu melakukan apa yang ia inginkan di belakangku. Lagipula, percuma saja jika aku menyuruhnya duduk. Selama pria itu tidak ingin maka ia akan selalu punya cara untuk membalasku, mungkin itulah mengapa perusahaan yang ia miliki bisa berkembang pesat. Pria itu pandai berdebat.

"Kenapa bekal itu nggak dikembalikan ke rumah mami?"

"Huh?" Pertanyaan Mas Abi menarik perhatianku, membuatku mengikuti arah tatapannya yang berada pada rak penyimpanan piring di atas. Seketika mataku membulat, tubuhku terasa kaku.

BAD FIANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang