chapter 9

357 36 5
                                    

[HAPPY READING]
.
.
.
.
.

Seorang pria dengan setelan rapi dan terlihat menawan sedang merenung sembari memandangi sebuah foto anak lelaki yang tersenyum menawan dalam bingkai itu, ia terus memandangi foto itu dan sesekali mengelusnya lembut.

Hingga seorang wanita memasuki ruangan itu dan memeluknya dari belakang dan berkata,

"Tidak terasa, ia sudah lama meninggalkan kita" kemudian ia juga mengelus foto itu. "Anakku, ibu sangat merindukanmu" ucapnya lagi.

"Aku akan terus mencari mereka, dan dia akan merasakan apa yang kita rasakan saat ini" ujarnya dengan nada sedikit marah.

"Berkali-kali aku sudah mengatakannya, suamiku. Itu adalah sebuah kesalahan"

"Kesalahan? Kau kehilangan putra mu dan kau masih bisa menyebut itu adalah sebuah kesalahan? Dimana akal sehatmu?!" Bentaknya pada istrinya.

"Aku tidak ingin berdebat dengan mu, jangan pancing aku" wanita itu membalik tubuhnya dan membelakangi suaminya.

"Ck. Kau tak berbeda jauh dari mereka"

"Kumohon berhenti. Kau selalu membuatku jengkel di setiap hari peringatan putra kita"

"Jengkel katamu?"

Tok...tok...

Mendengar suara ketukan pintu itu, perdebatan mereka pun berakhir.

"Tuan, anda mendapatkan kiriman lagi" ucapnya dan memberikan sebuah kotak yang berukuran cukup besar pada pria itu.

Kemudian ia membuka kotak itu bersama dengan istrinya. Saat membuka kotak itu, ia menemukan sebuah pedang dan surat yang terikat pada pedang itu, lalu ia pun membacanya.

'Tuan Joo, ini adalah pedang yang menyebabkan kehancuran pada pertemanan kita. Aku tidak bisa mengatakan kejadian pada hari itu adalah sebuah kesalahan, itu semua karena ulahku yang gegabah dan aku mengakuinya. Aku tau aku tidak pantas mengatakan ini, aku mohon padamu, maafkanlah aku'

-Yang sejong-

.

.

.

"Kenapa kau melamun adikku? Apa kau masih memikirkan perkataan Sunoo?" Mama mendekati Raja Yang yang sedang melamunkan sesuatu di dalam kamarnya.

Saat tak menerima jawaban apapun, Mama melihat apa yang sedang Raja Yang pegang sambil melamun disana, ia melihat selembar foto disana. Dalam foto itu terlihat sosok adiknya dan juga pria yang ia kenal sedang berjabat tangan.

"Kenapa kau melihat foto itu?" Tanya Mama.

"Ini adalah harinya, Kak. Kejadian itu"

"Adikku, kali ini apa yang kau kirimkan pada mereka?" Tanya Mama penasaran, Raja Yang selalu mengirimkan pesan permintaan maaf pada Joo setiaptahunnya, tepatnya pada hari peringatan kematian putra Joo.

"Aku mengirim pedang itu, aku tidak bisa menyimpannya lagi karena itu terus menghantuiku" ujarnya.

"Semua akan baik-baik saja. Ayo, Sunoo dan yang lainnya akan pergi sebentar lagi" ajak Mama.

Mereka berdua pun menemui Sunoo dan yang lainnya, mereka terlihat sedang berkemas dan akan menyusul Jungwon yang berada di Seoul.

PURE BLOOD -END-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang