[HAPPY READING]
.
.
.
.
.Jungwon menguping pembicaraan Sunoo dengan Raja yang sedang membahas tabib yang melakukan ritual mereka berdua, hingga ia mendengar Ayahnya mengatakan tabib itu ada di luar wilayah mereka, yaitu sebuah kota besar yang disebut SEOUL, dimana ada ribuan bahkan jutaan manusia yang hidup disana.
Setelah mendengar kota itu, Jungwon berlalu dari sana dan kembali ke kamarnya. Disana, Jungwon mengambil selembar kertas dari lacinya dengan sebuah bulu dan sekotak tinta yang akan ia gunakan sebagai pena untuk menulis, ia terlihat sangat serius saat menulis surat itu. Setelah menulis surat itu, sesaat ia memandanginya dan melipat kertas itu dan menaruhnya di bawah bantalnya.
Dan tak lama setelah itu, yang lainnya juga memasuki kamar karna hampir waktunya untuk tidur.
"Wah...paman Park terlihat tampan semakin tampan, tak seperti kau" usil Jake pada Jay dan disambut tawa oleh Sunghoon.
"Berhenti menggodaku, Jake." Kesal Jay sendiri.
"Sudah. Tidur saja, atau kau akan menyusul Heesung Hyung dan Niki disana" Sunoo membuka suara, dan mereka langsung menutup mulut mereka. Mudah bagi Sunoo untuk mengontrol mereka, karena mereka takut pada Sunoo.
Kemudian, mereka pun berbaring dan masih sedikit cekikian merasa lucu hanya karna saling menatap saja, hingga beberapa saat kemudian mereka pun tertidur.
.
.
.
Jungwon perlahan-lahan bangun dari ranjangnya dan melihat semuanya sudah tertidur. Ia mengambil jubah hitam yang sudah ia siapkan lalu memakainya.
"Hyung, doakan aku. Jika aku berhasil menemukan tabib itu, maka kau tidak akan kesakitan lagi" gumamnya menatap Sunoo yang tertidur dari ambang jendela, setelah itu ia melompat dari jendela itu tanpa ragu-ragu.
Dengan langkah cepat ia menyusuri hutan itu, sesekali ia tetap harus waspada. Tidak ada yang tau bahwa para demon juga menelurusuri wilayah-wilayah perbatasan.
Semakin dekat dengan perbatasan antara hutan dan Seoul maka semakin berbahaya juga bagi Jungwon untuk melewatinya. Ia harus mengendap-endap dan terus was-was agar tidak terjadi sesuatu yang berbahaya.
Saat hampir tiba di perbatasan, terdengar suara burung yang ricuh seolah akan terjadi suatu hal yang mengerikan disana. Jungwon dengan cepat bersembunyi di balik benatuan besar, ia sedikit mengintip melihat apa yang sedang terjadi. Matanya membelalak saat melihat sosok yang mengerikan sedang menerkam rusa itu dengan sangan sadis, ia mencabik-cabik perut rusa itu hingga hancur. Sosok itu mengaum keras hingga suaranya terdengar di sekitaran hutan.
Sosok itu perlahan berkeliling menyusuri hutan itu, dengan nekat Jungwon malah mengikutinya. Saat akan melangkah lagi, tangan Jungwon di tahan oleh seseorang yang tidak ia kenal sama sekali, orang itu menarik tangannya ke sebuah pohon yang begitu besar dan bersembunyi.
"Sstt...jangan ke sana" ucap orang itu.
"K-kau siapa ?"
"Ini bukan saat yang tepat untuk berkenalan" ucapnya lagi dan memberikan isyarat agar tetap diam.
Kemudian ia perlahan mengintip dari celah pohon itu, Jungwon yang penasaran pun ikut mengintip dari celah itu. Ia melihat ada tiga sosok besar disana, ciri-cirinya sama dengan sosok yang menyerang Sunoo.
Ketiga sosok itu terlihat sedang berdiskusi, dan Jungwon mencoba menguping pembicaraan mereka.
"Aku yakin mereka bersembunyi di sekitar sini"
"Tapi kenapa kau masih belum bisa menemukannya ?!"
"Maafkan aku, Raja Joo. Aku akan mencoba mencari lagi" ucap salah satunya dan membuat Jungwon mengerutkan dahinya.
"Raja Joo ? Apa dia demon yang di maksud Ayah ?" Gumam Jungwon pelan.
"Kau bilang apa ?" Tanya orang yang menariknya tadi.
"Tidak ada" Jungwon menggelengkan kepalanya.
Dan mereka kembali memperhatikan ketiga sosok itu, Jungwon mendengar mereka memilih melanjutkan pencarian besok karna matahari hampir terbit, kemudian ketiga sosok itu pun pergi dari sana.
"Mereka sudah pergi. Jadi, siapa namamu ?" Tanya orang itu.
Tapi Jungwon tidak menjawabnya, ia menutupi seluruh tubuhnya dengan jubah hitam yang ia kenakan.
"Kau tidak perlu takut. Perkenalkan, aku Daniel" orang itu tersenyum ramah dan terlihat sangat manis sambil menyodorkan tangannya mengajak Jungwon berjabat tangan.
.
.
.
Mama memasuki kamar dengan nampan berisi sarapan yang biasa ia bawa setiap pagi kepada Jungwon dan yang lainnya.
Ia membangunkan satu-persatu, tapi saat itu ia melihat ranjang Jungwon kosong, tidak ada Jungwon disana. Sesaat ia berpikir kalau Jungwon sedang berada di luar dan tidak berpikiran aneh. Namun, saat melihat kembali ke arah ranjang itu, Mama melihat secarik kertas terletak disana. Ia mengambil kertas itu lalu membacanya, keningnya mengerut dan rasa khawatir langsung menghantuinya.
"Jungwon!!" Teriaknya hingga semua mata tertuju kepadanya.
Mama berlari menemui adiknya yaitu Raja, dan menunjukkan surat itu. Raja pun menerimanya dan langsung membacanya.
'Jangan mencariku, Aku harus melakukan apa yang seharusnya aku lakukan dan memberikan kembali hak Sunoo, Hyung'
"Apa yang dia pikirkan ?!" Kesal sang Raja.
"Apa yang harus kita lakukan ?" Mama terus merasa khawatir pada Jungwon, dan itu terlihat jelas di wajahnya.
"Biarkan saja" ucap Raja Yang dan membuat Mama merasa kesal.
"Apa maksudmu ? Kau akan membiarkan dia ditemukan para Demon dan menghabisinya ? Begitu ?!" Mama merasa sangat marah dengan jawaban yang di lontarkan Raja Yang.
"Bukan begitu"
"Lalu apa ?! Katakan padaku!" Kali ini Mama tak mampu menahan emosinya.
"Kakak, dengarkan aku dulu" ujar sang Raja meraih tangan Mama, namun Mama menepisnya. "Aku akan membiarkannya, tapi bukan berarti aku juga akan diam saja. Aku akan membiarkan dia melakukan apa yang dia mau. Aku akan mencarinya"
"Tidak perlu. Aku akan mencarinya sendiri" potong Mama.
"Apa yang sedang kalian ribut kan ? Dan dimana Jungwon ?" Tanya Sunoo tiba-tiba muncul dari belakang mereka.
Raja Yang melihat Sunoo dan langsung menyembunyikan surat yang di tulis Jungwon, tapi Sunoo melihat tindakan Ayahnya itu.
"Apa yang Ayah sembunyikan ?" Tanya Sunoo.
"Bukan apa-apa, anakku" senyumnya pada Sunoo.
"Benar, bukan apa-apa sayang. Kembalilah ke kamarmu" Mama juga menyembunyikan kebenarannya, tapi Sunoo tak sebodoh itu. Ia mendekati Ayahnya dan meminta surat yang Ayahnya sembunyikan.
"Berikan padaku Ayah" perlahan ia menarik tangan Ayahnya dan mengambil surat itu lalu membacanya, terlihat jelas wajah Sunoo memerah antara menyalahkan diri sendiri dan menahan tangis.
.
.
.
To Be Continued~
Jangan lupa vote dan komen yaa🤗
Sebagai bentuk dukungan kalian
Satu votmen kalian sangat berharga bagi kami❤
♡♡♡TERIMA KASIH♡♡♡
![](https://img.wattpad.com/cover/276077725-288-k644612.jpg)