chapter 15

349 32 1
                                        

HAPPY READING
(maaf membuat kalian lama menunggu)
.
.
.
.
.
.
.
(9^-^)9

Malam semakin gelap, namun tubuh Raja Yang masih terbaring di atas ranjang dengan mata tertutup hingga membuat semua orang yang ada di sekitarnya merasa cemas.

"Ayah, apa yang terjadi padamu ?" Sunoo merasa prustasi. ia menunduk emosi memikirkan semua masa sulit yang ia hadapi akhir-akhir ini.

Mama menepuk pundak Sunoo dari belakang dan berkata, "Sunoo, sebaiknya kita akhiri saja pertikaian ini. Relakan Jungwon dan lupakan segalanya"

Namun dengan ucapan itu Sunoo merasa tidak senang dan menatap tajam kepada Mama.

"Apakah semudah itu kau mengatakannya?" kini Sunoo sudah merasa emosi, kata 'merelakan' membuatnya sangat mudah marah. Bahkan kini dia berbicara tak sopan pada Mama.

"lihat lah dengan mata kepalamu sendiri! Jungwon tiada, bahkan sekarang Ayah pun terbaring lemah di hadapan kita semua, semudah itu kah kau mengatakan bahwa aku harus merelakan semua ini?!" bentak Sunoo emosi, bahkan berani meninggikan suara pada Mama.

"Hentikan Sunoo, dimana sopan santunmu?" Mama sontak terkejut dengan perlakuan Sunoo.

"arghh! sial!" Sunoo merasa linglung dan tak dapat mengontrol dirinya, hingga ia melampiaskannya dengan memukul dinding di seblahnya.

"kemarilah" ujar Mama mendekat memeluk Sunoo dan membiarknnya menangis di dalam pelukannya.

Ia tau isi hati anak itu dan ia juga tau bagaimana hancurnya hati Sunoo. oleh karna itulah ia merasa iba kepada anak itu.

.

.

.

.

Jakah melangkah tertatih dengan wajah pucat menuju dapur berusaha mengambil secangkir air. Ia merasa haus setelah melawan rasa sakit dan sesak didadanya, dengan air itu ia minum dengan kening yang mengerut.

"Akh...'' ringisnya kesakitan dan memengang dadanya.

"Jakah Hyung, kau baik-baik saja?"

Jakah pun menoleh dan melihat Seonwoo yang berjalan ke arahnya.

"tidak apa-apa, aku hanya haus" jawabnya dan kembali berusaha bersikap normal.

"tapi wajah Hyung tellihat cangat pucat, aku akan panggil Ibu, ibu..." teriaknya memanggil ibunya.

"ssttt... ibu sedang tidur, jangan berteriak Seonwoo" Jakah menghentikannya.

"Sana kembali tidur, Hyung akan menyusul"

"Aku mau belcama Hyung" gumamnya dan mendekati Jakah dan meraih tangannya.

"apa kau takut tidur sendirian lagi?" Tanya Jakah dan dibalas anggukan oleh adiknya itu.

"tidak apa-apa, ayo tidur"  Lalu Jakah menggendong Seonwoo kembali ke kamar.

"Hyung, tubuhmu cangat hangat. kau cakit?" gumamnya dengan mata yang mengantuk, dan Jakah hanya menggeleng sebagai jawaban.

Jakah pun membaringkan Seonwoo di sebelahnya lalu mengecup keningnya dan kembali tidur.

Setelah beberapa waktu terlelap mimpi buruk selalu menimpa Jakah.

.

.

.

"Ibu, akan akan pergi sebentar" ijin Jakah sambil mengenakan sepatu miliknya. Ia berniat keluar untuk membeli beberapa perlengkapan di rumahnya.

"Hyung..." panggil Seonwoo.

"Hmm...?"

"Mau pelgi kemana?"

"Hyung hanya sebentar, temani Ibu ya Seonwoo. Kau harus jadi anak yang baik agar bisa menjaga Ibu" Senyum manis Jakah dan mengelus lembut surai rambut Seonwoo.

"mau ikut..."

"nanti kalo kamu ikut, siapa yang akan menemani Ibu? memangnya Seonwoo mau Ibu sendirian?"

"Heung... tidak mau.'' Seonwoo menggeleng-geleng lucu.

"baiklah, Hyung pergi dulu." Jakah pun pergi setelah mmberikan kecupan dipipi mungil Senwoo.

Jakah berjalan santai sambil menggunakan earphone ditelinganya sambil mendengarkan musik. Ia berjalan santai menuju halte bus, dan tak lama kemudian bus nya pun datang.

Jakah menaiki sebuah bus yang berwana hijau dengan nomor 067 yang menuju ke Seoul.

Ia memilih duduk di kursi paling belakang dan bersandar santai hingg bus itu pun berjalan.

"kau tampan sekali'' Ujar seorang kakek tua yang duduk tepat di sebelah Jakah.

"terima kasih" sopan Jakah.

"Berapa usia mu?"

"ah, 19 tahun" jawabnya canggung sambil menggaruk lehernya.

"Aigoo... usia yang bagus"

"hahaha... iya" lagi-lagi ia tertawa canggung.

Bus itu melaju cukup cepat, hingga membuat orang yang ada di dalamnya bergoyang. semakin lama laju bus itu semakin cepat sampai-sampai membuat para penumpang protes.

"berkendara perlahan saja"

"kurangi kecepatannya"

Namun sang supir tidak mau mendengarkannya sama sekali.

Bus itu melaju sangat kencang hingga saat di perempatan ia tidak bisa mengontrol kendali bus itu. hingga akhirnya...

DUAR...

bus itu menabrak pembatas jalan hingga membuat bus itu berbalik bahkan beberapa penumpang terpental keluar. kecelakaan itu sangat mengerikan, namun Jakah masih berada di dalam mobil dengan setengah sadar.

Ia melihat kakek tua itu sudah tak bernyawa dan bersimbah darah dihadapannya. Ia tak bisa berbuat apa-apa karena keaadaannya juga tidak baik sekarang. Jakah merasa sangat pusing sekarang akibat benturan itu kepalanya mengeluarkan darah segar. bukan hanya itu saja, tiang penyangga kursi yang ia duduki bahkan menusuk bagian bawah perutnya, ia sangat lemah bahkan ringisan pun tak dapat ia lontarkan.

Di sekitarnya sangat berisik, suara ambulance bahkan suara teriakan ada dimana-mana.

"apa kau bisa mendengarku?" tanya seorang pria yang mendekatinya, namun Jakah hanya berkedip sekali saja.

"ayo, bantu aku mengeluarkannya. Dia masih hidup" ajaknya pada temannya yang lain, lalu mereka pun menarik Jakah dan di bawa ke dalam ambulance.

Saat berada di dalam ambulance terlihat dua perawat sedang menanganinya. Jakah mulai tak sadarkan diri dan akhirnya matanya pun terpejam.

perawat yang ada disana memeriksa denyut nadi Jakah, dan yang satunya memberi kantong Ambu pada Jakah.

.

.

.

.

To Be Continued...

Jangan lupa vote dan komen ya~

Sebagai bentuk dukungan kalian

Dengan satu votment kalian akan membuat kami sebagai author bakal makin semangat buat up😁

TERIMA KASIH 🤍

PURE BLOOD -END-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang