Jadi gais kalau gapaham urutannya tuh begindang,
Mikaya sama Jeffriyan kenal empat tahun lalu karena orang tua mereka tuh pernah kerja sama, cuma sebatas kenal yes.
Terus bener bener ngejalin hubungannya baru satu tahun belakangan.
Ada sih itu udah dijelasin di part 1 secara ga langsung dari dialognya Jeffriyan
Kalau gapaham juga, yaudah gausa dipikirin wkwkwk, lanjut aja bacanya
.
.
.Papa : Kamu gak usah mikirin kantor
Papa : Fokus aja sama Mikaya dan calon anak kalian
Papa :Biar Jendra yang sementara urus
Jeffriyan berdecak membaca pesan yang baru diterimanya dari Jordan. Secara tak langsung, Jordan menyuruh Jeffriyan tidak perlu bekerja dan hanya perlu menjaga Mikaya. Padahal Jeffriyan sudah siap pergi ke kantornya, hanya tinggal menyalakan mobil. Jeffriyan menutup pintu mobilnya yang sempat terbuka, lalu pergi mendatangi rumah sebelahnya. “Pak Bono, Mikaya udah berangkat belum?” tanya Jeffriyan pada Pak Bono yang sedang menyesap kopinya di pos jaga.
“Udah Mas, dari tadi pagi.”
Kening Jeffriyan mengerut, alisnya saling bertautan. “Dari pagi? Sekarang aja baru jam tujuh lho Pak.”
“Dari jam setengah enam Mas, dijemput Mbak Danela.”
“Tumben,” gumam Jeffriyan, tak biasa dengan jam kerja Mikaya yang terlalu pagi, sebab Jeffriyan masih ingat jika Mikaya selalu berangkat ke kantor pukul setengah delapan. Dia sendiri yang terkadang mengantar Mikaya bekerja atau menjemputnya ketika wanita itu pulang, sambil berharap Mikaya akan jatuh hati padanya dan pulau pribadi Meru menjadi miliknya.
“Coba aja Mas Jeffriyan telepon, kayaknya Mbak Mikaya ada kerjaan di luar kota, soalnya bawa koper,” saran Pak Bono.
Jeffriyan mengangguk. Dia merogoh ponselnya di kantung celana, mencari nama Mikaya di kontaknya. Tapi Jeffriyan tidak kunjung menemukannya. Seingatnya dia tidak pernah menghapus kontak Mikaya meski hubungan mereka telah berakhir. “Jangan-jangan...” Jeffriyan menghapus huruf M di kata pencarian, menggantinya dengan huruf B. Benar dugaannya, nama kontak Mikaya belum digantinya.
Baby Kay
Lantas Jeffriyan menelepon nomor Mikaya, tak butuh waktu lama bagi Mikaya mengangkatnya. “Mau ngapain nelepon gue?” tanya Mikaya.
“Lo di mana? Kantor?”
“Kereta.”
“Lo mau ke mana?”
“Gak ke mana-mana, cuma mau naik kereta aja. Ngidam kali ya?”
Jeffriyan berdecak. “Gue serius, lo mau ke mana? Kenapa naik kereta segala?”
Di ujung sana Mikaya tertawa kecil. “Gue juga serius, mendadak pengen naik kereta. Padahal Danela udah beli tiket pesawat buat perjalanan ke Surabaya.”
“Kok lo gak bilang ke gue sih mau ke Surabaya?”
“Kenapa perlu bilang?”
KAMU SEDANG MEMBACA
TARUHAN
Fanfiction[17+]Bagi Mikaya, Jeffriyan adalah kesalahannya. Dan bagi Jeffriyan, Mikaya hanya sebatas wanita taruhannya.