26. Diketusin

5.7K 600 158
                                    

MALAM SEMUAAAAA!!! JANGAN LUPA KOMENNYA!!!
.
.
.

Pukul delapan malam, setelah pekerjaannya selesai, Jeffriyan pulang ke rumah orang tuanya. Jeffriyan bergegas masuk ke dalam, mencari keberadaan Mikaya sambil menjinjing tas bekalnya. Melihat putranya yang seperti terburu-buru, Nia mempertanyakan alasan Jeffriyan. Namun pertanyaannya tak dihiraukan si bungsu. Jeffriyan terus berjalan, sampai langkahnya berhenti di depan pintu kamar lama Joana yang sekarang ditempati Mikaya. Jeffriyan mengetuk pintu kamar Mikaya. “Kay?” panggilnya.

Tidak ada respon.

“Mikaya? Ini Mas,” kata Jeffriyan lagi.

“Mikaya gak di kamarnya Jeff.” Nia menghampiri Jeffriyan. “Kamu kenapa keliatan gelisah gitu? Mama tanya tadi diem aja.”

“Mikaya ke mana Ma?” Pertanyaan Nia kembali diacuhkan.

“Mas?” Jeffriyan dan Nia menoleh ke belakang. Mendapati Mikaya berdiri di sana.

“Tuh Mikaya. Dia habis nganterin sup ikan ke tetangga depan, padahal Mama udah larang, biar Bibi aja yang anter,” tutur Nia.

“Gak apa-apa Ma, hitung-hitung aku kenalan sama tetangga di sini,” kata Mikaya. Tatapannya kemudian jatuh pada kotak bekal yang dibawa Jeffriyan. Agak sedih saat tahu jika Jeffriyan membohonginya. Berkata makanan yang dibuat Mikaya enak, padahal disentuhpun tidak. Mikaya melangkah maju, sempat Jeffriyan kira jika Mikaya akan berhenti atau menyapanya, wanita itu justru melewatinya, dan masuk ke dalam kamar setelah berpamitan pada Nia.

“Kamu bersih-bersih sana Jeff, habis itu makan malam,” titah Nia.

“Ya Ma,” sahut Jeffriyan singkat.

Nia pergi, menyisakan Jeffriyan sendiri. Tak berselang lama, lelaki itu ikut berbalik, akan meninggalkan tempatnya berdiri sekarang. Namun saat ingat bekal nasi goreng yang dibuat Mikaya, mengurungkan niat Jeffriyan untuk pergi. Jeffriyan semakin mendekat ke pintu, memutar gagangnya yang ternyata tidak dikunci. Jeffriyan masuk, melihat Mikaya sedang bersiap-siap pergi tidur. Mikaya melepaskan cardigannya, menggantungnya di tiang, menyisakan gaun tidur tipis tak berlengan di tubuhnya.

“Kay.” Jeffriyan memanggil.

“Apa?” sahut Mikaya tanpa menatap Jeffriyan. Mikaya naik ke ranjangnya, menyibukkan diri dengan membenahi selimutnya.

“Maaf,” ucap Jeffriyan.

“Buat apa?” Mikaya masih enggan menatap lawan bicaranya. Jeffriyan menghela napas panjang. Dia tiba-tiba saja duduk di lantai, membuka kotak bekalnya, menampakan nasi goreng yang sudah mengeras. Jeffriyan mulai memakannya, membuat Mikaya terpaksa menghampiri lelaki itu dan merebut sendok makan dari tangan Jeffriyan. “Kamu ngapain sih?” tanya Mikaya.

Jeffriyan tidak langsung menjawab. Dia menelan lebih dulu makanannya.

“Muntahin gak Mas? Nanti kalau kamu sakit perut gimana?”

Jeffriyan menggeleng. “Gak akan sakit, kamu yang masak ini buat aku.”

“Tapi ini udah gak layak makan Mas. Harusnya kamu makan pas jam makan siang, bukan jam malam begini.”

“Maafin aku Kay. Bukannya aku gak suka masakan kamu, tadi siang aku lagi pengen makan sushi.”

“Yaudah ngapain minta maaf?”

TARUHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang