HAY BESTIE!!! ASEM BALIK LAGI!!!!
Komennya jangan lupa ya!!!.
.
.Tidak lagi.
Mikaya tidak akan lagi percaya pada Jeffriyan, baik berupa perkataan lelaki itu ataupun perbuatannya. Mikaya tak percaya pernyataan cinta yang beberapa menit lalu keluar dari mulut Jeffriyan, sebab Mikaya tahu itu hanyalah tipu daya Jeffriyan yang kesekian kalinya. “Nak jangan berpikir yang macam-macam ya, jangan berusaha buat lompat kayak tadi,” kata Nia khawatir. Dia tahu Mikaya hampir lompat dari atas jendela karena Nia melihat semuanya bersama Jendra dari bawah setibanya di rumah sakit. Tubuh Nia rasanya lemas mendapati Mikaya nyaris mengakhiri hidupnya. Tak terbayang jika Jeffriyan telat menahannya, Nia akan menyalahkan dirinya seumur hidup. Nia memeluk Mikaya, air matanya menetes. “Mama udah minta, putuskan saat mereka lahir, bukan sekarang. Mama takut kehilangan kamu Kay.”
Mikaya hanya diam dalam pelukan Nia.
Jendra menarik napasnya dan membuangnya melihat pemandangan ini. Dia mencemaskan, merasa kasihan, juga bersalah pada Mikaya. Tak pernah Jendra melihat Mikaya dalam kondisi selemah ini. Kemudian Jendra mengalihkan atensinya pada Jeffriyan yang berdiri di dekat jendela, sedang menjaga tempat itu agar Mikaya tidak mendekat kembali. Jeffriyan tidak ingin Mikaya terluka, apalagi sampai meregang nyawa dengan cara tragis seperti bunuh diri. “Mikaya gak akan lompat lagi Jeff, lo gak perlu jagain tempat itu,” ujar Jendra.
“Siapa yang tau? Gue gak bisa percaya siapa-siapa sekarang,” sahut Jeffriyan.
“Sama kayak gue yang gak bisa percaya lo lagi,” kata Mikaya. Dia menarik diri dari pelukan Nia. “Cinta? Gue gak akan percaya itu juga. Gue gak akan pernah percaya apa yang keluar dari mulut lo, gue gak akan percaya sama apa yang lo lakuin, gue gak akan percaya sama lo lagi untuk selama-lamanya, Jeffriyan. Kepercayaan gue udah bener-bener hancur, bahkan bukan cuma ke lo, tapi ke orang lain juga. Gue gak akan pernah mau lagi percaya sama orang lain.”
“Terus lo mau percaya sama siapa Kay?” tanya Jendra.
“Gak ada, termasuk diri gue sendiri.”
“Tapi aku gak bohong Kay,” sahut Jeffriyan. “Aku terlambat menyadari, aku mencintai kamu.”
Mikaya mendecih, ucapan Jeffriyan sudah dianggapnya sebagai bualan. “Lebih baik kalian keluar dari ruangan ini. Aku capek, aku udah gak mau lagi berurusan sama kalian,” usir Mikaya.
“Mama gak bisa ninggalin kamu, Mama khawatir,” ujar Nia.
“Aku butuh waktu sendiri Ma,” kata Mikaya.
“Tapi nak—”
“Khusus Mama, besok boleh dateng lagi ke sini. Tapi sekarang aku gak mau ditemenin siapa-siapa, aku bener-bener butuh waktu buat sendiri,” sela Mikaya lelah. Bukan bermaksud tidak sopan, untuk saat ini Mikaya tak ingin seorangpun keluarga Jeffriyan ada di sekitarnya. Nia, Jendra, dan Jeffriyan mengalah akan keputusan Mikaya dengan berat hati. Satu persatu mereka keluar meninggalkan ruang rawat inap. Namun tak sampai sepuluh menit Mikaya sendiri dalam ruangan itu, Jendra kembali masuk. Mikaya menghela napasnya lelah mendapati lelaki tersebut. Untuk apalagi pikir Mikaya. “Mas, gue udah bilang tinggalin gue sendiri.”
Jendra berdiri di samping brankar Mikaya, dia mengulurkan tangan kanannya ke arah si wanita. “Maafin gue Kay.” Jendra tidak benar-benar bisa meninggalkan Mikaya sendiri, dia merasa perlu meminta maaf pada Mikaya. Tak ada balasan dari Mikaya, wanita itu justru membuang pandangannya. Jendra tersenyum pahit, ditariknya lagi tangannya. “I know, kesalahan gue banyak banget ke lo. Gue selalu membela Jeffriyan padahal tau dia salah, gue cuma mau jadi kakak yang baik.”
KAMU SEDANG MEMBACA
TARUHAN
Fanfiction[17+]Bagi Mikaya, Jeffriyan adalah kesalahannya. Dan bagi Jeffriyan, Mikaya hanya sebatas wanita taruhannya.