tigapuluhtiga

1.8K 128 12
                                    

⚠️Bagian kekerasan, pembaca harap bijak !!⚠️

^^^^^

Di lihat nya bangunan ini, tidak asing lagi bagi Alan, jalanan yang sunyi cukup membuatnya terhanyut kemasa lalu.

Setiap ulang tahunnya ia akan berdiri disini di bawah pohon tepat diseberang gerbang besar didepan sana.

Tidak masuk, tetapi hanya memandangi tempat ini.

Tapi hari ini berbeda, hari ini bukan ulang tahunnya.

Melihat jam tangan yang melingkar di tangannya, hampir waktunya.

Alan takut, mendadak jantungnya berdetak cepat, peluh dingin menyelimuti dahinya.

Yang semula berdiri tegak, sekarang malah bersender di tepi mobil.

Tapi ia sudah membayangkan kejadian ini beribu-ribu kali, ia harus kuat.

Terdengar suara mobil datang Alan langsung menoleh melihat siapa yang datang.

Mama Papa, batin Alan.

Entah kenapa, hatinya menjadi sedikit lebih tenang.

Mama dan Papa Alan menghampiri Alan bediri di sampingnya, lalu mengelus pundak Alan.

"Kamu hebat nak, kamu nggak salah apa-apa." Kata Papa Alan yang bangga melihat putranya ini.

"Ma, Alan tadi takut sebelum kalian datang, padahal Alan sendiri yang nggak mau kalian datang temenin Alan disini, karena Alan yakin Alan kuat, Alan bohongin diri Alan sendiri ya?" Tanya Alan yang matanya tidak lepas dari gerbang didepan sana.

"Alan kuat, Mama tau." Kata Karina sambil menggenggam erat tangan Alan.

Teng.

Gerbang besar itu berbunyi, orang didalam sana masih berusaha membukanya.

Hingga satu orang petugas penjaga membuka gerbang besar itu, lalu mempersilahkan yang didalam sana keluar.

Deg.

Mata itu langsung tertuju pada Alan, tapi rasanya berbeda, matanya berbinar, senyuman terukir manis di wajahnya.

Seolah mengatakan, 'lama tidak berjumpa.'

Pandangan Alan terkunci kesebrangnya, Karina masih setia menggenggam tangan anaknya itu.

Papa Alan berjalan menuju wanita paruh baya yang ada disebrang sana, bajunya terlihat sangat sederhana, wajahnya terlihat lebih berumur dari yang ia lihat dulu, tapi cantiknya tetap sama.

"Ayo Anya, tepati janji mu." Kata Papa Alan yang sekarang menuntut Anya menuju Alan dan istrinya di depan sana.

Kaki Alan rasanya tidak kuat untuk berpijak.

Orang ini sudah semakin dekat.

"Nak kamu kuat, janji ya kamu bisa." Bisik Karina.

Anya tersenyum pada Alan lagi, tangan Anya terulur hendak mengelus wajah Alan, tetapi entah dorongan dari mana Alan malah menjauh.

Anya tersenyum kecut, ia mengerti.

"Tidak apa-apa." Kata Anya.

Alan hanya diam, masih melihat mata orang yang dulu hendak membuat dirinya menghilang dari dunia ini.

"Kamu sudah besar ya sekarang, Farel." Kata Anya lagi.

"Alan." Ucap Alan.

"Nama saya Alan." Sambungnya.

Dikit-dikit Cembokur [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang