sebelas

2.6K 218 20
                                    

"Assalamualaikum."

"Permisi."

Ting nong!

"Eh maaf non, cari siapa ya?"

"Mau ketemu Alan bi, saya Gebi yang tadi di telepon." Jawab Gebi pada Bibi yang berdiri didepan daun pintu kediaman keluarga Alan ini.

"Mari Non masuk, maaf ya saya nggak ngenalin Non." Sahut Bibi itu.

"Nggak papa Bi, lagian aku juga belum pernah kesini, cuman tau alamatnya aja." Nyatanya memang benar selama ia pacaran dengan Alan, cowok itu tidak pernah membawanya ke rumahnya ataupun sekedar mengajaknya saja tidak.

"Duduk dulu Non Gebi, saya ambilin air dulu."

"Nggak perlu Bi, saya mau langsung jengukin Alan aja." Sahut Gebi dengan halus.

Bi Sari tersenyum menanggapi Gebi.

"Mari Non saya antar kekamar nya Den Alan." Lalu menggiring Gebi menaiki lantai dua.

"Iya Bi, ngomong-ngomong orang tuanya Alan pada kemana?"

"Nyonya sama Bapak sih biasanya pulang malem, kadang juga nggak pulang karena perjalanan bisnis." Jelas Bi Sari.

Gebi hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.

Berhenti didepan pintu berwarna hitam pekat itu, lalu Bi Sari mengetuk pelan pintu itu, tetapi tidak ada sahutan dari dalam sana.

"Ini Non kamarnya Den Alan, mungkin orangnya lagi tidur, Bibi mau kebawah dulu, mau beri makan ikan peliharaan Nyonya." Lalu Bi Sari meninggalkan Gebi sendirian didepan pintu hitam itu.

Tok tok tok.

"Alan gue Gebi, boleh masuk?"

Masih tidak ada sahutan.

"Lan gue masuk ya?"

Perlahan Gebi membuka pintu, hal yang pertama ia lihat adalah Alan yang menenggelamkan dirinya di bawah selimut tidur itu.

Berjalan perlahan menuju tempat tidur takut membangunkan Alan.

Pagi tadi masih baik-baik aja perasaan.

Gebi mendudukkan dirinya di samping Alan, perlahan membuka selimut agar ia dapat melihat wajah tampan pacarnya itu.

Kalo si Alan bangun udah ke PD an tingkat tinggi, pasti!

Meletakan Punggung tangannya di dahi Alan, guna mengecek suhu tubuh Alan, dan benar saja cowok itu demam.

Melihat ke arah nakas sudah ada baskom kecil disana, pasti Bi Sari sudah mengkompres Alan tadi pikirnya.

Tapi Gebi tak melihat ada Kompres didahi cowok itu, pasti terlepas saat Alan tidur, mencoba mencari kain kecil itu disekitaran Alan.

Dan Gebi menemukannya di sebelah kiri Alan, berusaha menjangkaunya memang sedikit sulit karena duduknya disebelah kanan Alan.

Sedikit mencondongkan badannya, guna mempermudah.

"Maaf." Suara parau Alan, mampu membuat Gebi terdiam dengan posisinya.

"An maafin." Sambung Alan.

An?

"Alan lo udah bangun?" Ujar Gebi perlahan mengusap bahu Alan.

Terlihat keringat membasahi dahi Alan, membuat Gebi ketar-ketir sendiri.

Mengelus pipi Alan lembut, "Alan gue disini."

"Anes."

Gebi terdiam.

Hahahaha bodoh banget.

Dikit-dikit Cembokur [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang