tigapuluhsatu

1.8K 141 2
                                    


Rasanya lega, usahanya terbayarkan, memang usaha tidak pernah menghianati hasil, buktinya dengan Gebi benar-benar berusaha di ujiannya kali ini, ia dapat lancar mengikuti ujian hari pertamanya.

Gebi keluar lebih dulu dari kelas menunggu teman-temannya yang masih sibuk melihat lembar jawaban, terlihat dari jendela, Diva, sahabatnya itu tengah menghitung kancing baju, ia yakin Diva melancarkan aksi ninjanya untung menetukan jawaban tanpa harus mengingat materi.

Tidak lupa juga Naya, yang meminta contekan dengan berbagai cara, mulai pura-pura meminjam penghapus, dimasukan kedalam sepatu, hingga pulpen jatuh padahal sedang bertukar kertas kecil berisi jawaban, jangan lupakan kalau sampai Fano tahu soal ini, pasti akan gempar.

Melihat Naya yang medumel karena teman conteknya itu melempar kertas meleset dari tangkapannya, lalu ekspresi panik Diva saat guru penjaga berjalan mendekatinya, Gebi cekikikan melihat kelakuan teman-temannya itu, yakinlah masa-masa ini hanya kalian dapat nikmati di bangku sekolah.

Ada-ada saja Naya ini pikir Gebi padahal selalu ikut Olimpiade kenapa juga saat ulangan harus contekan juga, jangan heran disini posisi Naya sebagai pemberi, yang artinya ia yang memberi jawaban keteman-temannya membutuhkan.

Kata Naya, dia nggak punya cukup banyak harta untuk diberikan keorang-orang, gimana dikasih jawaban aja?

Memang unik ya Naya ini.

Melirik ponselnya sebentar, tidak ada notifikasi penting pikirnya, lalu kembali mematikan ponsel yang ada di gemgamannya itu.

Sebagian orang dari kelasnya juga sudah keluar, tapi ia menunggu Diva dan Naya dulu agar bersama menuju kantin, mengisi perut sebelum ujian kedua nanti setelah istirahat.

Gebi duduk di bangku panjang yang ada didepan kelas, dilihatnya Gibran sedang berjalan sambil memakan es kiko yang ia belah dua.

Merasa dipanggil, sang empu nama langsung mendatangi Gebi dan menyodorkan Kiko yang belum Gibran makan pada Gebi.

Gebi menatap sinis pada Gibran, "Ngapa mata lo begitu?!"

"Sksd banget." Jawab Gebi nyolot berniat bercanda.

"Lo yang manggil gue duluan anj." Balas Gibran yang ingin melayangkan kiko pada muka Gebi sekarang juga.

"Nih ambil!" Titah Gibran kembali menyodorkan Kiko pada Gebi lagi.

Gebi menggeleng, malah di sahuti decakan dari Gibran.

"Elah, ini murni dari gue bukan suruhan mantan lo." Kata Gibran membuat Gebi yang menimbang-nimbang mengambil es kiko itu apa tidak.

"Tapi anjay, mantanan nih sekarang?" goda Gibran pada Gebi yang kini sudah memakan Es kikonya.

"Diem deh." Gibran hanya menggeleng-geleng seolah melihat manusia paling menyedihkan ada dihadapannya.

"Sensi banget mbaknya yang habis putus." Ledek Gibran lagi, sepertinya Gibran ini tipe-tipe yang halal untuk kurban ya.

"Jangan bahas-bahas putus coba, lagian siapa yang putus, orang kita cuman break." Jelas Gebi yang tidak tahu arah pembicaraan ini kemana.

"Oh belum putus? Masih pacaran nih?" tanya Gibran lagi memancing Gebi dan Gebi mengagguk-ngangguk.

"Coba gue telpon Alan deh, pasti seneng bocahnya dibilang belum putus." Gibran mengambil ponselnya yang ada di saku bajunya, mendengar itu Gebi langsung melotot.

"AN-"

"Jing." Potong Gibran cepat, "Udah hapal gue Geb, ganti coba hewannya jangan itu mulu, bosen juga dipanggil anjing mulu, hehe."

Dikit-dikit Cembokur [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang