7

4.1K 540 10
                                    

Dari balkon kamarnya Damon menyaksikan pertunjukkan di taman istana, seorang gadis cantik yang terlihat berapi-api dan sangat marah melakukan serangan bertubi-tubi kepada salah seorang pengawal istana yang dia jadikan sebagai lawan dalam latihan pedangnya. Damon memang tidak membatasi pergerakan Adrienne di istana ini, meskipun hubungan mereka tidak akur tapi Adrienne tetaplah ratunya dan Damon ingin menyediakan tepat yang nyaman untuk istrinya.

Lagi pula pertunjukan yang Adrienne lakukan cukup membuat Damon terhibur di pagi hari yang cerah, Damon membutuhkan pertunjukan yang mengagumkan sebelum ia bersiap-siap untuk melakukan tugasnya sebagai seorang Raja.

Damon mencibir saat pedang pengawalnya berhasil dijatuhkan oleh Adrienne ke tanah. Sekarang pengawal itu tidak bersenjata, Damon tahu pengawal itu sengaja menyerah karena ia kewalahan menghadapi Adrienne yang berlatih seperti orang kerasukan. Tapi Damon tidak ingin pertunjukkan berakhir begitu saja, justru sebaliknya ia berminat untuk terlibat di dalamnya.

Damon keluar dari kamarnya dengan bertelanjang dada, menuju ke taman istana untuk bertarung bersama istrinya yang pemarah. Adrienne sedang menodongkan ujung pedangnya yang runcing di dada pengawal yang berhasil ia kalahkan. Kasihan sekali, pengawal itu tampak ketakutan melihat api kemarahan yang menyelimuti sang Ratu tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa.

"Lepaskan pengawal itu My Lady, berlatihlah denganku jika kau masih belum merasa puas"

Suara itu membuat tubuh Adrienne menegang kaku, dia berbalik dan mata keduanya langsung bertemu. Dada Adrienne bergemuruh melihat pria yang paling ia benci muncul di hadapannya dan menantangnya. Bukan Adrienne namanya jika tidak menerima tantangan itu, ia justru merasa beruntung karena Damon dengan senang hati menawarkan dirinya sendiri untuk dia bunuh.

Tanpa berbasa-basi lagi Adrienne langsung menyerang Damon dengan pedangnya. Lelaki itu dengan sigap membalas serangan Adrienne, keduanya menunjukkan kemampuan yang sama atau Damon hanya mencoba untuk mengimbangi ratunya.

Bunyi besi yang beradu membuat siapa pun yang mendengarnya merasa ngilu. Adrienne terus menyerang Damon tanpa henti, begitu berambisi melukai Raja Tiberius yang telah menghabisi keluarganya dan membawa neraka ke dalam hidupnya.

Mulai kewalahan, Damon segera mengakhiri permainan kecil ini. Ia menangkap kedua pergelangan tangan Adrienne lalu menarik gadis itu ke dalam dekapannya, Damon mengunci tubuh mungil Adrienne dengan menggenggam kedua tangan gadis itu menyilang di belakang tubuhnya. Adrienne menggeram dan memaki, berteriak kepada Damon untuk melepaskannya tapi Damon sama sekali tidak peduli.

"Lepas! Kau menyakitiku!" teriak Adrienne.

"Jika aku lepaskan maka kau yang akan menyakitiku, My Lady"

"Kau..." Adrienne kehabisan kata-kata. Percuma, pikirnya. Damon tidak akan melepaskannya sekeras apa pun Adrienne menjerit dan memakinya. Jadi yang bisa Adrienne lakukan adalah memberontak, bergerak di dalam dekapan Damon sampai pria itu lelah dan melepaskannya.

Namun bukannya lelah, adrenalin di dalam diri Damon justru kian terbakar merasakan pergerakan kecil dari ratunya. Di balik gaun yang gadis itu kenakan Damon dapat merasakan payudaranya yang kencang bergoyang menggesek dada Damon bidang dan telanjang.

Brengsek, umpat Damon di dalam hati. Andai ia bisa menarik Adrienne ke ranjangnya maka ia akan melakukannya sekarang juga, akan ia tiduri Adrienne hingga gadis itu tak sanggup bergerak sedikit pun untuk menentangnya.

Melihat Damon yang menatapnya dengan mesum membuat Adrienne menjadi geram dan juga sedikit ketakutan. Ia berusaha untuk melepaskan diri dari Raja yang cabul itu sebelumnya dirinya berakhir sama seperti Phaedra. Adrienne tidak akan pernah melayani monster sepertinya!

"Brengsek, kau sangat menjijikan! Lepaskan aku!"

Damon tertawa dengan suaranya yang serak. Gairahnya melambung tinggi melihat wajah Adrienne yang mulai memerah, ya sialan Theddeus benar juga....rona di wajah Adrienne jauh lebih indah daripada mawar merah. Dan yang lebih buruk lagi, aroma gadis itu membuat Damon mabuk kepayang sehingga ia mulai berpikir untuk memperkosa Adrienne di sini, di taman istananya sendiri.

Tapi tidak, Damon telah berjanji bahwa Adrienne yang akan mengemis dan merangkak kepadanya suatu saat nanti. Harga diri tetaplah harga diri, Damon tidak akan melupakan penghinaan yang telah Adrienne berikan saat gadis itu menolaknya di malam pengantin mereka.

"Kau tahu Adrienne" suara Damon yang teramat berat dan serak membuat Adrienne merinding, "Kau hanyalah gadis yang lemah jadi jangan pernah berpikir kalau kau bisa mengalahkanku"

Hinaan yang terlontar dari bibir Damon membuat Adrienne semakin diselimuti oleh amarah. Dengan sekuat tenaga ia berhasil melepaskan dirinya dari cengkeraman lelaki itu dan langsung menyerang Damon dengan pedang yang masih berada di tangannya. Akibat terlambat menghindar ujung pedang Adrienne berhasil mengenai lengan Damon, meninggalkan luka goresan kecil yang tidak cukup dalam.

Adrienne mengumpat dan tidak tampak begitu puas dengan luka yang ia tinggalkan di tubuh suaminya, "Jangan pernah menganggap remeh musuhmu Your Majesty, aku harap kau masih ingat kalau aku sudah membunuh 8 prajurit Orion yang kau bangga-banggakan, suatu hari nanti aku pasti akan membunuhmu juga"

Mendengar hal itu Damon malah terkekeh pelan, "Jika kau berpikir kalau yang telah kau habisi di kuil Zeus adalah prajurit orion maka kau keliru, mereka hanyalah 8 orang prajurit biasa. The Orion adalah pasukan abadi My Lady, mereka hanya dapat mati atas kehendak Dewa Ares yang telah menciptakan mereka"

Bibir Adrienne terkatup rapat mengetahui bahwa ternyata selama ini ia salah, ia sempat merasa cukup kuat untuk menghabisi Damon karena telah membunuh delapan orang prajurit The Orion yang selama ini lelaki itu bangga-banggakan. Namun, ternyata yang ia bunuh hanyalah prajurit biasa. Sialan, pantas saja Damon terlihat sangat tenang pada saat itu.

"Jangan pikir kau cukup kuat untuk melenyapkanku Adrienne, tanganmu yang halus ini lebih cocok untuk melayani Rajamu, kau tahu...."

Adrienne memalingkan wajah enggan melihat tatapan menjijikan yang Damon lemparkan kepadanya. Raja Tiberius itu membuat Adrienne merasa ingin muntah, ia sungguh mesum dan menjijikkan. Adrienne bersumpah akan menghabisinya sebelum Damon berhasil menodai tubuhnya.

Ah, itu dia!

Adrienne baru saja mendapatkan ide yang bagus dam cemerlang. Memangnya siapa yang bisa mencegahnya masuk ke dalam kamar suaminya di tengah malam? Adrienne akan datang ke kamar Damon saat lelaki itu sedang terlelap pulas di atas ranjangnya. Alih-alih datang untuk melayaninya ia justru akan menghabisi Damon, membuat lelaki itu membayar kejahatan yang telah ia lakukan kepada Adrienne dan seluruh kerajaan Agron!

Mata Adrienne mengintai sosok Damon yang berjalan meninggalkannya begitu saja. Bagai kenang-kenangan, Damon membiarkan luka di lengannya begitu saja. Adrienne mendengus enggan menganggapnya sebagai seorang Raja yang perkasa karena nyatanya Damon bukanlah apa-apa tanpa The Orion, dia hanyalah budak yang beruntung dapat menjadi seorang Raja!

- TBC -

Jangan lupa untuk vote dan comment, perhatian dan dukungan sekecil apa pun dari pembaca sangat berarti untuk penulis dalam berkarya!

The King's Hostage (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang