1

5.8K 644 23
                                    

Setelah Raja Agron mati di tangan Bangsa Tiberius. Theddeus berinisiatif memimpin pasukan Agron yang tersisa tak cukup banyak dari jumlah musuh, dia melawan mereka semua dengan dua buah pedang yang masih bertahan di tangannya. Meski Theddeus merasa sangat kewalahan menghadapi Pasukan Orion, tapi ia tidak menyerah sebab ia telah berjanji kepada tunangannya untuk melindungi Agron dan pulang dengan selamat ke dalam pelukannya.

Awalnya Theddeus pikir The Orion tidaklah semengerikan yang telah ia dengar dari orang-orang selama ini. Tapi ternyata desas-desus itu benar adanya, The Orion tak ubahnya seperti pasukan abadi, mereka punya 7 nyawa sehingga sulit untuk dihabisi. Mereka mencakar, mencabik-cabik, dan menggigit seperti binatang buas. Dengan tangan kosong mereka tak ragu untuk menyerang, bukan karena mereka telah diberkati oleh Dewa Ares tapi karena mereka memang tidak takut mati.

Theddeus tersungkur dari kudanya setelah  The Orion memotong salah satu kaki depan kudanya. Kuda itu meringkik sebelum jatuh ke tanah dengan keras sehingga Theddeus tidak dapat melihat apa yang sedang terjadi di sekitarnya karena abu dari tanah yang menghalau pandangannya.

Perlahan abu itu memudar dan Theddeus tersentak menemukan sosok yang mengerikan yang berada tepat di hadapannya.  Sosok itu berwujud pria, duduk di atas kuda hitam yang gagah, dendam dan amarah terlihat dengan sangat jelas pada raut wajahnya. Terdapat garis melintang di wajah itu meleawati mata, seperti bekas luka goresan pedang. Pria ini adalah pembawa kematian.

Tanah berguncang saat dia melompat turun dari kudanya. Theddeus meneguk ludah kasar, kedua tangannya yang masih menggenggam pedang tiba-tiba saja gemetar.

"Angkat pedangmu Pangeran Theddeus, dan lawan aku" suara itu....suara yang sama seperti suara yang sering dia dengar di medan perang. Suara yang berat dan dalam layaknya geraman serigala yang kelaparan di tengah hutan.

Mendadak Theddeus menjadi ketakutan, tapi ia tetap memaksakkan dirinya untuk berdiri.

"Siapa kau?" tanya Theddeus kepada pria itu, "Aku hanya melawan Raja Tiberius, dia telah menghabisi calon ayah mertuaku"

Pria itu terkekeh pelan diikuti oleh tawa kencang lima orang pasukan Orion yang mengelilingi Theddeus entah sejak kapan.

"Akulah Raja Tiberius, akulah yang telah membunuh calon ayah mertuamu Pangeran, lalu apalagi yang kau tunggu? Lawan aku."

Tangan Theddeus semakin gemetaran. Dia tidak menyangka Raja Tiberius adalah pria yang sedang berdiri di hadapannya saat ini, padahal Theddeus memberikan alasan itu agar dapat menghindarinya.

"Angkat pedangmu!"

Suara Raja Tiberius yang lantang lagi-lagi membuat Theddeus tersentak. Sambil memejamkan mata ia mengingat wajah cantik kekasihnya dan berharap wanita itu masih berdoa untuknya di kuil Zeus.

Theddeus mengangkat pedangnya dengan keyakinan dan keberanian yang berhasil ia kumpulkan, pangeran muda itu bersiap-siap di tempatnya untuk melawan Raja Tiberius. Ini untuk yang pertama kalinya Theddeus merasa ketakutan, aura bengis dan kejam yang dimiliki oleh Raja Tiberius membuat keberaniannya terguncang.

Serangan pedang pertama dari Theddeus berhasil di tangkis oleh sang Raja, dia menendang perut Theddeus sehingga pemuda itu tersungkur di tanah. Para Pasukan Orion yang menyaksikan pertarungan itu tertawa.

Merasa terhina dan dipermalukan, Theddeus bangkit dan kembali melakukan serangan secara tiba-tiba. Bunyi pedang yang beradu memenuhi gendang telinga, Theddeus terus menyerang dengan membabi buta tapi di mata sang Raja Theddeus tak lebih dari seorang bocah yang sedang marah.

TRAANG!!

Satu pedang Theddeus berhasil dijatuhkan oleh Raja Tiberius, kini yang tersisa hanyalah pedang di tangan kirinya yang semakin gemetaran saat sang Raja melangkah menghampirinya.

"Kau sangat payah, apa yang membuat Raja Agron memilihmu sebagai panglima perang? Apa kau meniduri istrinya, hm?"

Suara gelak tawa kembali terdengar dan Theddeus pun kembali menyerang. Raja Tiberius sengaja memancing amarah lawannya agar pemuda itu menyerang dengan lebih keras, bertanding dengan seorang pecundang membuatnya merasa bosan.

SRIING!!

Satu lagi pedang Theddeus terlepas dari tangannya tapi kali ini pedang itu jatuh ke  tangan Raja Tiberius. Theddeus melangkah mundur dengan kakinya yang gemetaran, ingin kabur dari pria pembawa kematian tapi sialannya Theddeus terjatuh di atas tanah dan tak mampu bangkit lagi karena lututnya yang mendadak menjadi lemas seperti tak bertulanh.

"Ampuni....A-ampuni aku...kau tidak bisa menyerang seorang bangsawan yang ti-tidak bersenjata!"

Itu adalah kalimat terakhir yang keluar dari bibir Theddeus, si bangsawan pengecut, sebelum dadanya dihujam oleh Raja Tiberius dengan pedangnya sendiri. Darah segar muncrat dari tubuh pangeran itu, pasukan Tiberius bersorak sorai menyambut kemenangan yang telah berhasil mereka raih.

Di sisi lain seorang putri yang masih menangisi kepergian sang Ayah dibuat semakin terpukul oleh kabar kematian calon suaminya. Di dalam pelukan  pelayan setianya dia menangis tersedu-sedu, meratapi dua pria yang ia cintai pergi meninggalkannya di hari yang sama.

"Tabahlah My Lady, ayah dan saudara-saudara Anda akan merasa sedih apabila melihat Anda menangis seperti ini" ucap Phaedra, pelayan setia putri Agron.

Dari kejauhan salah seorang pengawal istana berteriak kepada sang putri saat ia melihat tombak yang sedang melayang menuju ke arahnya. Tombak itu jatuh tepat di hadapannya dengan ujung mata pisau yang menusuk bagian bawah gaunnya.

Para pelayan mulai menjerit dan berlarian, terkecuali Phaedra yang senantiasa berada di sisi sang putri. Sementara itu, sang putri terdiam dengan sekujur tubuh yang membeku dan gemetaran. Pada ujung gagang tombak tersebut kepala Theddeus, calon suaminya, ditancapkan. Nafas sang putri tersentak, matanya terpaku pada mata Theddeus membelalak. Jantungnya seperti berhenti berdetak, tapi kemudian dengan berani ia menarik tombak tersebut lalu menghadapi para rakyatnya yang mengkhawatirkan nasib mereka.

Dari benteng tersebut sang putri berteriak, "Selamatkan diri kalian, Pangeran Theddeus telah tewas, Agron telah jatuh ke tangan musuh!"

Orang-orang mulai panik dan berlarian, sementara sang putri masih berdiri di atas benteng sambil melihat Bangsa Tiberius yang sedang berupaya untuk menghancurkan tembok mereka. Pengawal istana mencoba untuk mengamankan sang putri tapi dia malah menatap pelayannya lalu berkata, "Pergilah bersama mereka Phaedra, selamatkan dirimu, jika aku mati aku maka aku akan mati di tanah kelahiranku"

"Ta-tapi Your Highness..."

"Pergi!" tekannya, tegas.

Tak punya pilihan lain Phaedra pergi bersama para pengawal istana, ia meninggalkan putri Agron yang masih terduduk lemas di benteng sambil memandangi wajah kekasihnya yang telah tiada. Tanpa rasa takut ataupun jijik sang putri menyentuh wajah kekasihnya sambil bergumam, "Selamat tinggal, My Prince..."

— TBC —

Bangsa Tiberius : Bangsa atau suku yang berasal dari Yunani, bangsa ini berasal dari para budak Sparta yang memberontak dan memerdekakan diri. Di dalam pelariannya mereka berhasil menaklukkan sebuah wilayah dan kini menjadi salah satu kerajaan terbesar di Yunani.

The Orion/Pasukan Orion : Pasukan perang yang diciptakan Dewa Ares dari api yang mengabdi kepada Raja Tiberius.

Ares : Dewa perang dalam mitologi yunani.

Jangan lupa untuk vote dan comment, perhatian dan dukungan sekecil apa pun dari pembaca sangat berarti untuk penulis dalam berkarya!

The King's Hostage (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang