Keesokan harinya, ketika matahari belum terbit terlalu tinggi, Adrienne yang ditemani oleh Naevia pergi menuju ke Kuil yang berada di dalam wilayah istana Tiberius. Adrienne mengenakan jubah merah yang tebal sebab cuaca pagi ini lumayan dingin, dia gemetaran hingga ke jari tapi itu bukan karena udara dingin yang menembus mantelnya melainkan karena rasa gugup dan gelisah yang menguasai dirinya.
Adrienne tahu kemungkinan ia mendapatkan jawaban hari ini sama kecilnya seperti hari-hari sebelumnya. Zeus tidak pernah menjawab pertanyaan-pertanyaannya dan Adrienne tidak pernah tahu alasan mengapa Zeus menakdirkannya untuk menikah dengan Damon. Ya, begitulah takdir mempermainkan kehidupan manusia. Jodoh, maut, dan masih banyak lagi hal di dalam kehidupan ini yang tidak bisa kita rencanakan.
Sesampainya di kuil yang masih sepi itu, Naevia meninggalkan Adrienne untuk membuat persembahan. Adrienne yang baru pertama kali mengunjngi Kuil di istana Tiberius berkeliling melihat-lihat patung para Dewa hingga ia menemukan patung Zeus. Langkahnya terhenti, dari jarak yang dekat ia memandangi patung Zeus yang menjulang tinggi, di dalam benaknya dia bertanya-tanya akankah dirinya mendapatkan jawaban hari ini?
Oh, Adrienne merasa gugup meski ia tahu tidak ada harapan untuknya mendapatkan jawaban sebab para Dewa lebih suka bermain teka-teki.
"Senang menyambut Anda di sini, My Lady"
Suara itu membuat Adrienne segera berbalik badan, ia menemukan Pendeta Aias sedang melangkah menuju ke arahnya dengan senyuman yang ramah dan juga sebaki persembahan di tangan kanannya.
"Aku datang bersama Naevia, dia yang ingin berdoa" ucap Adrienne, berbohong.
Pendeta Aias tersenyum mendengar kalimat tidak jujur yang diucapkan oleh sang Ratu sebab ia tahu apa alasan sebenarnya Adrienne datang ke Kuil ini, "Apakah Anda juga ingin melakukan hal yang sama dengan Princess Naevia? Tidakkah Anda ingin berdoa untuk menemukan jawabannya, Your Highness?"
Adrienne meneguk ludahnya dengan kasar, ia merasa bodoh setelah Pendeta Aias berhasil menebaknya dengan mudah. Pendeta membawanya semakin dekat ke arah patung Zeus, dan mengajaknya duduk di anak tangga ketiga di bawah kaki patung itu.
"Dewa tidak suka dipertanyakan My Lady, mereka selalu mengirim jawaban melalui tindakan atau suatu kejadian tapi pikiran manusia terlalu sempit untuk menyadarinya" ucap sang pendeta sembari menyusun persembahannya.
"Aku tidak mengerti, mengapa harus Damon? Dari sekian banyaknya pria di luar sana mengapa Zeus harus menghadiahkan aku kepada pria yang tidak akan pernah mencintaiku?"
Dengan sorot matanya yang teduh Pendeta Aias menatap Adrienne kemudian berkata, "Karena His Magesty adalah jawaban dari doa dan persembahan yang Anda lakukan selama ini, My Lady"
Adrienne menatap sang pendeta dengan kedua alisnya yang bertaut bingung. Damon jawaban atas doa dan persembahan yang ia lakukan selama ini? Oh itu tidak mungkin, tidak pernah sekali pun Adrienne berdoa dan meminta menikah dengan seorang Raja yang tak bermoral seperti Damon.
"Bukankah dulu Anda sering berdoa kepada Zeus meminta seorang pria yang gagah dan pemberani untuk menjadi suami Anda My Lady?"
Adrienne terpekur, ya dia sering melakukannya.
"Maka Lord Tiberius adalah jawabannya. Begitu pula sebaliknya, meskipun tidak pernah meminta tapi Dewa tahu kalau jauh di dalam lubuk hatinya My Lord membutuhkan seorang pendamping yang bisa mengendalikannya, seorang pendamping yang mampu mengerti dirinya dan membantunya dalam memperjuangkan hak dan kesejahteraan manusia, membawa keadilan, serta memberikan dirinya kasih sayang yang ia butuhkan,"
Adrienne masih belum mampu membuka suara setelah ia mendengar penjelasan Pendeta Aias, "Dewa sudah melakukan tugasnya dengan mempertemukan kalian My Lady kini giliran kalian yang harus berusaha, mau sampai kapan Anda mencoba untuk menolak takdir Anda sendiri? Anda dan My Lord memang ditakdirkan untuk bersama"
Adrienne mencoba untuk menyerap apa yang dikatakan oleh sang Pendeta di dalam pikirannya yang kusut. Ia hanya masih belum menyangka bahwa selama ini Damon adalah jawaban atas doa dan persembahannya, ia pikir Pangeran Theddeus adalah jawaban dari doa itu.
Sungguh Adrienne masih belum mengerti dan dia membutuhkan waktu sendirian untuk memahami semua yang Pendeta Aias sampaikan kepadanya. Alhasil Adrienne kembali ke kamarnya sampai-sampai ia melupakan Naevia yang masih berada di Kuil. Adrienne menghabiskan waktunya selama berjam-jam di dalam kamar untuk berpikir, bahkan rasa laparnya ia abaikan, ia sama sekali tidak menyentuh makanan yang pelayan antarkan ke kamarnya.
Malam semakin larut tapi Adrienne masih duduk di ambang jendela. Memandangi rembulan yang muncul dan membiarkan sinarnya menyentuh wajah cantiknya. Di dalam benaknya Adrienne terus merasa gundah memikirkan apa yang harus ia lakukan pada pernikahan ini? Ia dan Damon tidak mungkin selamanya saling membenci. Terlebih lagi kebencian ini berakar dari pihaknya, dari ayahnya yang berlaku curang untuk menghabisi Raja Tiberius yang pertama.
Kini Adrienne merasa gusar memilih jalan apa yang harus ia tempuh, membiarkan pernikahannya hanya tertulis di atas kertas yang berdebu atau membuang rasa bencinya terhadap Damon dan mulai belajar untuk menerima pria itu?
Yang pendeta Aias katakan benar adanya, Dewa sudah mempertemukan mereka kini mereka yang harus menemukan jalan jika memang ingin bersama. Oleh karena itu Adrienne sudah membuat keputusannya, ia akan membuka hatinya untuk sang suami dan mulai belajar mencintai Damon dan menerima lelaki itu layaknya seorang istri. Ini bukanlah perkara yang mudah sebab Adrienne tidak terlalu yakin Damon bersedia melakukan hal yang sama. Adrienne sudah menolaknya mentah-mentah di malam pernikahan mereka, Adrienne juga telah menghinanya, dan semua itu adalah alasan mengapa Damon menggunakan Phaedra sebagai senjata untuk melukai dirinya.
Adrienne mengetahuinya, ia tidaklah buta.
Sekarang ia menyesali kata-kata kasar dan sikap kurang ajar yang pernah ia tujukan kepada Damon. Banyak yang merasa senang saat Damon berhasil menemukannya, banyak juga yang mengatakan bahwa Damon mencari dirinya hingga ke ujung dunia. Adrienne tidak ingin perjuangan lelaki itu menjadi sia-sia, jika Damon menolaknya maka kini akan menjadi giliran Adrienne yang berjuang. Berjuang untuk mendapatkan hatinya dan belajar untuk mencintainya.
Adrienne yakin ia bisa sebab Adrienne kenal betul percikan yang muncul di dalam benaknya setiap kali Damon berada begitu dekat dengannya. Percikan yang selama ini Adrienne abaikan sebab ia tidak ingin jatuh ke dalam pesona sang Raja. Tapi sekarang tidak ada lagi yang perlu Adrienne pendam, ia akan membuka pintu hatinya selebar mungkin jika memang itu yang diperlukan.
Sosok pria yang sedang ia pikirkan tiba-tiba saja muncul di bawah cahaya rembulan. Lelaki itu sendirian, berjalan mondar mandir di bawah pohon yang rindang dan raut wajahnya yang serius membuat Adrienne tahu bahwa ia sedang memikirkan sesuatu. Dahinya berkerut dalam dan mendadak langkahnya terhenti sehingga Adrienne merasa heran mengap Damon berhenti hanya untuk memandang ke arah rembulan yang bersinar terang?
Di sisi lain Damon juga merasa bingung dengan apa yang terjadi kepada dirinya sendiri. Setelah dia bertengkar dengan Naevia, ia tidak dapat tidur dan memilih untuk berjalan-jalan di taman istana. Namun, mendadak ada sebuah dorongan di dalam dirinya yang memaksa ia untuk memandang ke arah rembulan, Damon pun memandangnya dengan dahi yang berkerut dalam lalu sayup-sayup angin membisikkan sesuatu ke telinganya.
Lihatlah di mana sinar itu jatuh, dia sedang menunggumu....
Dan sontak Damon pun menoleh untuk melihat di mana sinar rembulan jatuh, ternyata ke arah seorang gadis berambut cokelat yang tengah duduk di ambang jendela kamar sambil memperhatikannya dengan sepasang manik violetnya yang indah.
Adrienne...
Damon tidak tahu sejak kapan istrinya berada di sana, tapi setelah ia melihat wajah cantik yang tertimpa sinar rembulan itu hatinya yang kacau perlahan menjadi tenang. Adrienne bagaikan obat yang ia butuhkan untuk meredakan amarah yang meledak-ledak di dalam dirinya saat ini. Gadis itu membawa kedamaian dan Damon merasa beruntung karena rembulan langsung yang membimbingnya untuk bertatapan dalam waktu yang cukup lama dengan takdirnya.
— TBC —
Jangan lupa untuk vote dan comment, perhatian dan dukungan sekecil apa pun dari pembaca sangat berarti untuk penulis dalam berkarya!
KAMU SEDANG MEMBACA
The King's Hostage (Completed)
RomanceWarning : Adult and explicit sensual content! Setelah seluruh kerajaan berhasil dikuasai oleh Bangsa Tiberius, Adrienne bersembunyi di dalam Kuil Zeus dan hendak menghabisi dirinya sendiri dengan meminum sebotol racun. Tapi takdir tidak membiarkan A...