Sejuknya udara pagi ini membangkitkan semangat di dalam diri Damon, sebenarnya bukan angin yang berhembus tenang yang membuat sang Raja terlihat lebih damai dan bersahaja, tapi seorang gadis yang ia temukan kemarin malam di bawah cahaya rembulan yang membuatnya menjadi seperti seorang remaja yang sedang kasmaran.
Yah, Adrienne.
Damon memang tidak dapat tidur kemarin malam namun setidaknya ia melewati malam dengan perasaan yang tenang. Setelah ia memandangi wajah Adrienne yang tertimpa sinar rembulan, ia tidak dapat melupakan senyum tipis nan canggung yang gadis itu lukis di wajahnya.
Sungguh, sebuah kejutan!
Sebelumnya Damon tidak pernah berharap akan mendapatkan senyum yang tulus dari Adrienne, Damon tidak pernah berharap gadis itu bersikap lembut kepadanya meski ia begitu ingin Adrienne berhenti memasang wajah ketatnya. Damon tahu tidaklah mudah memaafkan seseorang yang telah menghabisi keluarga yang kita sayangi sebab ia juga merasakannya, hingga detik ini meski Raja Agron telah mati di tangannya masih sulit baginya untuk memaafkan pria tua itu.
Namun Damon masih waras, sedikit pun ia tidak pernah bermaksud membalas perbuatan Raja Agron kepada putrinya. Adrienne sama sekali tidak berdosa, justru kini Damon yang merutuki dirinya sendiri sebab ia terus menerus menyakiti Adrienne dengan tololnya. Seharusnya Damon bersabar menunggu Adrienne menerimanya dengan tangan yang terbuka sebab gadis itu membutuhkan waktu. Akan tetapi, ia malah dengan sengaja membiarkan Adrienne melihatnya meniduri pelayannya yang paling setia. Siapa yang tidak terluka jika tidak dihargai seperti itu? Damon yakin, jika dia berada di posisi yang sama maka dia akan menghabisi pria yang berani menyentuh istrinya detik itu juga.
Tapi Damon adalah orang yang tidak mampu mengendalikan emosinya, ia benar-benar tersinggung oleh penolakan Adrienne pada malam pernikahan mereka sehingga ia enggan untuk mengerti bahwa gadis itu butuh waktu untuk menerimanya.
Sekarang Damon sudah sadar, dan inilah alasan mengapa dia memanggil pelayan Adrienne beberapa malam yang lalu, dia ingin mengirim wanita itu kembali ke Agron dan memberikan jaminan hidup dengan bebas kepada Phaedra di sana. Tidak lagi menjadi budak, hanya seorang rakyat biasa. Damon tidak mau Adrienne merasa terluka karena terus melihat Phaedra berada di sekitarnya, dan alasan yang utama adalah Damon tidak ingin Phaedra malah memperburuk hubungan di antara mereka berdua.
Damon mungkin adalah lelaki yang brengsek dan pernah membuat kesalahan, tapi baginya pernikahan bukanlah sebuah permainan. Damon pernah bersikap egois sebelumnya, namun sekarang ia akan melakukan apa saja demi membuat Adrienne percaya bahwa Damon serius ingin memperbaiki pernikahan mereka. Yah masih ada kesempatan. Walaupun mereka tidak menikah karena cinta tapi takdir dari Sang Dewa yang langsung menyatukan mereka sehingga Damon berpikir bahwa seharusnya ikatan di antara mereka jauh lebih kuat daripada pasangan manapun.
Saat ini Damon sedang bersandar pada salah satu pilar sambil memandangi Adrienne yang tengah menunggangi seekor kuda di taman istana, kuda itu membawa Adrienne berkeliling dan Damon merasa iri kepadanya. Sialan, siapa yang menolak ditunggangi oleh gadis cantik bermata indah? Adrienne bahkan membiarkan rambut bergelombangnya tergerai begitu saja, bergoyang tertiup angin yang berhembus pelan.
Sepasang mata Damon yang tajam terus mengintainya. Setiap gerak-gerik bahkan hingga kedipan mata sekali pun tak Damon lewatkan. Dada Adrienne mengembang saat gadis itu mulai merasa lelah, melalui bibirnya yang ranum dan merona dia menghela nafasnya.
Sialan.
Damon dapat merasakan sekujur tubuhnya mulai terasa panas dan membara di balik jubah yang ia kenakan. Lelaki itu meneguk ludahnya pelan, tak sabar menunggu pengawal yang ia tugaskan untuk mengambil kuda kesayangannya dari istal.
"My Lord, kuda Anda"
Oh, akhirnya!
Damon mengusap kepala kuda kesayangannya, kuda berwarna hitam yang biasanya ia ajak berperang kali ini akan menemaninya untuk merayu seorang wanita. Semoga kuda ini dapat membawa keberuntungan seperti biasanya.
Naik ke atas kudanya, Damon mulai menunggangi kuda tersebut untuk menghampiri Adrienne. Gadis bersurai cokelat itu langsung menoleh saat mendengar suara ringkikan kuda yang lain, Damon dapat melihat kedua bola matanya yang indah membulat mendapati kehadiran Damon di taman istana. Oh, Damon mulai menyetok kesabaran yang ekstra demi menghadapi sikap ketus istrinya yang lagi dan lagi akan ia terima.
"Your Majesty...."
Damon terkejut di dalam kebungkamannya saat Adrienne menyapanya dengan suara yang lembut dan sopan. Entah apa yang sudah terjadi tapi Damon tidak lagi melihat kebencian pada sepasang mata Adrienne yang berbinar indah. Sialan, apakah dia sedang bermimpi?
"My Lady" balas Damon, "Aku tidak tahu kalau kau bisa berkuda"
Adrienne terkekeh pelan untuk yang pertama kalinya, kekehan kecil yang membangkitkan sesuatu yang paling bajingan di dalam diri Damon, "Tentu saja aku bisa, My Lord"
"Bagaimana kau bisa bertahan di atas kudamu, Adrienne?" tanya Damon.
Adrienne terdiam sejenak tapi kemudian gadis itu tersenyum kecil dan berkata, "Dengan kedua pahaku"
Yeah, Damon tidak menduga jawaban itu sebelumnya, sekarang ia menyesal telah melemparkan pertanyaan yang menjurus.
"Apakah kau sibuk, My Lord?" suara lembut Adrienne menarik Damon kembali ke dunianya yang mendadak menjadi sangat indah. Dengan suara yang terdengar gugup untuk yang pertama kalinya lelaki itu berkata, "Tidak"
Senyum di bibir Adrienne yang ranum kian mengembang, "Mengapa tidak menunjukkan kepadaku tempat yang paling istimewa di kerajaanmu?"
Sontak kedua alis Damon terangkat naik. Dia dibuat kehabisan kata-kata oleh sikap istrinya yang mendadak berubah, apakah ini bagian dari permainan kecil Adrienne untuk membalasnya? Oh persetan, Damon tidak ingin memikirkannya! Yang sebaiknya ia lakukan adalah memanfaatkan kesempatan itu untuk memperbaiki pernikahan mereka.
"Naiklah ke kudaku, biar kutunjukkan kepadamu tempat yang paling indah di kerajaanku" kata Damon.
Dia pikir Adrienne akan menolaknya, tapi siapa sangka gadis itu langsung melompat turun dari kudanya dan menghampiri Damon dengan satu tangan yang terulur meminta bantuan sang suami untuk naik ke atas kuda yang sama. Dengan jantung yang memompa lebih cepat Damon menyambut uluran tangan itu, ia membantu Adrienne naik ke atas kudanya dan duduk tepat di hadapannya.
Semerbak harum yang begitu manis menggoda penciuman Damon saat Adrianne menyampirkan rambut panjangnya ke depan bahu kanan. Gadis itu menoleh menatap Damon dengan sepasang matanya yang indah kemudian bertanya, "Kau baik-baik saja, My Lord?"
Sialan, tentu saja tidak.
Beruntung Damon adalah pembohong yang handal, ia mengangguk kemudian mengulurkan tangannya melewati pinggang Adrienne yang ramping untuk menggenggam kembali tali kekang kudanya yang terlepas dari tangannya.
"Aku tahu sebuah tepat yang indah yang bisa kita kunjungi" bisik Damon tepat di belakang telinga Adrienne, "Kau pasti akan menyukainya, My Lady"
Adrienne terlihat gugup saat Damon berbisik di telinganya, gadis itu menggigit bibir bawahnya lalu memutus kontak mata di antara dan memandang lurus ke depan. Sudut bibir Damon terangkat naik, lelaki itu merasa senang karena bukan hanya Adrienne yang berhasil mempengaruhinya, tapi dia juga mampu membuat gadis itu merasakan hal yang sama.
— TBC —
Jangan lupa untuk vote dan comment, perhatian dan dukungan sekecil apa pun dari pembaca, sangat berarti untuk penulis dalam berkarya!
KAMU SEDANG MEMBACA
The King's Hostage (Completed)
RomanceWarning : Adult and explicit sensual content! Setelah seluruh kerajaan berhasil dikuasai oleh Bangsa Tiberius, Adrienne bersembunyi di dalam Kuil Zeus dan hendak menghabisi dirinya sendiri dengan meminum sebotol racun. Tapi takdir tidak membiarkan A...