"Kemarin malam aku memarahinya habis-habisan" ucap Naevia sambil mengasapi rambut Adrienne dan mengolesinya dengan minyak zaitun yang wangi.
"My Lord sudah meminta maaf kepadaku Naevia, aku tidak ingin memperpanjang masalah itu lagi"
"Ya, kau benar. Aku senang karena Damon telah mengirim pelayanmu kembali ke Agron"
Ah ya, Damon telah mengirim Phaedra kembali ke Agron. Adrienne tidak berpikir bahwa keputusan itu adalah keputusan yang tidak adil bagi pelayannya, memang sudah seharusnya Phaedra dikirim kembali ke Agron karena Adrienne tahu keberadaan wanita itu di sini bukan untuk melayaninya tapi untuk mendapatkan apa yang ia mau dari Damon.
Phaedra menginginkan perlindungan dari seseorang yang berkuasa. Gadis itu ingin hidupnya terjamin, maka Adrienen pikir keputusan Damon mengirimnya kembali ke Agron adalah keputusan yang bijak. Atas izin Adrienne, wanita itu juga diberikan sedikit bekal untuk memulai hidupnya yang baru sebagai manusia yang merdeka. Adrienne hanya berharap semoga Phaedra dapat memulai hidupnya dengan bahagia, karena biar bagaimana pun Phaedra sangat berjasa untuknya.
"Ah kau sangat cantik, aku jadi iri kepadamu Adrienne" suara Naevia menarik kesadaran Adrienne kembali. Gadis itu memandangi pantulan dirinya sendiri melalui cermin sedikit riasan wajah, rambut cokelat bergelombang yang tergerai indah, oh Adrienne harap ia dapat membuat Dmaon terpesona dengan penampilannya yang sederhana malam ini.
"Terima kasih, Naevia" ucap Adrienne kepada Naevia yang telah banyak membantunya.
Naevia mendekap erat tubuh Adrienne dari belakang, ia menatap kakak iparnya melalui cermin lalu berkata, "Aku senang karena pada akhirnya kau bersedia membuka hatimu untuk kakakku"
Adrienne tersenyum kecil, "Aku hanya mencoba untuk menerima garis takdir yang telah Dewa tentukan, lagi pula kini aku sudah menyadari bahwa My Lord tidak seburuk apa yang kupikirkan selama ini"
Naevia terkikik pelan lalu berkata, "Tapi dia akan menjadi sangat buruk saat di ranjang Adrienne, jadi berhati-hati lah"
Pipi Adrienne merona dan ia memukul pelan lengan Naevia, sambil tertawa renyah Naevia melepaskan Adrienne dari dekapannya lalu ia kembali melanjutkan kegiatannya membantu Adrienne bersiap-siap untuk malam pertamanya bersama Damon. Naevia membantu Adrienne memgenakan jubah tidur dari kain satin yang halus untuk menutupi tubuhnya yang hanya dibalut oleh gaun tidur yang tipis. Rambut Adrienne ia tata sedikit dengan jemarinya sebelum ia mundur beberapa langkah untuk memastikan bahwa hasil karya tangannya telah sempurna.
"Aku pikir semuanya sudah sempurna" ucap Naevia.
Adrienne yang merasa gugup bertanya, "Kau yakin tidak ada yang kurang?"
"Tidak ada Adrienne, kau terlihat luar biasa jangan cemas seperti itu"
Adrienne tersenyum kikuk kemudian mengangguk. Ditemani oleh beberapa orang pengawal ia meninggalkan kamarnya dan menuju ke kamar Raja Tiberius yang tengah menunggunya sejak tadi.
Di sisi lain Damon sedang berdiri di balkon kamarnya sambil menikmati suasana malam yang sunyi dan senyap, dadanya bergemuruh tak sabar menunggu Ratunya yang sebentar lagi akan tiba. Damon benar-benar tidak sabar untuk melihat sepasang manik violet Adrienne yang berbinar indah. Rasanya sudah cukup lama ia menahan diri untuk tidak menyentuh gadis yang telah ia nikahi tapi malam ini Damon tidak perlu menahan dirinya lagi, dia akan membiarkan gairah terhadap Adrienne yang ia kontrol selama ini menguasai dirinya, meleburkan malamnya yang indah bersama gadis itu.
Suara ketukan pintu sesaat membuat detak jantung Damon berhenti berpacu. Meninggalkan balkon, Damon melangkah memasuki kamarnya, ia berdiri dengan gagah di tengah-tengah ruangan persegi yang cukup luas itu kemudian berkata, "Masuk"
KAMU SEDANG MEMBACA
The King's Hostage (Completed)
Roman d'amourWarning : Adult and explicit sensual content! Setelah seluruh kerajaan berhasil dikuasai oleh Bangsa Tiberius, Adrienne bersembunyi di dalam Kuil Zeus dan hendak menghabisi dirinya sendiri dengan meminum sebotol racun. Tapi takdir tidak membiarkan A...